Apasih cinta? Apa bisa kamu medefisikan nya?. Menurutku cinta adalah sepasang orang satu dengan orang lain yang rela berkorban dalam keadaan apapun dengan penuh kasih satu sama lain. Saling mengerti, saling memahami, saling menjaga dan saling menyayangi yang bukan hanya dari omongan saja.
Pernah aku menemukan sesosok yang pernah ku rasakan bahwa disitu ada cinta. Bukan dari perkataan saja, ini beda. Tapi bukan cinta seperti ini yang aku mau, ini sudah kelewat dari definisi cinta yang tadi aku buat. Entah apa namanya?
Gio Pratama Kamil Wijayandini lebih singkatnya Gio atau biasa orang - orang memanggilnya Gi. Aku bertemu dengan nya pertama kali di kelas 10 Sma Negri 6 Surabaya. Panas matahari mulai menyengkat sejak waktu jarum jam sudah menunjukan ke pukul 11.00. Ya jangan diheran kota yang katanya kota terbesar di urutan ke 2 setelah Jakarta ini memang dikenal panasnya juga, ke sibukan di pagi dan sore hari sudah jadi hal yang sangat membosankan jika berada di jalanan. Di Kota yang indah dengan julukan kota Pahlawan ini lah cerita hidupku dimulai.
"Ini semangkuk sup buat kamu" seorang menaruh semangkuk sup dengan senyuman lebar di hadapanku saat ini. Aku hanya membalasnya dengan senyuman kembali, tangan ku perlahan mengambil sendok yang ada disebelah mangkuk dan mencicip sup yang masih terlihat panas tersebut. "Tiup dulu, jangan keburu makan" suara itu muncul lagi, dengan nada memperingkatkan. Aku menoleh padanya dan kembali lagi, aku hanya tersenyum menyawab perintahnya.
**
Setelah usai memakan sup, aku kembali berbaring di ranjang berseprai putih yang masih rapi itu. Aku melihatnya, mengatahui mata itu lagi lagi menatapku, bukan nya aku takut tapi aku merasa sedih. Egar Daniel Saputra. Nama cowok yang saat ini memandangi ku di sofa merah yang jaraknya tidak jauh dari ranjang dimana aku berada sekarang.
"kamu terganggu ya? Maaf" Cowok itu menghampiriku dengan muka menyesal.
"Eng..gak, sebaiknya kamu memang disini, di sampingku" jawabku gugup ke Cowok itu, takut melihatnya salah mengartikan apa yang aku rasakan ini.
Mendengar jawabanku Egar hanya tersemyum malu, lalu tidak lama kemudian bibir merah itu mengecup kening ku. Aku merasakan nya, ada rasa sayang disitu yang bercampur dengan rasa peduli dan menjaga. Aku tidak membalas kecupan yang barusan dilakukan nya padaku, dan aku kembali seperti tadi hanya membalas dengan senyuman lalu menutup mataku perlahan.
Jemari tangan nya terasa di rambutku, menata rapi rambutku yang mungkin daritadi terlihat acak - acakan. "Mimpi yang indah"sekali lagi aku merasakan bibir itu, tapi bukan dikening yang kurasakan. Melalui dibibir. Sekarang yang aku lakuin hanya pura - pura tidak tau dan tetap terjaga dari tidurku.