5. Locker's Tragedy

16 1 0
                                    

"Wtf is it?!" Mia membuka lokernya, mendapati seluruh buku dan pakaian di dalamnya sudah berlumuran saus.

Beberapa anak yang sedang berlalu-lalang di koridor segera mengerumuni Mia sambil bertanya apa yang terjadi. Tak jarang beberapa melontarkan kalimat, "Ada yang neror lo?" dan masih banyak lagi dugaan-dugaan yang lain.

Kalila yang kaget melihat keadaan loker sahabatnya itu ikut membantu mengeluarkan baju-baju kotor dan buku-buku yang sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Beberapa diantaranya ada novel favorit Mia, membuatnya geram setengah mati. Siapa yang berani membuat lokernya seperti ini?

Kerumunan terbelah, lalu datang gerombolan Joe yang ikut-ikutan bertanya-tanya. Jangan kaget, Ichsad sudah paling heboh soal ini.

"Ini ada apa?!" Teriaknya melengking.

"Ada yang sengaja ngerjain gue," Mia memunguti buku-bukunya.

"Sial, gak ada cctv di koridor ini." Ucap Yuta setelah mengedarkan pandangannya.

"Ini aneh tau gak," Kalila membersihkan roknya dengan tisu basah karena ada saus yang menempel disana. "No one hates Mia."

"Kita gak bisa ngambil hipotesa kaya gitu, Kal. Pendapat orang beda-beda. Kita gak tau apa yang dipikiran mereka." Sanggah Gelar yang selalu lebih dewasa dari mereka.

Bel berbunyi, mereka segera masuk ke kelas masing-masing. Sedangkan Mia harus ke ruang olah raga untuk mengganti bajunya yang sudah ternoda warna merah saus sialan itu.

Sementara di kelas Joe, Gelar, Ichsad, Haikal dan Yuta, mereka masih grasak-grusuk soal siapa yang menaruh saus itu di loker Mia. Yuta awalnya tidak mengerti kenapa keempat temannya ini sangat kekeuh membahas soal tragedi loker saat pelajaran seperti ini. Mereka terlihat benar-benar cemas seolah ini masalah besar.

"Kita harus ngumpulin siapa aja yang lewat disana dari awal pintu gerbang dibuka." Kata Joe, mendapat respon melongo dari keempat temannya.

Ichsad mendesah, "otak lo gak waras? Itu koridor banyak yang ngelewatin."

"Ah, lo kaya gak kenal gue aja. Gue gak bakalan ngomong kaya gini tanpa sebab."

"Ya, terus jelasin kekita apa itu 'sebab'nya." Gelar membentuk tanda petik dengan kedua tangannya, mengutip kata "sebab."

"Its simple," Joe memutar tempat duduknya saat guru Matematika keluar. "Jam 05:30 siapa yang udah dateng ke sekolah?"

"Satpam lah."

"Yap. Setelah satpam buka gerbang, siapa yang dateng?"

"Penjaga sekolah?"

"Yap lagi. Sekarang liat deretan loker Mia ada dimana?" Joe mengedarkan pandangan ke arah Gelar, Ichsad, dan Haikal mengingat Yuta belum tahu menahu soal ini.

Haikal mengangkat alisnya, "Kelas kita, kelas ipa 3, ipa 4, sama ips 1 kan?"

"Pinter banget temen gue," lanjutnya, "Ambil dari setiap kelas itu siapa aja yang selalu dateng pagi?"

"Ipa 3, Yaresha. Dia kan temen kita waktu kelas 10 yang selalu dateng pagi." Jawab Haikal.

"Ipa 4, Fardli. Ketua osis selalu jadi contoh buat temen-temennya." Tambah Ichsad.

Gelar yang tidak hapal soal siapa yang datang duluan ke sekolah, hanya mengangkat bahu pasrah.

"Ips 1 kayanya si Poppy. Rumah dia deket dari sini soalnya." Kata Haikal setelah mengingat soal jarak rumah Poppy yang hanya dua blok dari sini.

"Terus, dari kelas kita?"

Keempat kepala itu berputar ke ujung kelas, Yuta yang menyadari hal itu ikut menoleh bersamaan dengan teman-temannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cover MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang