"Gabiiiee....""Apaan sih Ran? Berisik banget. Baru dateng juga." gerutu Gabie terhadap Rania, teman sebangkunya yang baru saja dateng dan teriak-teriak. Gatau apa kalo suaranya itu seperti toa, cempreng pula.
"Lo harus tau, gue baru aja ketemu sama si Marvelino bareng sama temen-temennya. Gilaa, cool banget tau gak mereka itu. Apalagi Marvel... Aaahhhh ganteng banget, sumpah." cerocos Rania dengan heboh lengkap dengan ekspresi berlebihan yang menurut Gabie itu menjijikkan.
"Udah?" seru Gabie dengan muka datarnya.
"Ih, respon lo kok gitu amat sih Gab." kesal Rania sambil duduk di bangku sebelah Gabie.
"Terus gue harus ngapain? Harus teriak-teriak kayak lo gitu. Idih, ogah bangett."
"Ya respon apa kek. Ga gitu amat elahh. Ga asik banget sih lo." omel Rania.
Gabie tak merespon. Ia mulai sibuk dengan ponselnya, begitupun dengan Rania. Hingga bel berbunyi dan pelajaran pertama dimulai.
Jam pelajaran keempat telah usai dan berganti istirahat. Gabie dan Rania keluar berdampingan menuju kantin. Gabie berjalan sambil mengobrol dengan Rania. Sesekali Gabie tersenyum dan menyapa teman yang dikenalnya.
Itulah Gabie. Gadis manis yang selalu menampakkan senyum di depan teman-temannya. Namun tak ada yang tau, dibalik senyum itu tersimpan tangis yang memilukan tiap malamnya.
"Ran, lo yang ngantri deh gue yang cari tempat gitu. Males bangett gue ngantri. Panasss.." ucap Gabie seraya mengibaskan tangan.
Rania memutar bola matanya. "Kebiasaan deh lo. Yaudah lo mau pesen apa?"
"Hehe.. Siomay sama es teh aja deh."
Gabie dan Rania makan di pojok kantin. Mereka makan sambil berceloteh tentang banyak hal. Terutama Rania yang berseru heboh tentang cowok ganteng yang pernah ia temui.
Kantin tiba-tiba hening ketika empat cogan sekolah berjalan memasuki kantin.
"Omg... Liat tu Gab, cool banget mereka." seru heboh Rania dengan tampang mupeng.
Gabie berdecak. Selalu begitu, apa lebihnya sih mereka, pikir Gabie."Haii... Gabie kan?" Marvel tiba-tiba muncul dengan senyum lebar.
Alis Gabie bertaut. Apa-apaan ini cowok, seenaknya duduk di samping gue, pikir Gabie kesal.
Marvel mencolek dagu Gabie. "Kok malah diem?"
Gabie tersadar dari lamunannya, lantas ia memasang raut kesalnya. "Apaan sih lo dateng-dateng langsung duduk di sbelah gue tanpa permisi. Pakek colek-colek segala."
"Eh ternyata bawel juga ya lo. Lo manis tau gak kalo marah-marah gitu." Marvel terkekeh.
Gabie berdecih dan lantas berdiri. Hilang sudah moodnya untuk makan. Ia ingin kembali ke kelasnya.
Belum sempat Gabie berbalik, tangannya dicekal oleh Marvel. "Eh eh, mau kemana? Disini aja kali sama gue."
Gabie hanya memandang wajah Marvel yang tersenyum dengan tampang menggoda, lalu ia menghentakkan tangan Marvel yang mencekal tangannya dan berlalu pergi ke kelasnya dengan cepat. Tak peduli dengan tatapan heran penghuni kantin.
Sementara itu, Rania masih mematung di tempat. Bingung dengan apa yang terjadi di depannya tadi.
Setelah beberap detik terdiam, Rania tersadar dan cepat cepat berdiri untuk menyusul Gabie.
"Emm Marvel, gue duluan ya." Rania tersenyum kikuk dan segera beranjak dari tempatnya.
**
"Ckck.. Hobi banget sih lo godain anak orang." ucap Deon yang hanya di tanggapi kekehan dari Marvel.
Sementara Rico dan Aldo yang tadi ikut menyaksikan kejadian itu tertawa.
"Gila lo bro, cewek seimut Gabie lo godain juga." Aldo memandang takjub temannya itu.
"Iya tuh.. Mana di jutekin lagi, haha." sahut Rico di ikuti dengan tawa mengejek dari Deon dan Aldo.
Wajah Marvel tampak masam dan kesal.
"Liat aja nanti, bakal gue taklukin tuh cewek." tekad Marvel sambil menyeringai.
"Oke. Kita liat aja nanti."
"Bakal takluk apa gak tuh cewek." tantang teman-temannya.
Selama ini tak pernah ada yang menolak pesona Marvel. Cewek-cewek yang pernah digodain Marvel pasti akan berseri-seri dan tersenyum malu-malu.
Berbeda dengan Gabie, ia memasang wajah juteknya saat Marvel menggodanya.
Gabie memang cuek setiap ada cowok yang mendekatinya. Baginya cowok-cowok itu hanya akan menyakiti hatinya dan menghancurkan hidupnya yang sudah hancur.
**
Rania sampai di kelasnya dengan ngos-ngosan karena mengejar Gabie.
"Gila lo, Gab. Masa cowok kaya Marvel lo jutekin. Lo tadi beruntung banget tau gak. Dideketin Marvel itu harapan para cewek. Lo di deketib malah di anggurin." Rania berseru kesal mengenai sikap Gabie tadi.
"Beruntung apanya, cowok kaya dia itu ngeselin tau gak. Seenaknya aja duduk disamping gue terus godain gue lagi."
"Alaahhh... Awas aja lo kalo nanti lo suka sama dia. Sekarang aja bilanh ngeselin taunya nanti bilang gemesin."
"Dihh amit-amit" Gabie bergidik.
"Jangan bilang gitu deh, siapa tau nanti lo suka beneran sama Marvel. Atau jangan-jangan tadi lo udah melting gara-gara di goda Marvel, terus lo kabur deh dari kantin. Iya kan?" Rania beseru heboh dengan menaik turunkan alisnya menggoda.
"Apaan deh ngaco."
"Halaahh bilang aja iya. Iya gakk??" Rania terus menggoda Gabie.
"Berisiiikk."
Gabie tak menanggapi Rania yang terus-terusan menggodanya. Ia sibuk dengan ponselnya hingga bel masuk berbunyi.
**
Gabie memasuki rumahnya dengan malas.Seperti biasa, rumahnya selalu sepi. Hanya ada pembantu rumah tangga yang selalu menyambutnya sepulang sekolah.
Keluarga yang seharusnya menjadi tempat mencurahkan isi hatinya.
Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berbagi kasih sayang.
Namun itu semua tak ia dapatkan dari keluarganya. Bahkan ia sempat berfikir, apakah ia masih punya keluarga?
Ia merindukan keluarganya. Papa, mama, dan kakaknya.
"Aku rindu kalian." lirihnya di ikuti buliran bening dari matanya.
Tbc
****
Hallooo....
Aku hadir lagi ini bawa chapter 1. Semoga saja tidak mengecewakan yaa...Terima kasih buat yang mau baca. Maaf ya ķalo pendek. Next chapter bakalan aku buat agak panjang deh..
Tinggalkan jejak kalian gaess!! Vote & comment, okeyy!!!
Love
NurLailaR
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
Teen FictionHidupnya sudah cukup hancur. Hadirnya yang semula membawa kebahagian, akankah berubah membawa kepedihan. Atau sebaliknya, akan terus membawa kebahagiaan itu. Atau bahkan bisa menghancurkan hidupnya yang sudah hancur. Entahlah, tak kan ada yang tau.