Meeting

2.3K 132 7
                                    

"Soojung?"

"Jongin.."

Kini seseorang yang dinantikan keberadaannya telah muncul. Seseorang yang telah memaksa Soojung memutar kembali masa lalunya kini telah berada di depannya.

Bukan hanya tertuju pada mata seorang Kim Jongin, tapi juga seorang wanita di belakang Jongin dan seorang putra kecil yang berada di atas tekuk Jongin juga mencuri perhatihan Soojung.

Tak peduli dengan tatapan orang-orang Soojung dengan mantap melangkah mundur, menyampingkan tubuhnya kearah kanan. Soojung berjalan gontai menerobos lautannya manusia yang kini menatapnya.

Jongin yang tadi tersenyum bersama 'putra kecilnya' kini hanya dapat menatap punggung wanita yang dulu pernah mengisi tempat dihatinya, perlahan wanita itu hilang dari tatapannya.

Dan perlahan pula kenangan-kenangan pilu itu menari di kepala Jongin.

.

"Soo, ada apa denganmu?" Tanya Naeun, yang baru saja sampai di sebuah dirumahnya.

Naeun melihat Soojung prihatin, Soojung terlihat memegang 1 botol soju.

"Kau tau siapa orang yang kucintai?" Tanya Soojung.

"Kau tau siapa orang yang kutunggu selama ini?"

"Ia bajingan beruntunglah kau mendapatkan Taemin. Aku pun muak melihat wajah Taemin yang sangat mirip dengannya,"

Naeun mengerti keadaan Soojung sekarang, dan Naeun tau bagaimana masa-masa sulit Soojung untuk melupakan bajingan itu yang pada akhirnya merujuk pada Soojung yang ingin menunggu sampai bajingan itu kembali.

Berbekalkan kata-kata 10 tahun yang lalu, yang selalu menari di telinga Soojung.

"Apa masalahmu sekarang?" Tanya Naeun lembut.

"Dia... Jongin aku bertemu dengannya tadi," Setetes kristal kecilpun berhasil meluncur di pipi putih Soojung.

"Aku tak mengerti, mungkin tuhan ingin memberikanku peringatan untuk tak mengharapkannya. Aku melihat...," Soojung pun meletakan gelas kecilnya diatas meja.

Ia melihat Naeun sejenak, dilihatnya mata hazel Naeun yang memancarkan berjuta pertanyaan.

"Melihat ia bersama....., entahlah Naeun-ah aku tak mengerti." Lanjut Soojung.

Naeun mengerti bagaimana Soojung sekarang, ditatapnya sahabatnya ini dengan sayu. Naeun mengenggam tangan Soojung lembut, dan mengajak Soojung berdiri.

Diraihnya pundak Soojung dan ia pun tersenyum menatap Soojung.

"Kau bisa melanjutkannya nanti, ayo pulang. Sebelum itu kita kesupermarket dulu, Taemin sudah menunggu dimobil." Ujar Naeun sambil menuntun Soojung berjalan.

.

Jongin menatap gedung sekolahnya dahulu, dilihatnya bayangan saat ia dan Soojung dihukum di gedung B. Jongin berjalan menuju parkiran setelah puas bernostalgia di sekolah lamanya itu.

Dreett dreeet

"Hallo?"

"Oh, baiklah. Tunggu saja 15 menit aku akan sampai." Setelah menerima telpon tanpa aba-aba Jongin berlari kecil menuju mobilnya, masuk, dan menancapkan gas dengan pasti.

.

"Seulgi." Panggil Jongin. Tampak seorang perempuan tinggi dengan rambut hitam terangnya, ia bersama seorang anak kecil dengan setelan baju pelaut.

"Jongin."

"Hai anak Appa yang sangat tampan." Sapa Jongin pada pangeran kecil yang kini sudah berada persis diatas pundak Jongin.

"Apa itu tidak berlebihan?" Tanya Seulgi sinis. Terdengar suara tawa renyah Jongin yang masuk kedalam indra pendengaraan Seulgi. "Baiklah, ayo."

Seulgi menatap Jongin yang sedang menyetir sambil memangku pangeran kecilnya, "Siapa wanita yang kemarin Jong?" Tanya Seulgi sambil terus menatap Jongin yang masih saja tidak mengalihkan pandangannya dari jalan raya.

"Dia? Soojung?" Jawab Jongin sembari meminggirkan mobilnya, "dia.., Soojung. Cinta pertamaku." Lanjut Jongin yang tetap menatap lurus kedepan.

"aku masih ingat memintanya untuk menungguku sebentar lagi." Ujar Jongin sambil menunduk dan tersenyum tipis.

Mereka berdua tehanyut dalam hening, mereka masih bermain dalam pikiran masing-masing. Tak ada yang menyangka bahwa Jongin bertemu dengan Soojung.

"Ia, Soojung-ssi pasti sangat kecewa saat melihatmu," Buka Seulgi mencairkan keheningan yang menghinggapi mereka tadi, "aku merasa sangat bersalah padanya." Lanjut Seulgi sambil tertunduk.

"Semuanya terjadi tanpa ada yang dapat memprediksikan sseul," Jawab Jongin sambil menatap Seulgi yang merasa sangat bersalah.

"Dan aku tak yakin ia masih menungguku." Lanjut Jongin yang hanya dapat tersenyum tipis, dan kembali menjalankan mobilnya.

"Kurasa ia masih menunggumu," Jawab Seulgi sambil mengambil pangeran kecilnya dari pangkuan Jongin.

"Jika ia tidak menunggumu, ia pasti akan menyapamu. Bukan malah pergi dengan gontai seperti itu. Dan kau, kau juga terlihat masih mencintainya." Lanjut Seulgi sambil menidurkan pangerannya di atas pangkuannya.

"Aku masih mencintainya Sseul. Bahkan setelah 10 tahun yang berlalu." Jawab Jongin yang mantap dan tenang sambil menatap kedepan.

"Tapi kau terlalu tua untuk berkencan! Sadarkan dirimu, umur 29 tahun." Ejek Seulgi.

"Kurasa akan sangat menyentuh bila kau melamarnya setelah 10 tahun saling menunggu." Ungkap Seulgi.

"Apa dia akan menerimaku? Dengan melihatku seperti kemarin?" Tanya Jongin.

"Jangan pikirkan hasil akhirnya, lakukanlah jika menurutmu itu yang terbaik. Setidaknya ini menjadi usaha terakhirmu. 10 tahun memendam perasaan pada orang yang sama tidaklah mudah Jong."

.

"Soojung-ah, apa kau akan tetap bertahan setelah melihat apa yang kau lihat kemarin?" Tanya Naeun saat Soojung sudah selesai menjelaskan apa yang ia lihat kemarin.

"Entahlah.., aku bingung."

"Tapi, jika Jongin mengatakan itu padamu. Kurasa ia tak mungkin mengecewakan mu." Sambung Taemin.

"Mungkin menurut perempuan semua laki-laki itu sama. Tapi sebenarnya kami mempunyai cara berpikir yang berbeda. Jika Jongin berpikir sepeerti anak kecil maka, ia akan masa bodoh dengan semua yang telah ia katakan. Otaknya akan bicara 'itu 10 tahun yang lalu ckck, oh tuhan', tapi jika ia berpikir seperti laki-laki dewasa, maka ia akan tetap pada pendiriannya. Ia akan bertanggung jawab dan yakin." Lanjut Taemin dengan panjang.

"Walau bagaimanapun, semua keputusan ada di tanganmu Soojung-ah. Mencintai orang yang sama dalam jangka 10 tahun tanpa ada kepastian itu tidak mudah. Jika kau pergi dan melupakannya begitunya, kurasa apa yang kau pertahankan akan sia-sia." Ujar Naeun.

Soojung kini hanya dapat menerawang segala pikirannya. Disatu sisi ia yakin bahwa Jongin telah menikah dan meninggalkannya.

Tapi disisi lain, ia yakin bahwa Jongin masih bersamanya. Tatapan Jongin waktu itu memancarkan semburat rasa kerinduan yang mendalam. Soojung merasakannya.

.

.

Just WannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang