Genre : Romance
cast
- Choi Seungcheol
- Lee subin (OC)
***
Aku menatap layar ponsel ku yang sedang dalam keadaan terkunci. Berharap layar itu menyala dan memunculkan sebuah nama yang selalu aku tunggu.
1 menit
2 menit
Aku terus memandang layar ponselku, dan aku terlonjak ketika layar tersebut menyala, aku hampir saja bahagia namun senyum yang sesaat kembali memudar ketika menyadari bukan namamu yang tertera di layar ponselku.
Dengan malas aku menerima panggilan itu.
"Ya! Kau kemana saja hah?" Suara di seberang sana semakin membuatku kecewa.
"Aku tidak kemana mana? Ada apa menghubungiku?buatku kesal kau tau"
"Kesal? Kenapa? Karena bukan dia yang menghubungi tapi aku?"
"Bukan! Kau jangan bawa-bawa dia lagi"
"Ah sudah mengaku sajaa kau masih mengharapkannya kan?"
"Tidak!" Dustaku.
Maaf, aku bohong.. sejujurnya aku masih mengharapkanmu kembali, bahkan saat ini pun mataku tak bisa lepas dari foto mu yang masih aku pajang di meja kecil di kamarku. Aku tidak bisa melupakanmu. Hanya aku malu mengakui kepada semua orang bahwa aku meridukanmu saat ini, aku malu karena dulu aku yang memutuskan untuk berpisah denganmu.
"Aku tidak yakin kau sudah tidak mencintainya."
"Ya! Mau mu apa hah?" Tanyaku kesal
"Hehehee kalau kau bertanya begitu hari ini traktir aku"
Aku mendengus
"Hey, sudah hampir 2 minggu kau tidak keluar rumah kan? Ayolah biasanya kan kau yg paling bersemangat" ujarnya
"Baiklah"
Aku menutup sambungannya. Dengan malas aku bangun dari tempatku.
Apa kau tau? Ini pertama kalinya aku keluar rumah setelah kita berpisah
---
Aku memasuki sebuah cafe yang ada di kawasan kota seoul, suasana sepi sangat terasa di dalam cafe tersebut. Lantunan lagu jazz melantun seirama menyatu dengan suara rintik gerimis yang terdengar dari luar.
Manik coklatnya tak berhenti bergerak melihat kesekeliling cafe, mencari orang yang ia akan temui hari ini. Ketemu. Ia menangkap sosok laki-laki berambut panjang yang terbalut kemeja berwarna hitam. Kakiku langsung melangkah ke meja tempat Jeonghan duduk menunggunya
"Aahh kau datang akhirnya" seru Jeonghan ketika menyadari Aku sudah duduk di depannya tanpa berkata sepatah katapun
"Heeyy 2minggu aku tidak bertemu kau sudah seperti zombie" ledek Jeonghan yang melihat penampilanku yang kacau. Lingkar matanya terlihat jelas kalau aku selalu tidur kurang dari 8 jam.
"Aku sibuk mengerjakan tugas akhirku" ujarku yang akhirnya membuka mulut setelah beberapa menit diam tak menggubris perkataan Jeonghan.
"Oh aku kira kau sibuk memikirkan dirinya~" goda Jeonghan, Aku langsung menajamkan mataku ke arah Jeonghan.
"Kau inii setelah kejadian itu kau lebih sensitif jika ada orang yang membicarakannya" ujar Jeonghan. Aku hanya terdiam sambil terus menatap tajam Jeonghan. Ia kesal dengannya hanya dia satu-satunya orang yang sering menyinggung soal dirinya dengan wanita yang pernah mengisi ruang hatinya yang kosong. Itu dulu, keputusan yang Aku putuskan sendiri membuat hatinya kini kosong dan hampa. Dan ia akui, ia menyesal saat ini.
"Sebulan lalu subin berangkat ke New York, dia dapat beasiswa disana." Lagi-lagi ucapan Jeonghan membuatnya terdiam, ia berhenti menyesap minumannya yang baru saja ia pesan. Entah kenapa ia merasakan dadanya sesak.
"Aku pikir dia akan lama disana. Karena apa? Mungkin dia tak ingin melihat mu lagi." Ejek Jeonghan. Ia sebenarnya kesal dengan apa yang dilakukan Aku pada Subin dulu, wanita yang pernah mengisi hatiku, wanita yang selalu mencintaiku apa adanya yang selalu membuatku terpesona padanya. Entah apa yang di pikirkanku saat itu sampai aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Subin tepat dia hari jadi kita yang ke satu tahun. Aku tidak tau bagaimana Subin setelah kejadian itu.
"Sebelum berangkat dia menunggumu, dia masih berharap kau bisa menemuinya walau sedetik atau hanya mengucapkan selamat tinggal di telepon" ujar Jeonghan, ia meraih cangkir di depannya, mengangangkat cangkir putih berisi kopi panas dan menyesap aroma espresso yang langsung menjalari saraf saraf di indra penciumannya, ia lalu menempelkan bibirnya ke ujung cangkir seraya menyeruput espresso yang masih terasa panas.
Aku hanya diam memandangi permukaan espreso di dalam cangkir.
"Kau tidak ingin menghubunginya barang satu atau dua menit?" Tanya Jeonghan.
Aku mengigit ujung bibirku. Aku ragu dengan jawabankku, aku ingin mencoba menghubunginya, meminta maaf pada subin, mengucapkan selamat dan ingin sekali aku mengungkapkan perasaannya bahwa aku merindukan sosok subin di sampingku, namun keinginanku itu tertutupi oleh rasa ego dalam diriku. Aku menggelengkan kepalaku pelan membuat Jeonghan mengernyit melihat reaksiku
"Aku tidak ingin" ucapnya
Kenapa?
Aku mengangkat wajahku hingga sejajar dengan wajah Jeonghan.
"Haruskah aku jujur padamu?" Tanyaku
Jeonghan mengela nafas panjang. "Kau bicara dengan siapa? Orang lain? Ini aku! Kau sudah mengenalku sejak kapan hah?" ujar Jeonghan
"Aku hanya tidak ingin dia terus mengharapkanku." Ucapku singkat yang sukses membuat Jeonghan mengernyit bingung.
"Aku tidak mengerti."
Aku menghela nafas panjang.
"Aku bukan orang yang pantas untuknya. Aku terlalu banyak membuatnya sakit."
Aku menahan sesak di hatiku.
"Dia tidak pernah merasa kau menyakitinya." Timpal Jeonghan. Aku hanya diam semakin menundukkan kepalaku.
"Dia selalu merasa kau membuatnya bahagia."
Aku mengangkat kepalaku perlahan dan menatap Jeonghan sendu.
"Setelah orang tuanya meninggal bertahun-tahun Ia hanya tau tentang kesedihan, kemarahan dan kebencian. Tapi karena kau, dia bisa tau bagaimana rasanya bahagia." Jelas Jeonghan.
Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Bayang-bayang kenangan dengan subin saat itu terputar jelas di pikiranku saat ini.
"Kau yakin tidak akan menghubunginya?" Tanya Jeonghan meyakinkan Aku.
Aku tak menjawab, hanya diam, entah hari ini aku di buat diam oleh Jeonghan.
"Jangan menyesal jika nanti kau terlambat." Ujar Jeonghan, Ia meminum habis sisa espressonya kemudian Ia bangun dari duduknya dan pamit pergi meninggalkanku sendiri dengan lantunan sebuah lagu jazz dan pemandangan gerimis dari luar yang terlihat jelas dari sini. Aku ingat, hujan gerimis yang mempertemukan aku denganmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF VIGNETTE] COMEBACK AGAIN
Romance"Kau tau rasanya bersalah itu seperti apa?" "Seperti apa?" "Seperti perasaanku yang masih terus mengharapkanmu"