Tulisan miring : Mimpi/Flashback
Kuroko no Basket (C) Tadatoshi Fujimaki
Story (C) Riri Harakune
Jika kalian adalah Fujoshi/Fudanshi atau sekedar AkaKuro shippers silakan mampir kemari
Jika kalian tidak suka atau malah benci yaoi silakan klik tombol 'back'
Enjoy!
..........................................................................................................................................................................
#Kuroko's POV#
Aku berlari secepat mungkin dalam hutan di tengah kegelapan malam. Jangan sampai mereka mengejarku... Mataku sembab karena menangis setelah melihat Kaa-san, Tou-san, dan Obaa-san tewas di tangan mereka. Aku sudah lelah berteriak hingga suaraku sangat serak.
"Dimana dia?!"
"Dia memiliki hawa keberadaan yang tipis, sial!"
"Baunya ke sana! Ayo kita kejar!"
"Aku tak sabar mencicipi darahnya!""Bukannya kau sudah puas meminum ibunya?"
"Aku belum kenyang!"
Gawat! Mereka mengejarku! Seseorang... Tolong aku!
GREP!!
"AH!!"pekikku.
Ada yang memegang pergelangan kakiku dan menarikku ke dalam semak-semak dan membekap mulutku. Aku hendak menggigit tangannya kalau saja tidak ada yang berbisik di telingaku dengan lembut.
"Tenanglah. Mereka takkan menyadari keberadaan kita."
Jantungku berdegup kencang ketika aku merasakan napasnya mengenai telingaku dengan lembutnya, seperti sapuan angin sepoi-sepoi yang berhembus pelan dan suaranya seperti melodi yang melantun dengan indahnya di telingaku. Aku menganggukkan kepalaku pelan dan sosok dibelakangku memelukku erat. Aku kebingungan, kenapa ia melakukan ini?
"Baunya hilang!"
"Ayo terus cari!"
"Tak mungkin hilang secepat itu!!"
"Ayo cari, bodoh! Jangan mengeluh saja!"
Terdengar langkah kaki menjauh dari tempat kami menuju arah utara. Oh, dia menghilangkan bauku dan menyamarkan bau kami dengan semak-semak. Aku mendongakkan kepalaku,
Dan hal yang kulihat adalah sepasang mata merah terang yang menatapku.
"Ah... Mimpi itu lagi..."gumamku.
Aku mengucek kedua mataku sebelum meregangkan kedua lenganku. Bisa kulihat cahaya matahari yang menembus masuk melalui celah tirai kamarku. Aku mendongak ke jam dinding yang terpampang jelas di hadapanku.
Hm... Jam 6.45 pagi.
Lebih baik segera bangun agar cepat tiba di sekolah.
Aku berjalan keluar dari kamarku menuju kamar mandi dan mulai melakukan rutinitasku hingga aku memasak sarapan untukku sendiri.
Ya, sendiri.
Sudah 4 tahun sejak kematian kedua orangtuaku dan nenekku yang secara tiba-tiba. Aku bahkan tak ingat apa yang terjadi waktu itu. Yang kuingat adalah aku terbaring di rumah sakit dan seorang suster mengatakan kepadaku bahwa seorang pemuda membawaku kesana. Tak ada lagi yang kuingat selain itu ketika kejadian itu.
Setelah memakan sarapanku, aku mendongak ke arah jam.
7.30 pagi
Yup. Lebih baik berangkat sekarang.
Aku meraih tasku dan memakai sepatu Converse-ku, berjalan keluar rumah, mengunci pintu, memasukkan kunci rumahku ke dalam tas, mengambil sepedaku, dan mulai mengayuh sepedaku menuju sekolahku.
"Tet-chan! Seperti biasa jam segini sudah berangkat ya?"
Aku menoleh ke arah kanan dan mendapati tetanggaku, Mibuchi-san menyapaku sembari menyiram tanamannya.
"Ah, iya Mibuchi-san."
"Kalau begitu hati-hati, ya!"
"Ya."
Aku pun melanjutkan perjalananku menuju sekolah setelah berbincang sebentar dengan Mibuchi-san. Tak butuh waktu lama mengayuh sepeda dari rumah ke sekolahku, cukup 15 menit. Setelah 15 menit mengayuh, aku tiba di sekolahku, Teiko High. Ini adalah sekolah yang populer. Sekolah ini menganut sistem belajar yang sama seperti di negara Barat, makanya siswa-siswi disini boleh mengenakan pakaian bebas asal tidak mencemari nama baik sekolah. Aku memarkirkan sepedaku di tempat parkir, menenteng tasku di bahu, dan mulai berjalan menuju bangunan utama sekolah.
Bahkan aku bingung kenapa aku dimasukkan ke sekolah populer seperti Teiko High ini. Padahal aku termasuk siswa yang tidak menonjol. Tidak begitu pintar, tapi juga tidak bodoh. Aku bahkan bukan siswa populer saat aku SMP. Tapi aku senang bahwa aku masih bisa melanjutkan pendidikanku.
Aku berjalan menuju lokerku, mengambil beberapa buku, dan berjalan menuju kelas Sastra Jepang. Sebenarnya aku tidak begitu memperhatikan pelajaran. Bukan karena aku tidak memperhatikan, tapi suasana kelasnya yang membuatku tidak memperhatikan.
Benar apa kataku kan? Baru saja masuk, tapi suasana kelas sudah sangat heboh. Seperti di pasar saja. Sekali lagi aku bersyukur memiliki hawa keberadaan yang tipis. Aku pun berjalan menuju kursiku yang berada di dekat jendela dan membaca novel yang kubawa.
Ya, inilah rutinitasku tiap hari.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Riri : Maaf kalau kependekan, ini masih intro. Riri usahakan chap 1-nya lebih panjang dari ini ya! Oh ya Kiseki in Fiore akan update nanti, soalnya Riri masih mikir sihir buat Kisedai. Sampai nanti!
YOU ARE READING
Let Me Protect You 'Til The End
أدب الهواةKuroko Tetsuya hanyalah seorang pemuda yang bersekolah di Teiko High sebagai siswa yang tidak menonjol tapi bukan juga sebagai siswa yang dibully alias biasa saja. Atau itulah yang ia pikirkan selama 4 tahun dalam kehidupannya. Sebenarnya ia selalu...