HALO, selamat menikmati akhir pekan!
Ini bukan update. Saya hadir untuk meluruskan beberapa hal sebelum terjadi kesalahpahaman lebih lanjut.
1. Sejarah ditulisnya Best Mistake
Sebelum saya menjawab apakah Best Mistake merupakan pengalaman pribadi saya atau bukan, kalian perlu tahu lebih dulu tentang sejarah singkat ditulisnya cerita ini.
Kalian tahu Take Me Home, kan? Cerita ini dimulai dari sana. Saya menulis Take Me Home pada awal Desember 2014. Tokohnya Moza, Arco, dan Attar. Tadinya, saya ingin membuat Moza berakhir bersama Attar—seperti yang sudah saya jelaskan di Behind the Scene of Take Me Home. Nah, karena pada akhirnya Moza dan Arco bersama, dan Attar tidak memiliki pasangan, maka saya pun berniat untuk menuliskan cerita tentang dia, tanpa melepaskan begitu saja Moza di dalam kehidupannya. Biar seru! Hehe.
Lantas, pada minggu kedua Januari 2015, saya pun menelurkan kisah tentang Attar Ledwin yang sejak awal sudah terlihat jelas akan berakhir dengan Olivia, adik dari Arco Soedirja.
Jadi, tidak, Best Mistake bukan kisah pribadi saya. Sedangkan Take Me Home, tidak bisa saya katakan kisah pribadi juga, karena di dalam cerita itu hanya tidak lebih dari 20% yang sesuai dengan yang saya alami. Di bagian mana-mana saja, biar menjadi rahasia saya pribadi. Oke? ;)
2. Benar, saya mencintai Attar Ledwin
Pada akhir bagian Dua Puluh Tiga, saya membuat pernyataan seperti ini; 'Saya mencintai Attar Ledwin, seperti apa pun sikapnya. Bagi saya, Attar dan tokoh-tokoh yang saya tulis bukan hanya sekadar khayalan. Mereka hidup dan kami berkomunikasi.'
Tolong diperhatikan baik-baik, dan jangan diambil setengah-setengah dari kalimat saya.
Ketika saya mengatakan 'Saya mencintai Attar Ledwin', yang saya maksud adalah Attar Ledwin, si tokoh fiksi yang ada di kepala saya, bukan 'Attar yang asli'.
Kedua, ketika saya mengatakan 'Attar dan tokoh-tokoh yang saya tulis bukan hanya sekadar khayalan', itu tidak selamanya bermakna sebenarnya. Maksud saya dengan bukan hanya sekadar khayalan, karena saya selalu menganggap tokoh-tokoh fiksi saya itu hidup. Kami berkomunikasi melalui pikiran saya. Mereka berisik di dalam kepala saya. Mereka menuntut saya untuk segera dituliskan, agar kalian bisa menikmati kisah mereka.
Dan, ya, saya mencintai semua tokoh fiksi saya. Semua.
3. Bagaimana karya sastra di mata saya
Saya adalah seorang alumni dari Program Studi Sastra Indonesia. Kalau ingatan saya nggak salah, dosen saya pernah mengatakan kepada saya bahwa sastra adalah karya imajinatif yang estetis dan bermediakan bahasa. Namun, sekalipun dikatakan 'imajinatif', sastra tetaplah harus 'realistis'. Karena karya sastra tidak dapat lepas begitu saja dari kehidupan manusia.
Ketika seorang penulis menuliskan sebuah kisah, pastilah dia harus mengamati lingkungan, dan mengamati bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain.
Sama seperti ketika menuliskan sesosok tokoh fiksi dalam tulisan. Jika si tokoh fiksi tersebut ingin terlihat seperti tidak benar-benar imajinatif, atau dapat kita katakan realistis—memiliki sifat-sifat seperti makhluk hidup pada umumnya, maka kita harus mengamati seseorang. Mengambil sifat-sifat mereka. Menanamkan dalam kepala kita bahwa seorang manusia tidak ada yang sempurna.
Itu yang terjadi pada sosok Attar Ledwin. Kembali pada poin pertama, ketika saya mengatakan bahwa kurang lebih 20% kisah Take Me Home adalah nyata, yang termasuk dalam 20% itu adalah tokoh Attar Ledwin. Tidak secara keseluruhan, tentu saja. Saya mengambil beberapa kepribadian 'si Attar nyata', hobinya, dan pola pikirnya. Namun, tentu saja ditambah dengan imajinasi saya; bentuk fisiknya, dan juga sifat-sifat lain yang membuat Attar Ledwin tidak sekejam 'Attar yang asli'.
4. Siapa sebenarnya saya?
Sebelum saya menjawab, pertama saya akan memberi tahu pada kalian alasan mengapa saya suka menulis. Karena, dengan menulis saya dapat menjadi siapa pun yang saya inginkan. Kedua, karena dengan menulis, saya bisa pergi ke mana pun yang saya inginkan—padahal kenyataannya saya hanya berdiam diri di suatu tempat.
Jadi, siapa sebenarnya saya?
Yang pasti, saya bukan Olivia Faza Soedirja. Juga bukan Moza Sybil Abieza.
Kembali lagi ke poin pertama tentang 20% itu, apa yang saya alami memang saya tuangkan di dalam Take Me Home. Tapi..., tidak semuanya. Dan sepertinya hanya di satu bagian saja. Yang mana? Biar jadi rahasia saya. Oke?
Dan untuk memperjelas, ketika saya menuliskan sebuah kisah, agar lebih mendalami sesuatu yang dialami si tokoh fiksi, maka saya menempatkan diri saya sebagai mereka. Karena, ya itu, dengan menulis saya bisa menjadi siapapun yang saya inginkan. Namun, setelah lepas dari cerita itu—usai menulis, saya ya tetap saya.
Jadi, ketika menulis saya bisa menjadi si tokoh utama; Liv, Moza, Janina, dan tokoh-tokoh lain yang saya tulis, namun di luar menulis saya adalah Jenny Annissa. Pencipta mereka.
5. 'Attar yang asli' sudah menemukan Liv-nya?
Jujur, saya tidak tahu. Hubungan kami memang berlangsung sangat baik, sekalipun kami tidak lagi bersama. Dia masih menjadi teman baik saya, dan masih bersedia menolong ketika saya membutuhkan bantuannya. Tapi, hanya sebatas itu.
Sejak akhir Februari lalu, komunikasi di antara kami sudah tidak pernah terjalin lagi. Terakhir kali saya memberi kabar, bahwa saya sudah menemukan 'Arco' saya, dan kami sama-sama menghargai seseorang yang ada di samping saya saat ini, jadi kami memutuskan untuk tidak berkomunikasi secara intens lagi. Meskipun, saya yakin, jika saat ini saya menghubungi dia atau sebaliknya, ingin meminta tolong, kami akan dengan sukarela melalukannya. Karena, kami teman.
6. Jenny Annissa bukan nama pena
Jenny Annissa itu nama asli saya. Nggak perlu, kan, saya menunjukkan akte kelahiran saya pada kalian semua?
Adakah lagi yang perlu diluruskan? Jika ada, kalian bisa bertanya-tanya secara langsung dengan saya melalui sosial media saya. Silakan mention saya di Twitter dengan username: @jennyannissa_
Hahaha. Saya berasa oke banget, ya? Maaf, saya nggak maksud. Dan maaf jika ada kata-kata saya yang tidak berkenan di hati kalian.
Hidup kita hanya sekali di dunia ini, daripada direpotkan dengan mencari lawan, mengapa tidak memperbanyak kawan? Setuju?
Terima kasih untuk waktunya.
Love,
J
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST MISTAKE (Ledwin Series #1)
Romance[sudah terbit] Ini kisah tentang cinta dan pilihan. Tentang tawa dan luka. Tentang kesadaran; jika cintanya cukup besar, dia tak akan ragu menjatuhkan pilihannya padamu. * Liv begitu menyayangi kakaknya, Mas Arco, dan kakak iparny...