Chapter 1 - Awal pertemuan

176 13 7
                                    

Sekarang langit bernuansa orange kemerah merahan, menandakan sore hari telah tiba. Burung burung berterbangan sebagai tanda sedang menjalankan aktivitasnya. Sama halnya sepertiku

Ku langkah kakiku menuju sebuah toko bernama "Bilyore Store" toko dimana menjual peralatan kantor. Tapi bagiku itu adalah toko yang menjual segala pernak pernik yang dibutuhkan untuk membuat novel.
Yaa, aku adalah seorang penulis novel, dengan keadaanku yang sekarang aku hanya bisa mengespresikan diriku melalui novel novelku

"Selamat datang, Allyera" sambut seorang penjaga magang wanita di toko itu. Namanya Delia

Aku membalasnya dengan tersenyum. Aku berjalan ke rak nomor dua yang berisikan buku buku yang cocok untuk membuat novel dan beberapa pen berwarna hitam. Setelah membeli dua buku dan lima buah pen berwarna hitam. Kuputskan untuk melanjutkan perjalanan singkatku ke rak nomor tiga yang ada di belakang rak nomor dua.

*Bruk*

Tanpa sengaja badanku menabrak badan seseorang dan aku terjaruh bersama dengan buku buku yang dibawa oleh seorang laki laki yang tidak sengaja menabrakku tadi

"Maaf aku tidak melihatmu dan tadi aku terburu buru"
Katanya sambil mengulurkan tangan membantuku

Aku hanya menganggukan kepala sebagai tanda tidak ada masalah. Aku membantunya merapikan buku buku yang ia bawa.

'Sebentar bukankah ini novel novel yang kubuat?' Batinku
Apa dia penggemarku? Atau jangan jangan malah seorang penguntit? Habisnya akhir akhir ini aku merasa ada seseorang yang mengikutiku

"Hei, jangan bengong! Niat bantu gak sih?" Jawabnya dengan suara ketus

Aku menganggukkan kepalaku lagi dan mengambil buku buku yang berserakan itu satu per satu sambil menahan sakit di kepalaku. Yaaa, sehabis tabrakan tadi kepalaku sungguh pusing. Aku rasa ada bagian yang luka mungkin?

"Kamu gak masalah kan?" Tanyanya dengan nada yang lebih lembut dari yang tadi

Aku menganggukkan kepalaku lagi tanpa menatapnya

"Napa sih? Kalau orang lagi ngomong dijawab kek!" Bentaknya agak kesal

Sekarang posisiku berdiri di depannya. Aku mebungkuk sebagai tanda perminta maafan tadi. Aku belum sempat melihat wajahnya. Aku tidak ingin melihatnya toh aku juga udah buat dia marah kan?.

"Lo gak papa kan? Jangan bikin gue tambah kesel liatin gaya lo yang sok jual mahal itu!" Oke sekarang suranya benar benar membuktikan bahwa dia marah besar padaku

"Atau jangan jangan saraf lo gak nyambung ama otak lo ya?"
"Atau lo orang bekas rumah sakit jiwa?"
"Atau lo orang bisu?"

Jleb

Aku menelan ludahku. Dari sekian banyak pernyataan yang ia ucapkan padaku pernyataan yang terakhirlah yang membuat jantungku hampir copot

"Apa yang kamu lakukan disini Allyera?" Tanya Delia yang tiba tiba muncul dan sedang merapikan buku buku di rak nomor empat

Hahh... syukurlah Delia muncul tepat waktu. Mungkin kalau ia tidak muncul mungkin sarafku tidak bersatu dengan otakku

"Gak apa apa bukan urusanmu" kata laki laki itu sambil merebut paksa buku buku yang ada di tanganku. Dan membuat tanganku terluka

"Hei laki laki gila ! Dasar saraf gak nyambung di otak lo! Bukanya minta maaf juga" teriak Delia yang hampir ingin memukul laki laki itu

Aku menahanya sambil menahan air mataku. Yaa bisa ku katakan kejadian hari ini persis seperti kejadian terburuk saat aku kecil. Perasaan yang membuatku terluka

"Hei katanya di dekat daerah sini ada cafe yang baru dibangun, teman teman kuliahku pada kesana, mereka mem-posting makanan makanan dan minuman enak disana! Aku jadi ngiler, temani aku kesana yuk!" Katanya dengan bersemangat dan tidak bisa membuatku menolaknya. Yaa dia paling pintar merayu orang

Aku mengeluarkan jari jempol padanya dan mengikutinya pergi ke cafe yang dia bilang enak itu.
Aku dan dia duduk di pojok ruangan. Yaa Delia lumayan suka dengan sesuatu yang berbau horor sedangkan aku? No lah! Liat setan aja udah mau ngompol

"Hei mau pesen apa nih??" Tanyanya dengan gembira sambil mengenggam kedua tanganku

'Terserah kamu aja'
Aku menulis itu di buku kecil yang ku bawa kemanapun aku pergi

"Baiklah aku pergi dulu ya!" Serunya dengan ceria

Delia : teman baikku, anak paling ceria dalam hidupku, pantang menyerah dan yang terakhir seseorang yang dapat membuatku hidup sampai sekarang . Jadi aku tidak ingin ia disakiti apalagi karena hal konyol

"Heh? Lo bukanya anak yang tadi ya?"

Aku terkejut karena seseorang menyentuh tubuhku. Aku membalikkan tubuhku dan menemukan laki laki yang berdebat denganku tadi

'Ngapain dia disini' batinku dengan gelisah

"Gue mau ngomong ama lo, jadi ikut gue dan jangan membantah!" Bentaknya dan menarik tanganku secara paksa

~●~●~●

Vote and comment ya!

Chapter 2 : Perasaan yang membuatku terluka

My Ice PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang