Dia sahabatku, sahabat terbaik yang pernah ku temui selain Luna. Aku bahkan masih ingat dengan jelas saat pertama kali kami bertemu. Awal yang indah namun berakhir luka.
***Gelap, berantakan, kotor, dan entah apa lagi yang bisa ku jelaskan tentang ruangan ini. Ruangan yang biasanya rapih, bersih, dan sangat tertata itu kini jauh berubah. Entah apa yang pemiliknya lakukan hingga kini ruangan itu tak terlihat seperti kamar.
Awalnya aku dan Luna datang untuk menjemput Raina karena kita memang sudah sepakat untuk pergi menonton film. Tapi saat sampai dirumah Raina, Bik Inah, pembantu Raina malah menangis dihadapan kami. Aku bingung, tak mengerti dengan apa yang terjadi. Hingga akhirnya bik Inah menceritakan semuanya kepada aku dan Luna. Aku dan Luna sama-sama kaget. Tidak menyangka semuanya. Bagaimana bisa selama ini Raina menyembunyikan semuanya kepada aku dan Luna? Bagaimana bisa ia setegar itu? Oh tuhan, kuatkan Raina. Batinku.
Raina memelukku erat sambil menggenggam jemari Luna. Sudah hampir dua jam kami disini, dikamar Raina yang kini entah apa bentuknya. Tangisnya mulai mereda. Tapi aku tahu hatinya masih hancur. Hingga akhirnya aku merasa ia terlelap dalam pelukanku.
"Kamu harus kuat Rain, aku dan Gina akan selalu disini buat kamu. Jangan pernah ragu untuk cerita sama kita," bisik Luna setelah menyelimuti tubuh Raina, sedangkan aku hanya bisa diam sambil sesekali mengusap pelupuk mataku.
Bagaimana bisa kamu setegar ini Rain? Menyembunyikan semuanya dari aku dan Luna. Kamu anak baik, tapi kenapa cobaan kamu seberat ini? 3 tahun kamu nyembunyiin semuanya dari kita. Aku sakit kamu kayak gini. Aku mau kamu yang selalu ceria. Iya, ceria walau sebenarnya kamu menyembunyikan sesuatu yang teramat berat. Kamu harus kuat Rain. Kamu harus kuat!. Batinku. Lagi-lagi air mata ini turun.
***
Sejak saat itu Raina berubah, ia bukan lagi Raina yang ku kenal dulu. Aku dan Luna hanya bisa terus memberinya motivasi. Menuntunnya agar selalu kuat dan sabar.
Sejak saat itu juga, bundanya tak pernah lagi pulang kerumah. Dan entah berada dimana sekarang. Sebenarnya Raina sudah terbiasa sendiri dirumah karena ayah dan bundanya selalu sibuk bekerja, ia bahkan lebih dekat dengan bik Inah ketimbang kedua orang tuanya sendiri. Tapi mengingat bundanya pergi karena puncak pertengkaran antara kedua orang tuanya lah yang membuatnya sedih.
"Rain, aku ngerti gimana rasanya jadi kamu. Tapi kamu gak boleh kaya gini. Kamu harus percaya bahwa semua akan kembali lagi Rain," bujuk Luna.
"Aku gak tau harus gimana lagi Lun, selama ini aku sembunyiin semuanya demi menjaga keutuhan keluarga aku. Aku benci bunda yang udah khianatin ayah. Tapi aku gak mau mereka pisah. Aku selalu berusaha untuk menjaga semuanya, tapi akhirnya tetep aja seperti ini. Aku gak mau ada perpisahan," tangis Raina kembali pecah. Matanya sembab. Dan lingkaran hitam dibawah matanya kian hari kian jelas terlihat.
"Aku yakin semua akan kembali Rain, aku yakin orang tua kamu gak akan pisah. Mereka sayang kamu. Percaya aku." ucapku berusaha meyakinkan Raina.
***Lima bulan berlalu, Raina mulai melupakan kejadian itu dan kembali menjadi Raina yang ceria. Orang tuanya belum berpisah, dan kini sedang mencoba untuk kembali memperbaiki diri. Tante Mila -bunda Raina- akhirnya menyesali perbuatannya dan meminta maaf pada Raina dan om Ardi -ayah Raina-. Dan selang tiga bulan merekapun kembali menjadi keluarga yang utuh. Tante Mila dan om Ardi juga berjanji tidak akan terlalu sibuk bekerja agar bisa menemani Raina kapanpun Raina mau.
Kini hidup Raina berubah, keluarganya menjadi keluarga yang paling bahagia menurutku. Tak ada lagi tangis sedih dalam hari-harinya, yang ada hanya hari-hari penuh warna.
"Lun, Gin.. makasih udah support aku selama ini ya, aku sayang kalian," ucapnya sambil memeluk aku dan Luna.
"Itulah gunanya sahabat Rain, kita akan tetap disini seberat apapun masalah kamu, kita akan tetap disini untuk support kamu. Karena kita gak akan pernah sanggup liat kamu merasakan kesulitan itu sendiri. Selalu berbagi ceritalah pada kita Rain, seberat apapun itu, kita akan berusaha membantu menyelesaikannya bersama-sama," ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 bangau kertas untuk Raina
Short StoryTiba-tiba Raina melepaskan pelukannya dan berkata penuh semangat, "Kalau gitu kalian mau gak bantu aku bikin 1000 bangau kertas?" "1000 bangau kertas? Untuk apa?" tanya Luna. "Aku pernah baca cerita, katanya kalau kita lagi bahagia kita harus bisa b...