Rambutnya berkibar diterpa angin. Dari sini,di pangkalan ojek ini aku tak dapat melihat wajahnya. Sudah dua jam lebih gadis itu berdiri disana. Entah apa yang dipikirkannya,dia tak pernah menengok kemanapun. Dari pertama aku melihatnya,sepertinya dia sedang mengamati sesuatu. Terpaku,barangkali. Tapi oleh apa?
Perempatan ini penuh dengan orang lalu lalang. Anak-anak jalanan dekil di bawah lampu merah,pengamen kecil dengan tamborinnya yang lusuh,juga segerombol anak berambut seperti sikat wc yang ngotot disebut anak punk. Tentu saja kehadiran gadis itu membuat mata orang-orang jalanan ini tidak menganggur. Mata-mata mereka memandangi,menikmati,hingga akhirnya menelanjangi bulat-bulat hadirnya gadis itu. Bagaimana tidak? Beberapa kali angin kencang melayangkan rok gadis itu tinggi-tinggi. Gadis itu tak bergeming,membiarkan hal itu seperti tidak terjadi apa-apa. Dia membiarkan puluhan pasang mata dimanjakan oleh fantasi-fantasi kotor. Begitu juga aku. Begitu juga para tukang becak yang seharian hanya main skak di pinggir jalan,nihil penumpang. Sungguh bagi orang seperti kami -yang sangat jarang makan sayur-,pemandangan ini merupakan asupan vitamin A dengan kadar yang tinggi.
Aku sangat ingin melihat wajahnya. Cukup sekali saja. Hanya untuk mengusir rasa penasaran yang meledak-ledak di dada. Sangat ingin kulihat bagaimana wajahnya. Bukan apa-apa, hanya sebagai penghibur di hari yang penat ini. Nasibku hari ini tak jauh beda dengan bapak-bapak tukang becak di seberang jalan. Hari ini terlalu panas untuk siapapun bepergian. Kulirik arlojiku,satu-satunya barang paling indah yang melekat di tubuhku. Sudah hampir jam dua. Astaga,berarti gadis itu sudah berdiri di sana sejak siang bolong tadi.
Dia tidak mengenakan jaket,sweater,ataupun blazer untuk melawan terik matahari siang. Dibiarkannya sinar mentari bersinggungan langsung dengan kulit lengannya. Bahkan aku bisa membayangkan betapa berkeringat wajahnya saat itu. Apa yang sedang dia pikirkan?
Dari perawakan dan penampilannya kutaksir umurnya masih dua puluh tahunan. Ibarat mangga, dia sedang ranum dan menunggu dipetik. Dari busana yang ia pakai,dari kemeja lengan pendek dan rok selututnya kupikir ia anak orang kaya. Yang pasti bukan anak jalanan. Mana ada anak jalanan yang pakai sepatu hak tinggi yang kinclongnya terlihat dari tempatku melamun...<masih></masih>