Chapter 2

5.1K 410 8
                                    

==================

~Stay...~

==================

Dua minggu telah berlalu

Author's POV

Pagi itu Sehun buru-buru untuk pergi ke bandara. Tidak banyak yang ia bawa, toh dia bisa membelinya di Jepang. Sehun pun sudah menyelesaikan maketnya, dan tinggal menunggu ujian. Semua itu ia lakukan untuk bisa bersama lagi dengan Luhan.

Saat di Jepang, dia akan tinggal bersama Luhan tentunya. Membayangkan bisa tinggal bersama lagi dengan Luhan sudah membuat jantungnya berdegup lebih cepat dan ingin melompat kegirangan. Ibu Luhan memberitahu selalu mengingatkan Luhan untuk meminum obatnya karena dia akan kembali ke China. Jika Luhan tidak mengikuti terapi dengan benar, atau dia kelelahan, maka MDD nya akan muncul.

Ibu juga berkata kalau Luhan memiliki bisnis restoran dan ingin membuka cabang baru. Sekarang ini dia sedang sibuk menyiapkannya.

Sesampainya di bandara, dia dan manager Nam segera ke aparteman. Saat tiba di apartemen, dia melihat Luhan sedang mengerjakan sesuatu, memilih gambar tepatnya. Sehun merasa tidak asing dengan kertas-kertas itu. Dia kemudian mendekat. Benar, itu adalah design interior.

"Apa yang kau lakukan hyung?" tanyanya. "Aku memilih design untuk restoran baruku." Kata Luhan singkat. "Aku harus memutuskannya sekarang, karena nanti malam harus bertemu dengan designernya." Katanya lagi.

"Hemm, ada yang bisa aku bantu?" Tanya Sehun. "Tidak, kau istirahatlah." Kata Luhan, saat Sehun mendengar jawaban itu, dia merasa Luhan berubah, mungkin karena dia sedang sibuk, pikirnya. Sehun masuk ke kamar dan melihat HPnya. Manager Nam berkata dia mulai bekerja dua hari yang akan datang. Saat ini manager Nam tinggal di rumahnya, karena istrinya memang orang Jepang.

Matahari sudah hampir tenggelam saat Sehun bangun. Dia merasa bingung, sepertinya dia tidur terlalu lama. Dia bangun dan keluar, suasananya gelap.

"Hyung?" dia memanggil Luhan. Kemudian mencari saklar lampu, karena belum terbiasa dia mencari dengan cermat, dimana saklarnya? Setelah meraba dan mencari cukup lama akhirnya dia menemukannya. Saat dia menyalakannya, dia melihat Luhan tidur terlihat sangat lelah.

Sehun mendekatinya, sudah lama dia tidak menyentuh lelaki di depannya itu. Sudah sangat lama sepertinya. Tanggannya membelai rambut Luhan yang sekarang berwarna gelap. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Maafkan aku hyung, aku tidak ada saat kau sakit kemarin." katanya terisak. "Aku akan menjagamu sekarang." Katanya dan bergerak lebih dekat, kemudian mencium pelipis Luhan. Sehun mencium bau yang manis dari pasangannya itu. Dia kemudian teringat kalau hyung-nya itu akan bertemu dengan designer. Dia mengusap air matanya dan membangunkan Luhan perlahan.

"Hyung...apa kau jadi bertemu dengan designer?" tanya Sehun.

"Hemmmhh?...." kata Luhan masih mencerna apa yang ditanyakan Sehun tadi. "Astagah!!!!!!" Dia berdiri dan langsung panik. Dia kemudian masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Dia keluar lagi dan mencari jas.

Sehun hanya melihatnya lalu lalang mengambil ini itu, membereskan gambar-gambarnya tadi. Saat dia akan melangkah ke luar, dia menengok ke arah sehun. "Apa kau mau ikut?" tanyanya.

"Ah, iya hyung, tunggu sebentar, aku ambil jaket dulu." Sehun segera ke kamar dan keluar lagi, penampilannya casual. Mereka segera ke tempat pertemuan yang tidak terlalu jauh dari apartemen Luhan, hanya berjalan kaki lima menit saja. Saat sampai, Luhan menyuruh Sehun untuk menunggunya.

"Tunggulah disini Sehunie, aku tidak akan lama." Kata Luhan. "Apakah disini ada bubbletea hyung?" tanya Sehun. Luhan mengerutkan dahinya.

"Bubbletea? Ah..Bubbletea, mungkin a..." Kata Luhan yang tiba-tiba memegang pelipisnya. Entah mengapa kata itu membuat rasa sakit di kepalanya lebih terasa dari sebelumnya.

"Hyung! Kau baik-baik saja?" tanya Sehun memegangi pundak Luhan. "Ya, hanya merasa agak pusing." Kata Luhan yang langsung masuk ke salah satu ruangan di tempat itu.

Tidak begitu lama bagi Sehun, karena baru 10 menit yang lalu. Ia melihat Luhan keluar lagi, dia berjalan cepat menuju Sehun. Menarik tangan Sehun dan mengajaknya pergi. Sehun terkejut karena merasa diseret oleh Luhan. Apa yang terjadi? Pikirnya.

"H-hyung..." Kata Sehun, dia merasa tangannya sakit karena Luhan terlalu kuat mencengkeram pergelangannya. "Hyung! Hentikan! Apa yang terjadi?" tanya Sehun tapi Luhan tidak menghiraukannya, dia terus memaksa Sehun untuk berjalan lebih cepat dari biasanya pergelangan tangannya semakin sakit. "Ya!! Hentikan hyung!" teriakan Sehun itu berhasil membuat Luhan berhenti.

"Kita harus segera pulang." Kata Luhan singkat dan menyeret Sehun lagi. "T-tapi kenapa? Apa kau sudah selesai?" Sehun bertanya lagi. Kemudian Luhan mendorong Sehun ke dinding dengan cukup keras. Sebelum Sehun menyadari apa yang terjadi, kerah bajunya ditarik oleh Luhan.

"Bisakah kau diam sekarang?" Kata Luhan yang langsung menyeret Sehun lagi. Kali ini, Sehun diam dan tidak bertanya apapun lagi. Sehun tidak pernah melihat Luhan seperti ini. Sesampainya di apartemen. Dia menutup pintu apartemen kemudian menarik tangan Sehun lagi masuk ke kamar dan menutup pintu kamarnya cukup keras.

"Duduk!" perintah Luhan dan mendorong Sehun untuk duduk di tempat tidur. Sehun agak terpental saking kerasnya dorongan Luhan yang langsung menuju mejanya dan mencari obat di dalam laci untuk menenangkan sarafnya. Dia membuka tutupnya dan mengambil satu butir kemudian meminumnya dengan air. Setelah itu dia duduk tepat disamping Sehun. Luhan menyenderkan kepalanya di bahu Sehun dan membuat degup jantung Sehun menjadi lebih cepat. Apa yang terjadi? kenapa dia...

"Apa kau mencintaiku Sehunie?" tanya Luhan. Sehun semakin terkejut dengan apa yang ditanyakan Luhan. Kenapa Luhan tiba-tiba bertanya seperti itu? pikirnya. "Aku baru bisa mengingat, kalau kau pernah mengatakan bahwa kau mencintaiku. Apa itu benar?" tanya Luhan lagi, kali ini dia melingkarkan lengannya di dada Sehun. "Apa kita benar-benar saling mencintai?" tanyanya lagi tapi Sehun masih diam karena keheranan.

"Arggghhh! Sial!....kenapa kau tidak menjawabku?" tanya Luhan kesal. Tiba-tiba dia merasa keningnya dikecup oleh Sehun.

"Hyung! badanmu panas sekali." Kata Sehun yang langsung meletakkan tangan kanannya ke dahi Luhan. "Ayo kita ke rumah sakit." Katanya lagi dan siap-siap untuk berdiri, tapi Luhan mencegahnya.

"Jangan pergi, tetaplah disini." Kata Luhan, dia merasa lebih tenang setelah meminum obat itu. Sehun merasa pelukan Luhan semakin melemah "Apa kau baik-baik saja hyung?" tanya Sehun.

"Apa menurutmu aku terlihat baik?" kata Luhan dengan suara yang semakin pelan, sepertinya dia sulit untuk mengatakan satu kalimat itu. Mungkin ini efek dari obat yang dia minum tadi, pikir Sehun. Dia kemudian membaringkan Luhan di tempat tidur, melepas kemejanya, dan menyelimutinya. Saat Sehun berniat pergi untuk memanggil dokter, tiba-tiba Luhan memegang tangannya.

"Jangan pergi..." guman Luhan.

Melihat betapa lemahnya laki-laki yang dicintainya itu Sehun memutuskan untuk tetap bersamanya. Dia berbaring di samping Luhan "Baiklah hyung, aku akan tetap disini. Sekarang kau tidurlah." Kata Sehun sambil membelai rambut Luhan.

~~~~~~~~~~~~~

Keesokan harinya, Sehun tidak tidur semalaman karena dia menjaga Luhan. Dia masih tidak menyangka Luhan bisa bersikap seperti semalam. Tapi dia bersyukur karena badan Luhan tidak sepanas sebelumnya. Dia mengecup dahi Luhan yang masih tertidur pulas. Dia harus benar-benar menjaga Luhan, Luhan sampai bisa bersikap seperti ini pasti dia bisa bersikap lebih dari ini atau sikap-sikap yang lain saat dia tidak menjalani terapinya dengan baik.


~To be continue~


Recall [HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang