Bab 1

20.1K 961 4
                                    

Sisilia beristirahat di sofa, punggungnya bersandar di dada Refan, kakinya diluruskan di atas kursi dan pergelangan kakinya saling menyilang. Bagian belakang lehernya tergeletak di dada Refan, dengan dagu Refan menyentuh dahinya. Mereka telah menghabiskan beberapa jam terakhir dengan berbicara, sebagian besar tentang hari-hari yang telah mereka habiskan beberapa tahun ini... dan tentang Pak Boyle, keduanya memilih hanya mengingat hal-hal yang baik tentang pria itu.

Sisilia telah memesan makan siang, yang telah mereka nikmati dengan santai dan baru saja selesai beberapa menit yang lalu, Refan sengaja tak memasak karena tak ingin beranjak dari samping istrinya sebab hari ini mereka terbebas dari Sun Flower Shine yang sedang pergi study tour bersama.

Perbincangan mereka diakhiri dengan makanan penutup dan kopi. Sisa-sisa makanan mereka masih berserakan di meja makan kecil di tengah ruangan, cangkir kopi kosong dan piring makanan penutup masih tergeletak di meja cocktail. Selain makan siang, mereka menghabiskan waktu dengan duduk berdua. Sisilia dalam pelukan Refan, di sofa itu disertai kecupan lembut dan belaian-belaian halus yang menghiasi pembicaraan mereka. Sebuah kebersamaan yang nyaman. Santai dan menenangkan tanpa tekanan. Tanpa tuntutan. Hanya kebahagiaan, melodi harmonis ekspresi mesra dua insan yang hanya menginginkan kebersamaan, lebih dari segalanya di dunia ini.

Namun kedamaian itu tak berlangsung lama ketika Sisilia mulai menanyakan tentang klient baru Refan yang hampir setiap minggu meminta untuk diadakan pertemuan untuk membahas desain rumah dan cafe yang akan dikerjakan Refan.

"Jadi gimana kabar Jessica? Masih kurang puas dengan desain yang kau buat?"

"Hmm, sebenarnya dia tidak pernah mengatakan desainku kurang memuaskan, dia hanya menambahkan detail-detail lain yang terlupakan olehku. Overall,dia tidak pernah menolaknya dan selalu memuji desainku dengan kalimat-kalimat persuasif."

"Huh, senang dipuji cewek cantik? Apalagi masih muda dan single, oh tentu saja hal itu lebih menyenangkan daripada menghabiskan weekend dengan istri yang sudah kepala empat. Benar begitu bukan?"

"Aku tidak pernah mengatakan Jessica jelek, tapi aku juga tidak pernah berkata senang menghabiskan waktu liburku bersamanya. Aku juga terpaksa untuk menemuinya karena ia hanya bisa bertemu di saat weekend. Oh ayolah Sisi, kau tentu tau, hanya dirimu yang terlihat di mataku dan tentu saja hanya dirimu yang bisa membuatku bahagia. Lagipula mana mau Jessica dengan bapak beranak tiga yang sudah berumur 55 tahun."

"Hanya diriku? Terus apa-apaan foto bersama yang di publish Jessica di Instagramnya itu?" Sisilia melepaskan pelukan Refan.

"Foto apa yang kau maksud?" Refan terlihat bingung.

Sisilia mengambil ponselnya kemudian memperlihatkan foto Jessica dan Refan yang ada disampingnya sedang memilah buku menu. Di bawah foto itu tertulis caption 'Serius memilah menu'.

"Hei, kau liat lah sendiri. Sudah jelas aku tak sadar telah di foto olehnya, mana bisa kau bilang itu foto bersama. Tapi di foto ini Jessica terlihat manis ya, wow, belahan dadanya juga semakin jelas. Pasti foto ini membuat banyak lelaki bahagia dan membenciku seketika karena mengira aku kekasihnya."

"Efannnnn! Kau suka padanya? Kalau kau keberatan pasti kau akan menegurnya bukan? Tapi nampaknya kau hanya diam dan tak mempermasalahkannya, apalagi barusan kau bilang dia manis? Sudah pasti kau senang dengan wanita muda itu dan itu artinya kau tidak keberatan dengan banyaknya foto yang di share olehnya. Oke, kalau kau bisa memberikan penjelasan yang masuk akal, aku akan melupakan masalah ini. Coba jelaskan padaku."

"Banyak? Maksudmu? Kau kan tau, aku tak suka sosial media. Jadi mana aku tau dia memposting apa saja. Lagipula itu hanya sebuah foto, tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kebersamaan kita selama ini. So, tidak perlu marah cuma karena hal tak penting seperti itu. Oke sayang?" Efan ingin memeluk Sisilia lagi, tapi wanita itu menghindar.

"Tidak penting? Kau bilang wanita yang sudah jelas suka padamu dan membuatku merasa kesal tidak penting? Kau tau? Dia memenuhi berandanya dengan fotomu. Liat saja sendiri. Sudah jelas dia suka padamu dan kamu terlihat tidak keberatan. Sudahlah, aku mau tidur. Pasti kau sudah bosan padaku." Sisilia melepaskan tangan Refan kasar dan pergi menuju kamar.

Refan yang kebingungan memungut ponsel yang ditinggalkan Sisil, ia cukup terkejut ketika melihat beranda Instagram milik Jessica yang penuh dengan fotonya, mulai dari foto yang diambil diam-diam sampai fotonya semasa muda. Sudah jelas ia tau bahwa Jessica menyukainya, tetapi ia tak pernah menyangka bahwa gadis itu juga menstalkernya seperti itu. Bukannya marah, Refan malah tersenyum dan menatap pintu kamar yang tadi dibanting Sisil. Sudah lama istrinya tidak pernah cemburu dan dia suka saat melihat istrinya masih sangat mencintainya.

Hope and RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang