kebencian... itulah yg seharusnya ia rasakan padanya, yg telah menghancurkan mimpi dan khayalannya yg bertahun tahun ia rangkai, namun ia tak berdaya, ia pasrah dengan keadaan, ia hanya berfikir membenci hanyalah mempersulit semuanya, ia berusaha untuk menjalankan hidupnya kembali bersama orang penghancur mimpinya, namun bukankah hati tidak bisa diatur? bukankah segala sesuatu yg berhubungan dengan perasan tak bisa direncanakan? tak peduli ada siapa dan apa yg didepannya, ia telah memilih dan perasaannya ikut terjatuh pada pilihannya, kini bukan lagi logikanya yg bermain mengikuti arus kehidupannya namun hatinya, hatinya berbicara dan memilih orang itu.
1 part