Harmoni of Tears 02

525 60 6
                                    


Hinata...

Maaf jika terlalu menyakitimu

Maaf jika aku terlalu pengecut

Maaf...

Karena sampai saat ini aku masih sangat mencintaimu.

Aku adalah orang yang egois,

Aku tahu kau mencintainya, tapi aku tetap mempertahankanmu di sampingku

Aku begitu pengecut, takut kehilanganmu dan kedua putranya yang ku klaim milikku

Aku sadar tak hanya aku yang menderita.

Hinata...

Aku tahu kau menderita karena penyesalan dan kebimbangan.

Tapi pengabdianmu membuatku bahagia.

Menjadi istri luar biasa, mendampingiku dan melahirkan putra meski bukan dari benihku.

Aku tak pernah membenci perselingkuhanmu dengannya,

Jika pada akhirnya dia membiarkan Asa dan Ketsu memakai namaku.

Karena aku bukanlah laki-laki yang bisa menjalankan kewajibanku sebagai suami secara utuh.

Sasuke...

Diantara kita kaulah yang paling menderita.

Tak adil rasanya jika aku membencimu, karena kesalahan di masa lalu.

Kau mencintai gadis yang telah menjadi tunangan sahabatmu.

Kau menderita karena penyesalan.

Kau menderita karena gadis itu memilih tetap berada di sampingku,

Dan kau menderita karena tak bisa berada dekat dengan putra-putramu.

Terima kasih, telah memberikanku kesempatan untuk menjadi seorang ayah.
-Osamu Kitahara-

.: Harmoni of Tears 02:.

Kutaburkan bunga yang masih segar diatas gundukan tanah. Sesekali kucabuti rumput-rumput liar yang tumbuh subur disekitarnya. Kupandangi sejenak batu nisan yang tepat berada di sampingku. Aku terdiam. Semua bagai tamparan ribuan peluru yang seketika menghujam. Aku berharap waktu berhenti sekarang juga. Lalu kupejamkan mata, mencoba memutar ulang kenangan yang menyayat hati, dimana sebuah penyesalan terajut rapi bagai kisah ironi.

"Aku akan melakukannya ayah."

Inilah janjiku di atas pusara ayah.

...

..

Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di sini. Jepang, tanah kelahiran ibu, tempat yang selalu ingin di datangi oleh ayah dan sebuah kisah masa lalu yang tertinggal.

Inilah yang membuatku kemari, benda berbentuk persegi panjang yang aku temui beberapa hari setelah Ketsu nii ke Jepang.

Aku menemukannya di kamar ayah. Rasa rindu membawaku melangkah ke sana.

Ku buka pintu bercat putih itu, berdiri tanpa ingin melakukan sesuatu. Hanya berharap dapat menemukan bayangan ayah di sana. Kamar ini terasa dingin, tak bernyawa, setelah ayah meninggal, ibu lebih sering menghabiskan waktunya dengan mengadakan konser ke luar. Seolah ia hidup hanya untuk musik. Aku tahu ibu sangat terpukul oleh kepergian ayah.

Pandanganku menyisir seluruh kamar, hingga tertuju pada benda kotak terbuat dari kayu, entah apa menariknya, tapi rasa ingin tahu membuatku menuju nakas yang terplamir di sudut ruangan, ku tarik bagian laci teratas. Aku menemukan tumpukan album foto, ku ambil beberapa album tentang masa kecilku dan Ketsu nii.

Harmoni Of Tears 02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang