One Step Closer

28 1 0
                                    

Pagi ini adalah pagi yang cerah. Yah, paling tidak ini sudah lumayan cerah setelah hujan deras yang selama seharian mengguyur kota Jakarta kemarin.

Tapi hatiku rasanya masih tetap sama. Mendung.

Apalagi setelah kembali mendapat penolakan terang-terangan dari Marcel. Aku hanya menyapanya dan dia langsung menatapku tajam, seolah-olah aku baru saja berkata-kata tidak pantas setelah menyebut namanya.

Tapi setelah itu dia masuk ke kelas dan menyapa semua orang. SEMUA ORANG.

Aku benar-benar ingin membenturkan kepalaku ke dinding atau benda keras lainnya.

Berat sekali hidupku hanya untuk mendapatkan sapaan dan senyuman dari seorang Marcel.

***

"Chia!"

Aku menoleh saat mendengar panggilan imut dari seseorang di belakangku. Aku menutup mataku, berusaha meredam emosiku yang nyaris menyembur keluar.

"nama gue Elysia, tau! Lagian kenapa gak manggil gue Audrey aja sih, Vi?" gerutuku. Vieri hanya tersenyum jahil sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.

"gak mau. Yang lain kan udah manggil lo Audrey, masa gue juga manggil lo Audrey? Kan gue anti-mainstream!" tolak Vieri sambil menarikku ke kelas Bahasa Inggris.

"ya terserah lo aja deh, Vi."

Aku dan Vieri duduk di barisan paling belakang yang menurut Vieri merupakan tempat yang paling strategis untuk mengobrol.

Tempat strategis untuk menyakitiku juga, karena Marcel, Farris dan Raffi juga duduk di barisan yang sama. Vieri tentu saja senang duduk disini berhubung Marcel adalah adiknya sendiri.

Kelas berjalan dengan membosankan. Pak Hanung—dosenku—benar-benar hanya menulis dan menyuruh para mahasiswa—yang hampir seluruhnya sedang menahan kantuk—untuk menulis. Dia tidak menjelaskan apapun.

Aku menyandarkan tubuhku di sandaran kursi, lalu menghela nafas. Kapan kelas ini akan selesai?

"bosan?"

Aku menoleh, kemudian mengucek mataku ketika menyadari siapa yang duduk di sampingku dan baru saja mengajakku bicara.

Marcel.

MARCEL?!

"oh my god..." gumamku tanpa sadar.

"hm? Kenapa?" tanya Marcel saat tanpa sengaja mendengar gumamanku. Aku tersadar dan langsung menyadari kebodohanku.

"ah, gak kenapa-kenapa, kok. Gue cuma kaget aja. Kok lo tiba-tiba ada disini?" jawabku.

"gara-gara si Vieri, tuh." Marcel menunjuk Vieri yang sedang asik tertawa bersama Raffi dengan dagunya. "sembarangan aja gusur orang."

"em... lo gak suka ya, kalo duduk deket gue? Kalo lo gak suka, gue bisa pin—"

"eh, gak usah! Kenapa jadi lo yang harus repot-repot pindah? Gue suka kok duduk disini, pemandangannya indah." potong Marcel sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku.

Aku menatap sekeliling. Aneh banget. Kelas ini kan tirainya ditutup, pemandangan apa yang dia lihat?

Aku melirik Marcel heran. Ternyata dia aneh juga, persis kayak Vieri sama Risha.

"besok lo ikut jadi panitia festival Korea?" tanyaku.

"ya, gue ketua panitianya. Kenapa? Mau berpartisipasi?" jawab Marcel. Aku terkekeh.

"gue bisa berpartisipasi dalam hal apa, sih? Gue kan cuma suka musik dan budaya Korea aja, tapi gak bisa apa-apa." Kekehku.

Marcel tampak berpikir, lalu tiba-tiba menjentikkan jarinya.

"gimana kalo lo jadi asisten gue?" aku langsung tersedak air liurku sendiri saat mendengarnya.

Jadi asisten Marcel? Trus gue bakal ngikutin dia kemana-mana gitu? Ya ampun, rezeki emang gak kemana. Eh? Gue mikir apaan sih!

Marcel menepuk-nepuk punggungku sambil menatapku dengan... khawatir?

"eh, lo apain, tuh?" tanya Raffi.

"mana gue tau," jawab Marcel. "lo baik-baik aja, kan, Drey?"

Aku menggeleng. Sudah jelas aku tidak baik-baik saja. Batuknya tidak bisa berhenti!

"mi...num..." lirihku. Marcel langsung mengambil botol air yang ada di mejanya, lalu menyodorkannya padaku. Aku meminum botol tersebut dan menenggak isinya.

Setelah batukku mereda, aku menghela nafas. Sedangkan Marcel di sebelahku menatapku heran.

"lo kenapa, sih? Bikin kaget aja." ucap Marcel.

"m-maaf. Gue kaget tadi." jawabku.

"so? Yes or no?" tanya Marcel. Aku mengangguk antusias.

"tapi jangan salahin gue ya kalo gue nantinya ada banyak salah. Gue orang yang ceroboh banget." pintaku.

"santai aja. Soal kecerobohan lo biar gue yang tanggung jawab. Lagian kan lo masih belajar." ujar Marcel.

By the way, air minum siapa yang baru saja kuminum?!

***
Readers, maaf ya tapi Oh My Gay dengan terpaksa harus diunpublish karena satu dan lain halㅠㅠ

©TaeShirt, 2016

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang