Soojung kini menatap langit sore, kejadian minggu kemarin masih membekas di hatinya. Jongin masih tetap sama, matanya yang sayu membuat hati ini tenang.
Aroma parfumnya pun sama sekali tak berubah, hanya saja satu yang menjadi ganjalan Soojung saat ini. Wanita dan seorang anak laki-laki kecil yang berada di tekuk Jongin masih menyisahkan tanda tanya yang besar. Apa yang ia khawatirkan akan terjadi?
Drettt.. dret..
"Soojung-ah telepon mu berbunyi." Teriak Naeun sambil masuk menuju kamar Soojung, "Siapa?" tanya Soojung, "nomornya tidak dikenali." Balas Naeun.
"Hall—"
"Soojung, it's been long time." Ujar suara dari sebrang sana, Soojung terpaku sejenak. Sesaat ia merasakan detakan jantung yang lebih cepat.
"Jongin-ah, bagaiman---a bisa?"
"Entahlah, tapi bisakah kita bertemu?"
"Dimana?"
"Disekolah digedung B, esok pukul 11 siang."
"Baiklah---"
Tuutt
Soojung langsung memutuskan panggilan teleponnya, ia merasakan jantung bedetak begitu cepat.
Naeun yang berada disamping Soojung hanya menatap Soojung dengan beribu pertanyaan yang dipancarkan oleh matanya.
"Jongin menelpon, ia mengajakk bertemu lagi. Di gedung sekolah, di gedung B pukul 11 siang." Ujar Soojung yang masih saja menahan detakan jantungnya yang kini mulai mereda.
"Apa aku harus menemanimu?" Tanya Naeun serius sambil menyentuh pundak Soojung.
"Aku bahkan belum tahu harus menemuinya atau tidak." Jawab Soojung pelan, Naeun yang berada di depan Soojung hanya dapat tersenyum melihat tingkah sahabatnya satu ini, "kau bahkan mengucapkan baiklah." Ujar Naeun.
"Mana mungkin kau akan menolak bertemu dengannya. Lagi pula ini kesempatan terakhirmu. Dan esok juga kau akan mendapatkan kepastian dari Jongin." Lanjut Naeun sambil menatap Soojung yang tengah asyik bermain dengan pikirannya sendiri.
.
.
"Terima kasih Taemin! Kau memang terbaik." Ujar Jongin pada Taemin.
"Hei, kau adalah sahabatku. Tapi, Soojung sangat kecewa melihatmu dengan Seulgi kemarin." Balas Taemin seraya meminum Americano yang hampir dingin.
"Aku tau, aku merasa buruk di depannya." Jawab Seulgi yang berada disamping Jongin.
"oh sebentar, sepertinya Jackson sudah hampir sampai kesini, kau pasti sudah lama kan tidak bertemu dengan Jackson?" Tanya Seulgi kepada Taemin yang kini mengangguk mantap.
"AH! Itu Jackson!" Teriak Jongin sembari menunjuk kearah pintu yang munculnya seorang laki-laki dengan rambut pirangnya dan topi yang selalu melekat sabagai identitas dirinya.
"Jackson! Oh kau tak bertambah tinggi!" Ujar Taemin sambil memeluk laki-laki itu.
"Sialan kamu. Hei Woozi ku sayang, apa kau nyaman di Korea? Atau mau kembali ke Cina?" Ucap Jackson sambil menggendong anak kecil yang tadinya berada di pangkuan Seulgi.
"Oh ayolah, kami baru seminggu disini. Kita berangkat bersama Jongin saja, ia juga sekalian akan membawa calon istrinya juga ke California. Kita ke Cina, Jongin California." Jawab Seulgi sambil mendekati Jackson.
"Oh, seperti yang kau ceritakan kemarin Jongin-ssi." Ujar Jackson sambil menatap Jongin tersenyum.
"Ya begitulah, doakan aku untuk besok." Balas Jongin. Jackson mengangguk tersenyum menyentuh pelan pundak Jongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Wanna
FanfictionMusim gugur telah kembali, maka kembali pula lelaki itu. 10 tahun tak berjumpa tapi rasa itu tetap ada. Goodbye Summer Sequel.