Bagian 2

54 4 2
                                    

Dua hari telah berlalu. Hari ini adalah hari terakhir MABIS. Ah! Itu artinya aku sudah tidak bisa lagi membully anak-anak baru itu lagi. Tapi, itu juga berarti aku sudah tidak perlu bertemu dengan si tuyul William itu. Selama 2 hari MABIS ini dia selalu SKSD ke aku. Udah dijutekin malah makin jadi. Pfiuhhh..emang tuh anak kurang ajar banget. Aha! Tiba-tiba muncul lampu di kepalaku. Aku baru saja menemukan ide untuk memalukan si tuyul William itu di depan semua anak baru. Biar tahu rasa tuh anak. Haha..tawaku jahat dalam hati.

Aku pun berangkat dengan segala rencana di kepalaku. Hari ini hari terakhir, dan hari untuk bermain-main dengan anak baru. Bermain-main bukan berarti aku bakalan baik sama si tuyul itu. Aku sudah menyusun rencana yang bagus untuk memalukannya.

Jarum jam menunjuk ke angka 7, dan MABIS hari terakhir pun dimulai.

Kegiatan pertama adalah mengumpulkan surat cinta dan coklat. Surat cinta dan coklat itu dibuat untuk kakak-kakak OSIS selama mereka MABIS.

Setelah semua surat terkumpul, lalu mereka harus mencari tanda tangan dari 10 kakak OSIS yang tercantum di kertas yang diberikan oleh kakak pembimbing mereka. Jadilah semuanya riuh, sibuk mencari-cari kakak-kakak yang akan dimintai tanda tangan. Aku sampai pusing melihat mereka mondar-mandir tak karuan dan memohon-mohon untuk dapat tanda tangan. Tapi, dari sekian banyak kakak-kakak yang dimintai tanda tangannya susah, ada satu kakak yang gampang banget dimintai tanda tangan. Siapa lagi kalo bukan orang yang duduk di sampingku ini? Firdan Maulana. Yosh ! Cuma dia yang gampang banget ngasih tanda tangan ke anak-anak baru itu.

"Dan, kok lo gampang banget sih ngasih tanda tangannya? Yang lainnya pada ngasih syarat lohh! Kok lo nggak sih?" tanyaku dengan muka bingung.

Dia pun menatapku sambil tersenyum. Dan disitulah ketampanannya menguji keimananku. Oh Tuhan! Tampan sekali makhluk ciptaanMu ini saat tersenyum. Ku harap aku tak meleleh kali ini.

"Ngapain kasih syarat segala? Toh cuma ngasih tanda tangan. Nggak ada susahnya, ngapain dikasih syarat?" jawabnya enteng sambil tersenyum menatapku yang sedang kebingungan atas tingkahnya itu.

"Iya sih, tapi kan..." jawabku.

"Sudahlah Maya, lo tau kan gue orangnya kayak gimana? Jadi lo tau apa yang gue lakuin ya emang yang gue mau," selanya sambil meyakinkanku.

"Oke deh Dan. Gue ngerti kok maksud lo," jawabku singkat.

"Oh iya May, katanya ada yang ngeresein lo terus ya pas MABIS?" tanyanya.

"Kok lo tau sih?" tanyaku balik bertanya.

"Yaelah,,semuanya pada tau kali. Orang pada ngegosipin lo sama si siapa itu? William yah namanya?" jawabnya.

Astaga ! Kok bisa sih pada tau. Pasti kak Adil nih yang nyebarin. Pengen gue jitak tuh anak emang.

"Iya sih, biasa lah, anak baru. Masih tahap adaptasi," jawabku sok maklum. Tapi dalam hatiku berkata lain.

"Emmmm...kamu suka sama dia?" tanyanya kemudian.

Ya ampun. Kenapa jadi ngomong beginian ya?

"Enggak lah Dan, masa iya aku suka sama anak rese itu," jawabku dengan kesal.

"Ya mungkin aja kan May, namanya juga perasaan, bisa dateng kapan aja. Tapi syukurlah kalo lo nggak punya perasaan ke dia," jawabnya.

"Emangnya kenapa?" tanyaku. Entah mengapa aku merasa melambung tinggi ketika mendengar Firdan berbicara seperti tadi. Apa mungkin? Aaaaaaaa... teriakku girang dalam hati.

"Ya nggak apa-apa sih," jawabnya singkat sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal kurasa.

"Oooohhh gitu," jawabku sekenanya. Kami pun terdiam dan kembali menyelami pikiran kami sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

See? How Much I Love U (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang