satu

80 4 0
                                    

Dinginnya malam menusuk sampai ke tulang - tulang ku,rasanya malam ini seperti akan ada badai yang kencang sehingga angin malam terasa sangat dingin di kulit ku. Aku memandang langit yang begitu indah dimana bintang - bintang kecil bersinar terang. Aku melihat satu bintang kecil yang ada di kejauhan sana. Aku memandanginya dan terbersit suatu hal di benak ku, bintang itu sama seperti diri ku, dia begitu jauh , sendiri , bahkan tak ada yang menemaninya. Dia seperti tak ingin bergabung dengan teman - temannya,seperti halnya diriku yang hanya ingin menyendiri, yang tak ingin menghiraukan siapa pun.

Tiba - tiba aku teringat pada dirinya. Dia yang selalu menyayangi ku apa adanya , dia yang selalu mengerti keluh kesah ku dan semua cerita ku. Dia yang selalu ada untuk ku di setiap saat.

Aku teringat akan semua kenangan indah yang pernah kami lalui bersama. Seandainya aku dapat memutar ulang waktu, aku ingin saat - saat itu terulang kembali. Air mata mentes dan membasahi pipi ku, rasanya aku tak rela akan semua kejadian yang terjadi saat ini. Aku merasa dunia tak pernah adil bagi hidup ku. Tetapi... aku juga tak dapat berbuat apa - apa. Malam ini aku sangat merindukan dirinya , aku ingin memeluknya dan mengungkapkan semua yang ada di hati ku hanya pada dirinya.

aku mengambil sebuah boneka bernuansa biru muda yang terletak diatas tempat tidur ku,aku memeluknya dengan sangat erat. Aku memeluknya dengan air mata yang membasahi pipi ku. "Aku kangen sama kamu , aku pengen kamu balik lagi , aku pengen kamu nemenin aku disini" , ucapku sembari meneteskan air mata.

Tok ... tok ... tok... terdengar suara ketukan pintu . Aku pun beranjak dari tempat tidur ku dan menghapus air mata yang menetes di pipi ku.
"Yuri, kamu belum tidur sayang?"tanya seorang wanita yang berambut hitam dan panjang dari luar pintu kamarku,ya.. lebih tepatnya,mama yang paling aku sayangi.

"Belum ma, ini juga baru mau tidur",balas ku sembari membuka pintu kamar.

"Yaudah, selamat tidur ya sayang, semoga mimpi yang indah" balas mama dengan membelai kepala ku dengan lembut.

Aku pun kembali ke tempat tidur ku setelah mama selesai mencek kamar ku seperti rutinitasnya setiap malam hari.

Aku mengambil sebuah gelang dari dalam lemari ku, aku memegangi mainan gelang itu yang berbentuk bintang. Aku teringat ketika pertama kali dia memberikan gelang ini untuk ku. Aku menangis lagi sambil memegang boneka dan gelang itu sampai aku benar2 tertidur.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 , aku beranjak dari tempat tidur ku, aku berdiri di depan cermin untuk merapikan rambut ku yang berantakan. Aku melihat mata ku bengkak dan masih sembab akibat menangis terlalu lama tadi malam.

Aku pun bersiap - siap untuk mandi dan pergi ke sekolah , setelah semuanya selesai, aku menghampiri mama yang sedang sarapan di ruang tunggu.

"Sayang kamu gak sarapan dulu?

"Enggak ma,aku sarapan di kantin sekolah aja,soalnya takut keburu macet ma"

"Oh... yasudah, kalau begitu hati - hati ya sayang"

"Ia mama",jawab ku sambil menutup pintu keluar.
Aku berjalan menuju ke persimpangan jalan. Aku berjalan dengan perasaan sedih,aku kembali teringat pada dirinya. Biasanya dia selalu menjemput ku ketika ingin berangkat sekolah. Tapi sekarang ... aku sendiri,seorang diri.
Hampa rasanya bila tak ada dia disampingku,namun aku tak dapat berbuat lebih.

"Yur... yuri... yuri...",teriak seseorang memanggil nama ku dari belakang.
Aku pun menoleh,ternyata Andin yang sedang berlari kecil dibelakang ku. Aku pun menghentikan langkah ku sejenak untuk menantinya.

Kami pun berjalan bersama, dia memandang ku dengan jarak yang sangat dekat,dia terdiam melihat ku. Aku tahu apa yang ada dipikirannya saat ini, dia pasti merasa iba melihat ku,karena menurutnya aku masih tetap belum bisa menerima kenyataan yang ada.

Tak bisa dipungkiri,itu adalah fakta dari segalanya, aku belum bisa menerima kejadian yang aku alami sebulan yang lalu.

"Yur, gue dengar kelas kita bakal kedatangan murid baru loh hari ini . Katanya sih cowok , kira - kira keren kagak ya??"

"Gak tahu" , balas ku singkat.

"Yuri... jangan lemas gitu dong. Semangat ... kayak gak punya harapan buat hidup aja deh lo yur" , ucap Andin kesal karena selalu melihat kesedihan yang terpancar di wajah ku.

"Ia Ndin" balas ku seraya menyunggingkan senyum manis.

"Nah gitu dong",timpal Andin yang juga ikut tersenyum.

Andin adalah sahabat terbaik yang aku miliki, dia selalu mencoba membuat ku untuk tersenyum dan tertawa. Dia berharap besar aku bisa melupakannya begitu saja, tapi apa mau dikata,sampai detik ini pun aku masih belum dapat melupakam semuanya karena terlalu banyak kengan indah yang telah kami lalui bersama.

Sebenarnya sudah beberapa kali mama membujukku untuk tinggal dan melanjut sekolah di luar negeri saja, ya hitung-hitung biar aku bisa ngelupain semua kenangan - kenangan ku bersama dirinya.

Aku menolak semua rencana mama karena rasanya aku gak bisa tinggal disana seorang diri saja.

"Yur...yuri... ya ampun,dari tadi lo tuh kerjaannya ngelamun mulu ya... gue lama - lama gak tega ngeliat lo kayak gini terus yur",ucap Andin sedikit khawatir

"Ehm?? Eh,sorry Ndin,lo ngebuat kaget,balas Yuri.

Aduhh...ini cerita waktu gue jaman SMA dulu, ceritanya gue suka nulis2 cerita pake pensil dan ceritanya disimpen2 aja,gak mau dikasi liat ke orang-orang,takutnya ceritanya jelek,jadinya sampai detik ini bukunya tuh udah agak burem tulisannya.maklumlah pakai pensil
Baru kepikiran mau ngepost.
Dan sekarang mata udh 5 watt nih.
kalau misalnya kalian suka tolong tinggalin jejak ya biar gue tau mau ngelanjutinnya apa kagak.

Thx

i'll wait for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang