(uppercase intended)
A/N : pertama kalinya gue emotional pas nulis ini JAUSJSUSJSJS GUE JADI BAPER SENDIRI HEHEHEEHHEHEHEEHHEEHEHE GEBLEG
+
Mamanya memang jagoan kalau soal pilih memilih gaun. Wanita itu sangat pintar dalam memilihkan anaknya sebuah gaun putih selutut dengan mahkota perak kecil untuk dipakai di kepala gadisnya.
Kayla mematut dirinya di depan kaca, melihat bayangannya yang tampak cantik dan sangat mirip dengan mamanya membuat ia tersenyum. Setidaknya ia tahu bahwa mood baiknya mulai terbangun malam itu. Detik berikutnya, ia menepuk pipinya dua kali dan tersenyum dengan lebar hingga ia sendiri yakin senyumnya malam itu lebih lebar dari lebarnya sungai Thames.
Malam itu adalah malam perayaan kelulusannya. Para murid biasa menyebutnya dengan sebutan Prom Night. Sebenarnya Kayla tidak ingin datang malam itu, tapi karena ia harus menyampaikan pidato kesan pesan sebagai perwakilan angkatan (Ia adalah siswa terbaik se-angkatan, omong-omong) jadi mau tidak mau ia harus datang.
Dengan diantar kembarannya (re: mamanya) malam itu, ia turun dari mobil disusul dengan helaan napas keras bertujuan menghilangkan sedikit bebannya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan tetap menjaga make-upnya utuh sampai ia pulang ke rumah.
Tidak ada maskara luntur, tidak ada wajah basah, dan tidak ada air mata yang keluar.
Seiring dengan langkah gadis itu yang hendak memasuki gedung perayaan Prom Night, cewek itu merasakan jantungnya berdegup dengan lebih cepat hingga ia nyaris sulit bernapas. Kemungkinan besar ia gugup. Apalagi melihat fakta bahwa ia akan berpidato di depan teman-teman satu angkatannya. Bukan sebuah kemungkinan lagi jika sekarang ia sedang keringat dingin.
Namun siapa sangka dugannya salah, ia sulit bernapas bukan karena gugup akan tampil di depan orang banyak, tetapi karena ia baru saja berpapasan dengan cowok itu.
Cih, makin jelek aja tuh muka, batin Kayla.
Percaya atau tidak, apa yang baru saja ia katakan dalam hati itu hanyalah kebohongan belaka. Faktanya, cowok itu seratus persen jauh lebih ganteng dibandingkan biasanya. Apalagi dasi hitam yang menggantung di kerah kemejanya, sangat atraktif. Bahkan Kayla rela untuk memakaikannya ulang pada cowok itu.
Menyadari bahwa cowok itu juga melihat Kayla balik, pada detik berikutnya langsung ia palingkan wajahnya dari cowok itu. Mencoba menarik napas dalam-dalam dan memaksa otaknya untuk tidak memikirkan dia.
Kayla menghela napasnya dan berjalan dengan mantap ketika menaiki tangga di depannya. Namun sialan dengan sepatu hak tinggi milik mamanya, ia nyaris terjatuh di tangga jika saja seseorang tidak sigap menolongnya.
"Lo gapapa, Kay?" tanya cowok itu.
Kayla mencoba berdiri normal walaupun sebenarnya, jantung cewek itu masih berdetak dengan sangat cepat. Aroma maskulin dari parfum cowok itu menyeruak bak cowok itu baru saja mandi dengan dilumuri oleh parfum, sangat menyengat.
Jika menghayal adalah kegiatan yang bisa menghasilkan uang, mungkin Kayla adalah orang terkaya di dunia ini. Terbukti dalam keadaan yang sangat canggung saja ia bisa membayangkan bahwa yang menangkapnya saat ini adalah Louis. Penasaran, cewek itu berbalik dan menatap siapa cowok di hadapannya.
"Eh, nggak apa-apa kok. Makasih! Untung ada lo. Kalo nggak, pantat gue udah keseleo."
Cowok dihadapannya itu tertawa membuat Kayla ikutan (terpaksa) tertawa karena leluconnya sendiri. Tapi demi sepatunya haknya yang sangat tinggi, ia tertawa hanya untuk membuat cowok berjas putih di depan pintu masuk itu menatapnya sinis dan menganggap bahwa Kayla sudah tidak memikirkan dia lagi. Walaupun kenyataannya, hatinya masih berdegup kencang ketika melihat cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
citaten | louis t
Fanfiction"i admit that you are the guy all my love quotes are about. because i just really like you, a lot." hr : #21 on short story copyright 2015 by zap-thura