0.1

4.8K 228 12
                                    

Cait Pov

Bayi ku sudah berumur 5 bulan sekarang. Senangnya anak yang ku nanti-nanti kan selama 9 bulan akhirnya berada didunia. Namun ada sesuatu yang membuat aku selalu ingin menangis saat mengenang dimana susahnya aku mempertaruhkan hidup dan mati untuk melahirnya bayiku tanpa seorang suami.

Kau tau, saat lima hari sebelum melahirkan Harry bilang kalau dia ada tugas ke Belanda. Namun dia tak pernah memberikan kabar kepadaku. Aku pun akhirnya mencoba menelefon ataupun mengirim sms ke Harry. Namun semua hasilnya nol. Nomor Harry tak lagi aktif.

Cobaan apa lagi ini ya tuhan...

-

"Anak bunda Sean.. Jangan nangis lagi ya nak." Ucapku menenangkan Sean yang berusia 5bulan. Dia terus terusan menangis dari tadi. Padahal sudahku beri asi.

"Oekk... Oeekkk.." Aku makin pusing mendengar suara tangisan Sean. Apa lagi aku seorang singleparent. Akhirnya setelah aku mencoba menidurkan Sean dia pun tertidur.

Tiba-tiba ada nomor tidak dikenal mengirimku sebuah sms.

From: unknown
To: Caitlyn

Temui aku di coffee shop didekat taman.

Siapa ini? Apa tujuannya untuk menemui ku? Siapa dia? Apa urusannya dengan ku?

Aku pun pelan-pelan mengangkat tubuh Sean. Menggendongnya didepan dadaku dan menyiapkan susu dibotol bayinya. Well, memang gak mudah menjadi sepertiku. Aku tinggal di sebuah flat yang bisa dibilang jauh dari kata bersih. Tak apa lah, lagi pula aku bersyukur karena yang memiliki flat ini adalah bibiku, aku disuruh tinggal disini tanpa membayar sepeserpun. Aku tak bekerja, maksudku adikku yang bernama David lah yang kerja. Dia bilang aku cukup jaga rumah, membereskan rumah, dan menjaga Sean. Aku pun akhirnya siap dan berangkat menuju Coffee shop tersebut.

From: Unknown
To: Caitlyn

Duduklah dimeja 10 tunggu aku disana. Aku sudah memesan meja tersebut.

Akhirnya aku masuk dan duduk dimeja 10 yang sudah dipesan si unknown tadi. Aku memesan coffee vanila sambil menunggu unknown. Sean masih tetap tertidur sedari tadi. Anak pintar.

Sean mirip dengan Harry. Setiap aku melihat mata Sean, aku selalu bertanya didalam hati. Dimana kau Harry..

Sudahlah aku akan mencoba melupakannya.

"Maaf membuatmu menunggu." Suara itu pernah aku kenal. Aku belum melihat wajahnya namun setelah dia duduk mata kita menatap satu sama lain. Mata yang ku cari, tuhan.

"Mau apa lagi kau kembali?" Tanyaku dengan tak mempunyai banyak minat.

"Long time no see honey. I miss you so bad." Jawabnya sambil menatapku. Tidak jangan luluhkan aku.

"Harry, aku sudah melupakanmu. Pergilah dari hidupku." Ucapku sambil mendekap Sean. Aku tak mau dia melihat Sean.

"Itu anak ku kan? Kemari berikan kepada ayahnya." Ucapnya enteng.

"No! Aku tak akan memberikan anak ku kepadamu." Jawabku sambil mengeratkan pelukanku.

"Apa segitu gampangnya buat kau seorang Harry Styles CEO ternama di London untuk melupakan istri dan anak mu? Dimana tanggung jawabmu sebagai seorang ayah? Aku tak memintamu untuk menganggapku seorang istri. Tapi lihat bayi ini! Dia bayimu!" Ucapku lalu mengambil uang dari dompet dan memberikan kepada seorang pelayan. Harry terus memanggil-manggil namaku.

"Tunggu penjelasanku." Jelasnya sambil menatap mataku tajam. Dengan geramnya. Dia mencengkam tanganku sampai memerah.

"Apa lagi? Aku tak mau mendengarkan penjelasanmu. Lebih baik kau tak perlu menyuruhku untuk menemui mu lagi." Jawabku lalu berjalan menuju flat.

-

"Kak bagaimana kabarmu?" Tanya David saat baru saja pulang kerja.

"David, dia kembali." Ucapku kepada David dengan wajah yang ingin menangis.

"Dia? Harry maksudmu?" Tanyanya dengan mata yang mulai menggelap. Dia tempramen kalian harus tau. Lalu aku mengangguk dan menumpahkan seluruh tangisanku dengan perasaan hancur.

"Tenang dia tak akan menyakitimu lagi. Oh ya, nanti malam teman ku kemari. Ayolah sist, tak usah menangis kau wanita yang kuat. Aku tau itu." Ucapan David membuat aku tersenyum hangat.

-

Knock knock

"Ya tunggu." Ucapku saat mendengar suara ketukan pintu.

"Emm- Hai, ada David?" Tanya lelaki itu sambil tersenyum hangat.

"Ada, silahkan masuk." Ucapku sopan.

"David! Teman mu sudah datang." UcapKu sedikit berteriak.

"Ya tunggu sebentar!"

"Whoa Justin kau sudah siap rupanya." Ucap David kepada temannya yang bernama Justin itu.

"No dude. Aku tak jadi mengajakmu ke Club, kau tau kau mempunyai seorang kakak perempuan yang harus kau jaga." Ucap Justin sambil menatapku dalam.

"Tidak aku sudah biasa dirumah sendiri." Jawabku enteng sambil tersenyum.

-

HIYYAAAA INI DIA SEQUEL I LOVE YOU MY BITCH CHAPTER ONE.

WE HERE WITHOUT YOU. DUH HERINYA NGEZELIN. QU KZL.

VOTE DAN COMMENT YA BABEEE

We Here Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang