prolog

43 1 0
                                    

Semilir angin malam bertiup pelan, hingga dinginnya mencekat, binatang malam pun mulai bersahutan menandakan gilirannya yg beraktivitas, langit tak lagi memperlihatkan birunya, kini berubah menjadi gelap, namun malam ini, langit dihiaskan bulan dan taburan bintang, pesona langit itu mampu membuatnya berdiri menatap langit sejak setengah jam yg lalu, dalam diamnya ia terus memandangi bintang, benda langit itu telah menghipnotisnya pada keindahannya, cahanya seakan mampu menghangatkan tubuhnya dari dinginnya angin malam yg membekukan tulang. Seulas senyum terukir di bibir berwarna merahjambu mungilnya, tangan kanannya mengelus benda cantik yg melingkari jari manis kirinya, matanya terpejam seolah ingin berbagi pada bintang.
"besok aku akan menikah, besok hari bahagia ku, tapi aku tidak tau apakah aku harus berbahagia atau tidak" ucapnya pelan, senyumnya memudar, matanya berubah sendu.
"maafkan aku, aku tidak bermaksud bermain pada sebuah pernikahan, namun aku tidak punya pilihan lain" ujarnya lagi, semilir angin kembali meremangkan bulu kuduknya.
"tapi tenang saja, akan aku usahakan untuk berbahagia, datanglah besok, sebagai saksi pernikahanku" tatapnya nanar pada bintang yg memiliki cahaya paling terang. senyumnya ia sunggingkan lagi.
"aku merindukanmu" katanya, ia menatap bintang itu lagi, berbicara pada bintang adalah kegiatan yg selalu ia lakukan, menurutnya dengan berbicara dan berbagi semua yg ada dipikirannya pada bintang membuatnya lega karena ia sangat yakin bintang yg paling terang itulah jelmaan orang yg paling ia sayangi, org yg selalu dihatinya tanpa pernah pudar, yg selalu ia cintai walau orang itu tak lagi bersamanya, ia dan orang itu memiliki dunia yg berbeda, namun tetap ia takan pernah dilupakan, orang itu punya tempat tersendiri di hatinya, dialah yg membuatnya lahir kedunia, seorang Ayah!

unconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang