Part 2

27.8K 1.4K 119
                                    

DUH MULMEDNYAAA <3
2013 HARRY IS MY FAVORITE!

*****

Author's POV

Susu dingin yang biasa Samantha minum bisa membuatnya tersedak luar biasa. Tentunya dikarenakan melihat seorang pria tengah duduk santai di ranjang kamarnya. Iya, ranjang! Mereka bertukar pandang dengan mimik tanda tanya. Tunggu, bukankah pria ini adalah pria sama yang ia lihat sore tadi di depan rumahnya?

"Kau siapa? Apa yang kau lakukan di kamarku?!" Histeris Samantha Hoult.

"Kau... masih tidak mengingatku?" Suara berat khas pria terdengar.

"Tidak mungkin aku lupa. Kau itu yang sore tadi berdiri di pintu depan rumahku!"

"Sungguh, Mantha? Ternyata kau masih saja bodoh."

Mata Samantah praktis melotot sebal. Pria itu pun menatap balik gadis yang tengah dalam posisi berkacak pinggang. "Baiklah, aku Harry. Harry Edward. Puas?"

Harry? Edward? Nama yang aneh. Dan... familiar.

Namun bukan sebuah nama apalagi perkenalan yang Samantha mau. Samantha lebih geram kenapa seorang pria tiba-tiba menjajah kamarnya? Sementara lain halnya dengan Harry yang nampak santai dan justru menikmati ocehan berisik Samantha.

"Harry Edward, tolong bawa barangmu dan keluar dari kamarku!"

Sungguh tidak sopan sekali. Tanpa ada angin ataupun hujan, seseorang berani memasuki satu-satunya zona nyaman yang dia punya. Jika Samantha tahu apa yang akan terjadi setelah pertemuan Harry dengan ibunya, ia tidak akan berpikir dua kali untuk segera menendang bokong pria itu keras-keras.

"Tidak mau. Ini kamarku juga."

Apa?

"This room is mine! Mine!" Samantha memukul Harry dengan tas selempangnya berkali-kali, namun yang dipukuli tetap saja diam tak bergeming.

"Bukankah aku sudah memperkenalkan diri? Jadi berhenti meneriakiku seperti kita tidak saling mengenal."

Harry mendadak bangkit dari ranjang dan langsung menatap lekat gadis itu. Samantha harus terkejut selama sepersekian detik karena wajah mereka hanya sebatas sejengkal. Dekat sekali. Dia pun berlari mundur setelah berhasil menguasai diri. Sadar dengan pukulan gagal membuat Harry enyah, maka Samantha segera mengambil ransel dan koper hitam itu, untuk selanjutnya dibuang dari kamarnya.

"Lihatlah! Apa yang sudah aku lakukan pada tasmu."

Kesal barang-barangnya tidak berada ditempat seharusnya, Harry lagi-lagi berjalan mendekat, sementara Samantha melakukan hal sebaliknya. Air liurnya tercekat ketika tersadar punggungnya menyentuh dinding kamar. Tiba-tiba Harry membuka kaus putihnya, memperlihatkan beberapa tattoo di dada bidang dan lengannya.

Apa-apaan ini?!

"Apa menurutmu badanku bagus? Bukankah aku tampan?"

"Kau... kau memang cukup tampan, tapi sayangnya cara kerja otakmu pendek." Ucap Samantha sembari menunjuk wajah Harry yang tengah menyeringai. Dengan satu hentakan, Harry menarik lengan Samantha dan menjatuhkan tubuh gadis ini di atas ranjang. Samantha mencoba mendorong Harry yang berada di atas tubuhnya, tetapi ia kesulitan.

"Aku merindukanmu." Bisik Harry dan itu membuatnya merinding.

"B-bangun." Gagap Samantha. Tenaga gadis ini tidak kunjung mampu menyingkirkan beban tubuh Harry. "Tolong menjauh dariku."

"Baik, setelah aku membuka ini terlebih dahulu." Harry menunjuk celana setengah lutut yang tengah dikenakannya.

"Pervert! Pria mesum!" Teriakan Samantha hanya ditanggapi senyuman tipis oleh Harry. Terdapat kedua lesung pipi juga di sana, membuat senyum Harry semakin manis.

Deruan nafas satu sama lain semakin terasa saat hidung mereka bersentuhan. Harry menyembunyikan anak rambut Samantha dibalik telinga. Nakal sekali rambut-rambut menghalangi kecantikan Samantha. Bahkan harus Harry akui, Samantha masih sama cantiknya dengan Samantha yang ia kenal 13 tahun lalu. Hidung mancung, mata bulat, dan bibir tipis berwarna pinknya betulan menggoda Harry.

Sama halnya dengan Samantha. Dia seperti terhipnotis oleh mata hijau milik Harry. Entah sihir mana yang membuat dirinya perlahan memejamkan mata. Berharap sesuatu hal akan terjadi. Namun semua buyar ketika Harry berbisik;

"Bawa barang-barangku masuk kembali." Kontan Samantha membuka matanya lebar. Pipinya bahkan ia yakini sudah bersemu merah karena dirinyalah yang justru mempunyai pikiran mesum. Samantha pasti gila! "Kau tidak mau menuruti ucapanku? Atau aku akan membuka ini..." Harry menggantung kalimatnya seraya menunduk guna menatap celananya.

"A-akan ku ambilkan."

Harry kemudian bangun, membiarkan Samantha menaruh seluruh barang-barangnya ke tempat semula. Dengan kedua tangan terlipat di dada, Harry menghampiri Samantha yang masih saja tertunduk. Ia mengangkat dagu Samantha agar mereka bisa kembali berpandangan.

"Lihatlah, ternyata masih ada seseorang yang otaknya lebih pendek dariku. Dasar gadis, mesum."

Pria ini menyeringai, puas sudah berhasil mengusili Samanthanya. Sementara bibir gadis cantik itu hanya bisa terkunci rapat. Tak ada yang bisa dilakukannya selain mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. Ia memutar tumitnya, berjalan ke sofa di ranjang guna merebahkan diri, terlalu malas berdebat. Akan dia pikirkan lagi di besok hari cara ampuh untuk mengusir sosok Harry Edward.

Di saat Samantha nyaris terlelap, Harry dengan lancangnya bermain gitar. Harry bernyanyi keras-keras tepat di kupingnya. Samantha pun hanya bisa mengumpat dalam hati sampai rasa kantuknya datang.

EASE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang