Part 3

1K 94 3
                                    


Apa aku terlihat egois???

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Reina. Aku tidak tahu apa yang dirasakan Reina. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Reina terhadapku. Yang aku inginkan hubungan ini jangan sampai terlalu jauh dan aku tidak ingin terikat dalam suatu hubungan. Karena hal itu percuma, aku akan tersakiti dan menyakiti lagi.

Aku melihat Reina duduk dipinggir lapangan basket. Duduk sambil mengayunkan kedua kakinya ditangannya ada satu bungkus snack.

Kali ini aku menatapnya dari luar lapangan basket. Aku hanya berpikir apa yang sebenarnya aku lakukan?? Aku sulit menjelaskan semua ini. Aku hanya ingin kau tetap disisiku Rei.

Kulihat dia berdiri dan mengambil satu bola basket dan berjalan mendekati tengah lapangan. Perlahan dia mulai mendible bola, kemudian dia melemparkan bola itu ke dalam ring. Duk. Ternyata lemparannya meleset. Dia menggeram dan mengacak-acak rambutnya frustasi.

Kemudian dia berlari mengambil bola itu lagi. Mendrible dan melemparnya lagi. Tapi berkali-kali dia melemparnya tak ada satupun bola yang masuk ke dalam ring. Aku tertawa kecil, melihat geramannya itu terlihat lucu. Dasar pendek, sok-sok'an bisa basket.

Aku tersenyum miring dan diam-diam mendekatinya. Berjalan mengendap-ngendap seperti kucing akan menerkam mangsanya. Saat aku sudah dibelakangnya...HAP. Aku memeluknya dari belakang.

"Kyaaaaaaaaaaaaa..........,"Reina berteriak sangat keras. Aku mengernyit dan mengusap-usap telingaku yang tiba-tiba berdengung karena teriakannya.

"Busyet, telinga gue ampe berdengung."aku menoyor kepalanya.

"Lagian lo ngagetin gue Rasya."teriaknya lagi kemudian menginjak kakiku dengan sengaja. Aku berjingkat-jingkat karena bekas injakan Reina benar-benar sakit luar biasa.

"Hahahaha, iya iya maaf,"aku mengacak-ngacak rambutnya dan mencubit kedua pipi chubbynya. Aku tertawa sampai terbahak-bahak karena muka Reina terihat seperti hamster.

"Aduh duh duh. Gila, sakit nyet."teriak Reina lagi. Ingat hari ini dia hobi banget teriak-teriak.

"Etdahh, tadi udah baik manggil gue Rasya sekarang balik nyet lagi. Kupret lo."aku pura-pura ngambek dan berjalan mengambil bola. Mendrible bola dan memasukkannya ke dalam ring. Bola itu masuk dengan sempurna. Aku melihatnya bertepuk tangan dan melompat-lompat girang seperti anak kecil. Aku tersenyum melihat semua tingkah Reina.

Aku berjalan menghampiri Reina yang sudah kembali duduk dipinggir lapangan. Dia mengambil beberapa snack dan minuman yang ada di dalam kantong plastik.

"Woii, nggak mau gue ajarin maen basket nih??,"tanyaku masih memainkan bola basket.

"Nggak ah, kan lo bilang gue pendek."lagi-lagi Reina memanyunkan bibirnya itu. Mataku otomatis tertuju pada bibir ranum itu. Tapi segera aku sadar dan menggelengkan kepalaku untuk mengusir pikiran aneh dalam kepala. Dasar kau Rasya....

"Heum baguslah klo lo nyadar. Hahahahaha."tawaku keras.

"Kampret lo. Seneng deh seneng. Ketawa aja terus ampe gigi lo rontok. Ck.," Reina ngambek terlihat dari alisnya yang saling bertaut dan dia mulai memasukkan snack ke dalam mulutnya dengan cepat. Lucu, seperti marmut sedang makan.

"Bagi dong jangan dimakan sendiri,"aku merebut snack yang ada ditangannya. Reina tersenyum tipis dan aku tidak tahu apa arti dari senyuman itu. Ada rasa yang janggal saat aku melihat senyumannya.

"Rei,"panggilku saat Reina ternyata asyik sendiri dengan handphonenya. Dia lagi asyik memainkan game Line Pop. Percuma, aku tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari handphonenya itu.

"Reinaaaa,"panggilku lagi kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Apaan sih..." CUP. Saat dia menoleh aku sengaja memanyunkan bibirku di dekat wajahnya, hingga pada saat dia menoleh secara otomatis bibirnya menempel dibibirku. Aku jahat??? Tidak kok cuman mencari kesempatan emas.

"Kyaaaaaa dasar mesum." DUK. Reina memukulkan botol minuman di kepalaku.

"Aduhh, sakit oon."teriakku sambil mengelus-elus kepalaku yang mungkin aja benjol. Tapi aku tertawa kemenangan karena aku berhasil mengerjainya. Aku memanyunkan bibirku lagi.

"Oii Rei, cium lagi dong disini,"kataku sambil menunjuk bibirku dengan jari.

"Ogah, dasar monyet mesum." PLAK. Satu bungkus snack besar nemplok di mukaku. "Hahahahaha,cium aja tuh bungkus snack,"Reina tertawa keras sekali sambil memegangi perutnya.

Tak tahu kenapa sudut bibirku tertarik, membentuk senyum untukmu Reina. Aku memandang wajahmu yang begitu terlihat bahagia saat bersamaku. Tawa lepasmu yang begitu membuatku ingin tertawa juga. Kau seperti moodboosterku. Aku akan merasa baik jika sudah melihat tawa dan senyummu.

Tapi aku tidak tahu jenis hubungan apa yang kita jalani saat ini. Aku hanya nyaman saat bersamamu, ya itu saja tak ada yang lebih. Aku bingung, aku ragu. Apa yang harus aku lakukan?? Aku ingin mengatakan sesuatu padamu Rei, tapi lagi-lagi aku tidak tahu kata-kata apa yang harus aku ucapkan kepadamu. Aku takut kata-kataku akan menyakitimu. Aku takut kau pergi dariku. Jadi.........apa yang seharusnya aku lakukan??

--00--

Tbc....


Holla say... kali ini gue comeback setelah sekian lama gak update.. si lappy kesayangan masuk  service. hiks

Diusahakan update cepet.. oh ya cerita ini akan berakhir di part 5. ditunggu yah.


AprilCahaya

28 Sept 2015


Let's Not Falling In Love [5|5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang