Third: Sorry

129 22 7
                                    

Alsa tak berselera makan hari ini. Ia lesu. Jam pertama di pagi hari selasa ini adalah Social. Tak sampai 5 suap, ia langsung meneguk secangkir teh nya dan langsung pergi menuju kelas social di lantai dua.

Pagi ini matahari tak menunjukkan sinarnya. Redup. Seakan mentari itu telah bosan melihat orang-orang di bumi melakukan dosa. Mungkin mentari sudah bosan menyinari orang-orang di bumi tapi sama sekali tidak di hargai kehadirannya. Justru orang bumi tidak satupun merasa bagaimana menjadi sang mentari. Mentari redup tetapi bapak hujan beserta cucu-cucu kebanggaannya belum juga turun. Hanya ada ibu angin beserta cicit-cicitnya lah yang ada.

***

Pukul 3 sore, ia kembali ke kamarnya dan segera membuka kancing bajunya. Oliv datang dengan wajah lesu.

"Kenapa lo?" Tanya Alsa. "Capek banget gue. Bayangin aja, bolak-balik lantai 2 lantai 3. Terus ke lab kimia manggil Pak Buhram. Balik lagi ke aula dipanggil sama Bu Farida. Huh." Keluh Oliv. Ia menjatuhkan dirinya ke kasur dan mengusap keringatnya. Alsa berdiri menatap jam. Tepat pukul 7 sore ia akan ada pelatihan untuk olimpiade biologi internasional di Berlin, Jerman.
"Lo dicari bu Farida di ruangannya" Oliv memberitahu.

***
"Assalamualaikum" Alsa membuka pintu ruangan Bu Farida.
"Waalaikumsalam, Alsa sini duduk" Bu Farida nampak sedang memegang ganggang telepon.
"Ada apa bu?" kening Alsa mengerut.
"Ini, tadi ada yang menghubungi ibu. Katanya dari keluarga kamu mau bicara." jelas Bu Farida.
"Ini ibu mau menghubungi lagi ya." lanjutnya.

Alsa tidak tahu apa maksudnya. Tumben keluarganya menelpon dia. Baru kali ini Alsa menerima telpon dari keluarganya.

"Ini sudah tersambung" Bu Farida segera memberi ganggang telpon itu kepada Alsa.

Halo?

Halo Alsa?

Iya? Ini siapa ya?

Suara itu sama sekali tak dikenal Alsa.

Alsa, lo gak inget gue?

Hm, gue lupa sorry, tapi ini siapa? Sepupu?

Lo bener-bener gak inget gue.. Gue mantan lo, Aufarndra Syahputra.

Oh Aufar, knp? Kok lo bisa gitu nyamar jadi keluarga gue?

Gue emang keluarga lo sih gimana ah.

Becanda lo? Apaan sih!!

Iya gue kan calon suami lo.

Terdengar suara Aufar nyengir di sebrang telfon.

Apaan sih?

Hahahahaha. Oke deh. Ini, gue disuruh nyokap lu jemputin lu di Tenggarong pas Idul Adha ntar.

Gue udah pesen tiket.

Loh serius? Kok gitu? Katanya nyokap lo, lo belum ada persiapan apa-apa, makanya mau gue handle kepulangan lo.

Lu kira gue mati.

Haha gak gitu sih, tapi emang iya lo udah beli tiket ke Jakarta? Hari apa? Ntar gue jemput deh.

Gak usah. Gue udah sama Rasya.

Hah?! Sama Rasya?! Lo masih ada hubungan sama dia?! Serius lo?! Gue kira lo cuman jadiin Rasya pelampiasan setelah putus dari gue.

Ya akhirnya gue sadar sih cinta gak mandang fisik.

Dulu lo selalu bilang Rasya gini gitu, lo caci maki dia omongan yang gak bener, sekarang lo malah sama dia?

Helium foilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang