Untitled

572 27 6
                                    

Aku kembali memetik senar gitar yang sedang kumainkan saat ini. Mencoba untuk menenangkan pikiran setelah hampir seharian disibukkan dengan aktifitas kuliahku hari ini. Ku alunkan sebuah lagu favoritku yaitu Sayap Pelindungmu - The Overtunes.

Entah kenapa setiap aku mendengarkan ataupun menyanyikan lagu itu aku merasa sangat tenang dan aku merasa seperti memiliki sebuah sayap yang selalu melindungiku. Dan aku sudah memiliki sayap itu. Dia adalah sepasang sayap yang selalu menjaga dan melindungiku ketika aku terluka. Ia juga bisa menjadi sebuah sayap yang indah yang dapat membawaku terbang tinggi. Dia adalah... Hey apa ini? Ada seseorang yang menutup kedua mataku. Sepertinya aku tahu orang ini. Aku sangat mengenal aroma parfum yang dipakainya saat ini.

"Rafa ih! Lepasin. Aku lagi main gitar ini" Ucapku padanya. Ya! Dia Rafandra. dialah sebuah sayap yang selalu menjaga dan melindungiku. He's my bestfriend.

"Hahaha. Tau aja lo, Ra. Coba sini biar gue yang main gitarnya dan lo yang nyanyi" Dia melepaskan kedua tangannya dari kedua mataku lalu duduk tepat di sebelahku. Dan Ia langsung mengambil gitar yang sebelumnya aku mainkan. Aku memang sering berduet dengan Rafa seperti ini. Tidak jarang juga kalau aku yang memainkan gitarnya dan Ia yang bernyanyi.

"Udah gak ada jam kuliah lagi, Raf?" Aku bertanya pada Rafa yang sedang mencoba memetik gitar itu. Dia hanya menggeleng sambil fokus memainkan gitar itu. Aku sengaja mengusik Rafa ketika sedang bermain gitar. Aku tahu dia tidak akan bisa fokus memainkan gitarnya kalau ada suara lain yang mengganggu. Dan aku sering sekali membuat dia gagal fokus. Hahaha.

"Terus kalo udah gak ada jam kuliah lagi, ngapain masih disini?" Aku kembali bertanya. Pertanyaan yang menurutku kurang penting sih. Yang penting bisa ganggu konsentrasinya.

"Duh bawel banget sih lo. Ya mau nungguin lo lah. Udah ya bawelnya. Kapan main gitarnya ini" Protesnya sambil mencubit pipiku. Huh! Dasar Rafa! kebiasaan deh. Hobi banget sih nyubit pipi aku. nanti kalo pipi aku tembem gimana?

"Rafa ih kebiasaan. Aku bukan anak kecil yang bisa seenaknya kamu cubit pipinya" Aku yang menggerutu kesal dengan perlakuan Rafa yang seenaknya sama aku. lagian siapa yang gak kesel coba. Pipi aku yang imut-imut ini selalu dicubit sama dia.

"Abisnya pipi lo gemesin sih. Kalo pipi lo itu makanan mungkin udah gue makan kali. Wahaha" Ucapnya yang semakin membuat Arra kesal. Rafa memang senang menjahili Arra. Apalagi membuatnya kesal. Menurutnya, Arra tampak lebih manis ketika sedang marah ataupun kesal.

"Gue Cuma bercanda kok. Udah dong keselnya. Makin cantik nanti. Hahaha" Ucap Rafa yang membuat kedua pipi Arra memerah. Ia langsung mencubit lengan Bisma.

"Gak usah gombal deh. Udah buruan mainin gitarnya. Kapan mulainya ini ih!" Decak Arra yang berusaha menutupi dirinya yang tersipu malu dengan ucapan Rafa barusan. Rafa hanya terkekeh melihat Arra yang kesal sendiri. Lalu kembali memainkan gitarnya. Dan Arra yang mulai mengeluarkan suara merdunya.

----

Nyatanya, aku hanya bisa memandangnya dari jauh. Aku terlalu takut untuk mendekatinya, walaupun sebenarnya aku sering sekali berpapasan dengannya. Lalu menyapaku dengan senyumannya. Tak apa. Walaupun hanya sebuah senyuman tipis darinya, itu sudah membuatku senang.

Aku memainkan gitar ini sendirian. Tanpa Rafa. Andai saja mimpiku terwujud. Andai saja dia tahu perasaanku padanya, apakah dia juga memiliki perasaan yang sama? Apakah dia mau membalas perasaanku padanya? Aku tidak tahu.

Ketika Rafa menyapaku dengan senyumannya, aku berpikir kalau dia akan membalas perasaanku padanya. Namun tidak saat dia bersama wanita itu. Rafa memang sedang digosipkan tengah dekat dengan seorang mahasiswa baru yang jurusannya sama dengannya. Hampir setiap hari aku melihat mereka berdua di kantin ataupun di taman ini. Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan mereka. Dan aku juga tidak mau tahu.

Kemarin. Ketika aku sedang membaca buku di taman ini, aku tidak sengaja melihat Rafa yang sedang bermain gitar diiringi dengan wanita itu yang menyanyi. Aku hanya tersenyum miris melihat kejadian itu. Kejadian yang sangat mirip dengan mimpiku. Bedanya, bukan aku yang menyanyikan lagu itu, tetapi wanita lain yang menyanyikannya.

Rafa melihat kearahku ketika aku juga sedang melihatnya. Ia kembali tersenyum padaku. Disaat yang bersamaan, wanita itu melihat Rafa tengah tersenyum. Lalu menoleh ke arah dimana Rafa tersenyum. Ya. Wanita itu menoleh kearahku. Kembali kualihkan pandanganku ke buku yang ku pegang.

Bisa-bisanya pria itu tersenyum padaku saat 'wanita'-nya sedang bersamanya. Mungkin sebentar lagi aku akan menyaksikan pertengkaran mereka berdua. Lalu wanita itu menghampiriku dan menamparku dengan alasan aku telah merebut prianya.

Aku melirik sekilas kearah mereka. Aku melihat mereka sedang tertawa bersama. Entah apa yang mereka tertawakan. Yang pasti sangat berbeda dengan dugaanku sebelumnya. Mereka tidak bertengkar.

Aku merasa ada pisau kecil yang sangat tajam tengah merobek dan memotong hatiku. Berlebihan memang. Tapi itu yang saat ini menggambarkan perasaanku. Melihat mereka bahagia seperti itu membuat harapanku pupus begitu saja.

Rafa sudah bahagia dengan wanita itu. Rafa tidak akan pernah tahu bagaimana tulusnya perasaanku untuknya. Rafa tidak akan pernah tahu semua yang kurasakan saat ini. Rafa cukup menjadi sayap yang melindungiku di alam mimpi. Rafa berhak memilih wanita mana yang layak untuknya. Dan aku juga berhak bermimpi Rafa yang menjadi kekasihku. Biarkan ku simpan semua harapan dan angan-anganku pada Rafa dalam mimpi.

- end -

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kusimpan Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang