Trauma (1)

200 15 2
                                    

"Kyuhyun, kau berhasil mendapatkannya?"

"Tentu saja. Tidak ada wanita yang tidak tunduk padaku." Ucap Kyuhyun sambil tertawa.

"Daebbak, kau pintar sekali menggoda wanita."

"Kwon Yuri itu hanya seorang wanita murahan."

Aku mengepalkan tanganku ketika mengingat pembicaraan Kyuhyun dan teman-temannya waktu itu. Dia benar-benar laki-laki brengsek. Menghancurkan hati dan harga diriku hanya untuk sejumlah uang. Benar-benar brengsek.

"Kau bisa menghancurkan pensilmu kalau mengepalnya seperti itu."

Aku tersadar dari lamunanku dan melihat ke sumber suara. Joongki sedang berjalan ke arahku. Aku mengalihkan pandanganku pada pensil di tanganku yang sedang kugenggam. Dia benar. Pensilku akan hancur kalau terus aku genggam seperti ini.

"Bukannya ngerjain tugas, malah ngelamun ga jelas."

Aku tersenyum padanya yang sedang duduk di meja di depanku, sedangkan dia sendiri hanya menatapku heran.

"Mwo?"

Dia menatapku dengan penuh rasa bersalah.

"Mwo?" Tanyaku lagi. Kali ini dengan sedikit membentak.

"Kerjakan tugasmu, babo." Katanya sambil menepuk pelan kepalaku dan pergi.

"Ya!!!" Teriakku padanya. Tapi dia hanya melenggang pergi keluar kelas.

***

Sooyeon sedang berjalan cepat ke arahku. Dibelakangnya ada Minho yang mengejarnya dan mencoba bicara kepadanya. Aku mengangkat alisku sebagai tanda bahwa aku tak mengerti dengan sikapnya yang menghampiriku dengan wajah cemas dan tanpa memperdulikan Minho dibelakangnya.

"Sooyeon-a...." Panggil Minho, tapi dia sama sekali tidak memperdulikan kekasihnya itu.

Sooyeon sampai di hadapanku dan menghalangi jalanku dan berkata, "Yuri-a. Jangan dulu keluar." Ucap Sooyeon.

"Wae?" Tanyaku.

"Dia disini."

"Mwo?"

"Kka."

Aku berbalik arah dan berjalan menuju lapangan baseball. Aku tak percaya dia disini. Mau apa dia? Apa melukai harga diriku tidak cukup untuknya? Sebenarnya apa yang dia inginkan.

Aku duduk di bawah pohon di tepi lapangan. Aku tak peduli pada suasana sekolah yang mulai kosong. Aku hanya ingin bersembunyi sampai dia pergi dari lingkungan sekolah.

Kurasakan tubuhku bergetar. Aku mengepalkan tanganku dan meremas-remas telapak tanganku, berharap bahwa tubuhku akan berhenti bergetar meskipun aku tahu ini adalah hal yang sia-sia.

Sial, aku harus mengakuinya.

Aku benar-benar takut terhadapnya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Aku berbalik ke arah sumber suara dan merasakan jantungku yang berdebar kencang sekali.

Kenapa dia harus disini?

Bizzare Love TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang