Chapter 3

658 43 0
                                    

-

Tubuh gadis itu terhempas dengan bebas di atas kasur king size miliknya. Ia benar-benar sangat lelah hari ini. Menurutnya kejadian hari ini benar-benar seperti sebuah kutukan yang nyaris membunuhnya. Ia memejamkan matanya sejenak lalu melirik jam yang tergantung rapi di dinding merah muda kamarnya. Sudah jam empat sore, sebenarnya ia ada les piano jam 5 nanti, namun kondisinya seperinya tidak mendukung. Jadi, ia sepertinya kali ini akan bolos les dulu.

Kayla mendesah pelan kemudian ia bangkit dari posisi bebaringnya dan merasakan seragam sekolahnya benar-benar lengket. Ia begitu banyak berkeringat hari ini dan itu semua membuatnya merasa tidak nyaman. Jadi dengan langkah berat Kayla melepaskan seluruh pakaiannya dan beranjak ke kamar mandi. Mungkin berendam air hangat dan menghirup aroma terapi bisa membuat pikirannya sedikit tenang.

Ketika air di bath up sudah benar-benar siap, Kayla menurunkan kakinya ke dalam dan mulai berendam disana. Ia membiarkan tubuhnya terendam busa hangat itu hingga di bawah leher. Ia menyandarkan kepalanya sambil memejamkan matanya dan menikmati alunan musik klasik yang mengalun lirih dari I-phone yang rajin ia letakkan disampingnya setiap kali ia mandi.

Belum sampai lima menit ia menikmati waktu santainya, tiba-tiba lagu yang mengalun di ponselnya mati bergantikan dengan nada dering panggilan masuk yang lansung membuat Kayla membuka matanya. Siapa orang yang berani-benari menganggu waktu santainya kali ini?

Kayla memutar bola matanya kesal sebelum akhirnya ia meraih lap kering yang ada di sampingnya lalu mengeringkan tangannya dan meraih ponselnya itu dengan setengah hati. Kedua mata Kayla menyipit ketika melihat rentetan nomor yang tidak ia kenal terpapar disana. Sebenarnya Kayla enggan mengangkatnya, namun karena ponselnya terus berdering akhirnya Kayla menerima telfon itu.

"My girl." Sebuah suara yang sontak membuat Kayla hampir saja melempar ponselnya jatuh ke lantai. Suara itu begitu khas dan sangat mudah untuk dikenali. Siapa lagi kalau bukan suara milik Justin. Apa sebenarnya yang diinginkan pria itu? Padahal belum satu jam Kayla meninggalkan rumah mewah Justin, sebelum akhirnya supir pribadi Justin mengantarkan Kayla pulang atas permintaan Kayla sendiri.

"Justin. Ada apa?" tanya Kayla malas-malasan.

"Hanya ingin memastikan apakah kau sampai di rumah dengan selamat, sugar." Sebenarnya Kayla sangat risih dan geli setiap kali Justin memanggilnya dengan sebutan khusus seperti itu.

"Jangan berlebihan. Aku sudah sampai di rumah sejak sepuluh menit yang lalu," ujar Kayla sambil memutar kedua bola matanya jengah.

Nafas berat Justin terdengar. "Baiklah," ucap Justin pendek. "Sedang apa sekarang?" tanya pria itu penasaran.

Kayla melirik tubuhnya sejenak yang kini terendam air hangat yang dipenuhi busa. "Mandi," ungkapnya jujur.

"Benarkah? Oh please, seharusnya kau tak berkata seperti itu. Kau tak tahu betapa otakku kini sangat aktif menghayalkan tubuhmu." Suara Justin terdengar tertahan. Serius? Pria itu memang terdengar sedikit mengumpat. Lucu juga.

Kayla mengulum senyum dan menggeleng samar. Ia mengangkat tangan sebelah ke tangan sebelah kanannya ke permukaan dan menatapi kuku-kuku jarinya yang terawat sempurna. "Kalau begitu aku harus menutup telfonya," ancam Kayla dengan sengaja. Entahlah,tiba-tiba saja ia merasa Justin memang begitu lucu, meskipun lebih banyak menyebalkannya.

"Jangan." Itu terdengar sepeti kalimat permohonan. Sementara itu Kayla masih tetap menahan tawanya. "Aku hanya ingin mendengar suaramu," ucap Justin malu-malu.

Jackpot From Las Vegas (by Asa Bellia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang