First: Worry.

341 38 8
                                    

"Sa?"
"Iya sya?"
"..."
"..."
"Halo sya??"
"Iya"
"Kok diem?"
"Pertama kalinya denger suara lo lewat telfon"
"..."

***

Pahit memang rasanya menjalani sebuah hubungan yang terasa berat dihalangi waktu dan tempat. Alsa dan Rasya. Mereka dulu satu SMP di SMP Taruna. Karena ingin melanjutkan ke tingkat yang lebih jauh, mereka memutuskan pisah. Alsa kini bersekolah di SMA Tunas Bangsa Bandung. Sedangkan Rasya, ia bersekolah di SMA Tanjung Harapan di Bali. Sekolah mereka adalah asrama.

Dulu, Alsa dan Rasya adalah musuh. Mereka sering mengejek satu sama lain. Alsa membenci Rasya, dan Rasya begitu sebaliknya. Mereka bagaikan tom and jerry dalam kehidupan nyata.

Benci menjadi cinta, itulah yang terjadi sekarang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh dan terjebak dalam ruang rindu.

Let the story began
***

Hari ini hari sabtu, Alsa duduk di ranjangnya sambil menghembuskan nafas panjang.

Hufffff

Gumannya dalam hati. Benar saja, ia baru mengikuti bimbingan biologi untuk persiapan olimpiade biologi internasional yang diadakan di Berlin, Jerman.

"Sa, udah jam 1 siang. Bu Farida tadi manggil katanya suruh makan di kantin. Bel rusak."  Kata Oliv sambil menguncir rambutnya.

"Gak laper nih serius. Lo kesana aja dulu deh" jawab Alsa ketus.

"Serah lu dah, gue kesana dulu. Kalo ada apa-apa jangan nyari lu awas aja." Celoteh Oliv.

Alsa memaksa tubuhnya untuk bangun. Tapi tak bisa. Iya betul-betul sudah kelelahan. Matanya mulai sayu.. Sampai akhirnya terpejam.

"Woy! Lo kok malah tidur sih? Koler ah lu. Cepetan itu dicari Bu Farida di kantin. Udah rame banget tuh kantin. Cepetan dah ah." Suara cempreng Oliv membangunkan Alsa yang baru saja tertidur.

"Dasar lo ya! Gue bilang ntar nyusul. Gak pernah waras ni orang." Katanya membentak.

"Cepetan deh Bu Farida marahnya ke gue masalahnya." Oliv menghentakkan kakinya.

"SShhhhhh...hfff"

Alsa segera mengunci kamarnya dan langsung meuju ke kantin bersama Oliv.

***

"Eh kebo, bangun! Lo mau sholat tahajud kaga?" Oliv memukul lengan Alsa yang masih tertidur.

Jam menunjukkan pukul 02.00 a.m. Alsa masih lenyap dalam mimpinya. Ia merasa kehadiran Rasya di dalam angannya. Kehangatan yang diinginkan belum tercapai. Harapan akan melihat Rasya tersenyum tak kunjung terpenuhi.

Alsa membuka matanya pelan-pelan. Terlihat dari kantung matanya, ia masih ngantuk.

"Ambil air wudhu yok" ajak Oliv.
"Iya bentar" Alsa mengucek matanya.

Mereka berjalan melewati aula untuk sampai ke masjid. Alsa memandang langit hitam. Langit yang menunjukkan hitamnya dunia saat semuanya terlelap. Muncul bayangan akan hadirnya Rasya menyelimuti kegelisahan yang ia rasakan. Menghitung bintang yang bersinar seakan menunjukan hari-harinya yang selalu cerah. Melihat bulan purnama bulat sempurna, membayangkan akan hadirnya sosok Rasya yang penuh dengan misteri. Semua itu lenyap. Jarak memisahkan dua insan yang dulunya sangat 'mustahil' untuk bersama tetapi kini sangat 'mustahil' ketika berpisah. Sya, kangen banget sama lo. Kapan kita ketemu lagi ya? Udah lama banget semenjak...

"Lo galau?" Oliv mengagetkan Alsa yang masih membayangkan kehadiran calon imamnya.

"Hah? Kagak." Jawabnya sambil mengusap-usap kepalanya.

"Habis dari tadi lo bengong mulu ngeliat langit." Oliv mulai memandang langit sambil mencari apa hal yang istimewa.

"Ya udah gak usah juga lo ngeliat langit mulu. Kayak hati aja, gelap." Alsa terkikik
.
"Buset dah ni anak.."

Tak lama, mereka sampai di masjid milik asrama. Alsa segera menaruh mukena nya ke dalam masjid dan mengambil air wudhu.

--

"Assalamualaikum..."
"Assalamualaikum..."
Alsa mengadakan tangannya, mengirim doa-doa untuk keluarga dan sahabat yang sudah lama ia rindukan. Maklum saja, sudah hampir 1 tahun ia tak bertemu sahabatnya itu.

***

Alsa melipat rapi mukena nya dan berlari kecil menuju aula untuk menemui Bu Farida. Terlihat disana, teman-teman satu kelasnya tengah asik mengecek handphone mereka. Hari ini hari minggu, asrama memperkenakan siswanya menggunakan handphone untuk hiburan saat libur.

"Makasih bu." Alsa tersenyum sambil meng-aktifkan hp touchscreen-nya itu. Ia berjalan kecil sambil mengotak-atik, membuka line dan whatsapp.

Gila! 999+ notif line. 220+ whatsapp. Gerutunya. Ia segera meng-scroll bagian chat line-nya. Berharap Rasya masih ingat akan dirinya.

serius nih? Gak ada? Kok tumben?. Rasya sama sekali tidak menghubunginya. Alsa segera membuka whatsapp dan berharap Rasya menghubunginya. Kosong. Tidak ada. Rasya sama sekali tidak mencoba menghubungi Alsa. Hatinya dongkol. Ia membanting hp-nya itu ke kasur beberapa kali.

Alsa mendengus kesal. Ia berpikir Rasya udah dapet cewek baru.

"Napa lo?" Tanya Oliv.
"Hm, gak papa." Alsa berpaling.
"Gak dihubungin?" Oliv menyeringit.
"Ya gitu deh" kata Alsa sambil mengambil keripik kentang dari Oliv.
"Eh, makan di nasi kuning bu hendra yuk? Enak tuh katanya. Kita pesen argo dulu." Tawar Oliv.
"Ya, ayok aja."
"Senyum dulu dong cantik." Oliv menggoda.
":)" senyum paksa dari Alsa muncul.










A/n
Hm ya. Cerita pertama kalo suka vote + comment ya. Sider ayo dong mulai vomment ya....:).
Sekian.
-EDITED-

Helium foilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang