Bab 5

8.8K 595 19
                                    

Aku mendengus pasrah menatap layar laptopku. Hari ini banyak sekali pekerjaan yang harus kuseleseikan tapi pikiranku terus berkecamuk dengan Sisi yang masih marah padaku, benar kata orang, urusan pribadi sebaiknya tidak dicampur dengan urusan pekerjaan sebab akan membuat semuanya terasa berantakan. Terdengar bunyi ketukan pintu dengan malas aku menyuruh sang pengetuk pintu untuk masuk. Jasper melangkah masuk dan mengatakan bahwa Jessica ingin bertemu denganku sebab weekend ini ia tak bisa bertemu denganku karena tunangannya pulang dari Amerika. Aku mengiyakan dan tidak lama kemudian Jessica masuk kedalam sambil tersenyum ramah.

"Mengapa pak Refan tampak begitu frustasi? Ada yang bisa kubantu? Hari ini tidak tepat untuk mendiskusikan rancangan rumahku? Mau diganti hari lain saja?"

Jessica melontarkan sederet pertanyaan dan aku hanya menatapnya dengan gontai.

"Well, mungkin lebih baik nanti kau lanjutkan diskusi ini dengan Devan saja. Istriku sangat cemburu denganmu, sebab kau memposting begitu banyak fotoku dan sekarang dia bahkan tidak mau bicara denganku. Bahkan dia juga menghasut anak-anakku agar mereka juga mogok bicara denganku. Dan sekarang aku bingung bagaimana caranya membuat istriku kembali tersenyum kepadaku dan memaafkanku."

Bukannya merasa bersalah, Jessica malah tertawa mendengar ceritaku.

"Oh ayolah Pak Refan, itu hanya sebuah foto dan aku memang sengaja mempostingnya untuk menyombongkanmu kepada teman-temanku, sebagian besar dari mereka begitu mengagumimu. Jadi jangan berpikir yang aneh-aneh, anggap saja aku hanya salah satu fans yang suka memposting foto artis yang digemarinya."

"Iya, aku tau kalau kau tidak ada maksud apapun dengan foto itu, tapi sayangnya istriku tidak berpikir demikian, lantas apa yang harus kulakukan untuk membuatnya berhenti marah padaku? Bantu aku, aku sangat bingung menghadapi tingkah istriku yang sedang marah."

"Hmm, untuk membuat wanita berhenti marah sangat mudah bukan? Buatlah moment romantis dan meminta maaflah dengan tulus. Wanita menyukai hal-hal kecil yang romantis. Tidak perlu menggunakan banyak uangmu. Tapi gunakanlah ketulusanmu dan aku yakin pasti istrimu akan memaafkanmu. Mungkin kamu bisa membuatnya menyadari sesuatu yang ia tidak sadari. Suatu hal yang selalu kamu lakukan untuknya."

Jessica nampak mengerlingkan matanya kearahku.

"Suatu hal yang selalu kulakukan untuknya? Apa? Membuatnya tertawa? Membahagiakannya? Terlalu banyak hal yang selalu kulakukan untuknya, kau jangan membuatku semakin bingung."

Disaat aku masih kebingungan memikirkan cara membuat Sisi mau memaafkanku, ponsel Jessica berdering dengan nyaring, membuatku sedikit terkejut dan ia segera merogoh sakunya sebelum tersenyum tipis pada ponselnya.

"So, sekarang pikirlahlah cara membuatnya tersenyum dan sepertinya aku harus pamit pergi karena Jasonku tersayang sudah menelponku. Oke, aku akan mendiskusikan kelanjutan bisnis kita dengan pak Devan dan terima kasih untuk 3 kali pertemuan yang menakjubkan. Ahh ya, maafkan aku mengenai masalah foto itu, aku janji tidak akan memposting fotomu lagi, Jason juga mengaku sedikit cemburu dengan hal itu. Ahhh, Halo sayang, iya, maaf lama...."

Kemudian Jessica berjalan keluar ruangan. Aku mulai memikirkan perkataannya. Hal kecil yang romantis?, Hal kecil yang tidak disadarinya tapi akan membuatnya bahagia?, Tidak perlu menggunakan banyak uang tapi gunakan ketulusanku?, Suatu hal yang sering kulakukan untuk istriku?, Apa ya? Aku mulai menatap sekeliling ruangan, masih tidak menemukan ide apapun, layaknya gasing, aku mengelilingi kantorku pada poros yang sama sampai akhirnya aku mengalihkan pandanganku ke jendela besar yang ada di kantorku. Aku berdiri cukup lama di sana, memperhatikan gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi kantorku. Kemudian aku memilih duduk termangu sambil menatap langit yang begitu biru, tidak ada satupun yang melintas di otakku, aku mulai frustasi dan memilih untuk melanjutkan pekerjaanku yang tertunda.

Disaat aku masih mengerjakan pekerjaan, otakku masih saja memikirkan perkataan Jessica. Tanganku kembali berhenti bekerja sambil menatap layar laptopku dalam diam. Tiba-tiba ide itu terlintas di kepalaku. Tanpa sadar aku berdiri dan tertawa keras akibat ide yang tiba-tiba saja datang kepadaku. Tanpa pikir panjang, aku segera memencet nomer panggilan cepat dan tidak lama setelah itu telepon tersambung ke Devan.

"Halo Dev, bisa membantuku?"

p

Hope and RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang