01. Kertas Terakhir

109 1 0
                                    


"Humans are conceived into the universe for a limited time period, and during the course of their lives they get to meet thousands of people, but only connect with a few. These few people, once they leave through choice, through circumstance, or through death, will shatter the hearts of the ones left behind. So, before that happens, make sure that you have no regrets. Make sure that you treat them the way your heart truly desires, the way you know is right. Make sure you laugh with them, tell them what you truly think, and love them with all that you have - no walls held, not afraid of misunderstandings, and caring unconditionally. For it's the only way to love without regrets. Because loving like that, so sincerily, so selflessly, so sacrificially - is how you fall in love, and how you show them how you truly care. "
_Mia Lockheart_

"Jangan bohong!"

"Aku tidak bohong!"

"Kenapa kau selalu saja membohongiku!"

"Sungguh, aku tidak berbohong!"

"Aku tidak percaya!"

Gadis kecil itu mulai menangis. Kepalanya terbenam di atas kedua lututnya. Bahunya naik-turun ketika gadis kecil itu terisak. Sementara itu, anak laki-laki yang beberapa waktu lalu terlihat berdebat dengannya berdiri kaku, tidak tahu harus berbuat apa. Rio yang kebetulan menyaksikan setengah dari pertengkaran mereka dalam perjalanannya, hanya mendesah pelan. Sungguh bukan suatu pemandangan yang ingin dilihatnya sekarang. Tidak dicuaca seperti ini, ketika matahari terasa sangat menyengat. Ia menyeka keringat yang meluncur turun dari pelipisnya, sambil meneguk habis sekaleng soda dingin yang ia beli dari sebuah toko kecil tidak jauh dari halte tempat bis yang membawanya ke tempat ini berhenti. Kaos berlengan pendek yang ia kenakan terasa lengket dan menempel di kulit, membuatnya merasa tidak nyaman.

Perjalanan ini cukup menguras waktu dan tenaga. Ia begitu lelah. Rasanya ia ingin kembali pulang ke rumah, ke tempat dimana ia akan merasa nyaman, tempat dimana ia bisa menghabiskan sisa hari itu dengan bersantai. Tapi sudah sejauh ini, ia tidak bisa kembali. Tidak sebelum ia menemukan orang yang dicarinya.

"Kenapa kau tidak jujur?"

Sekali lagi, isakan gadis kecil itu mengusik ketenangan Rio dalam ritual istirahat pendeknya. Rupanya pertengkaran itu belum berakhir. Haruskah ia mendengarkan pertengkaran yang bukan urusannya itu di hari pertama kunjungannya lagi setelah satu tahun? Rio mendelik kesal. Rasanya ia ingin berteriak untuk menghentikan pertengkaran itu. Namun, ketika ia melihat wajah sang gadis kecil, perasaan aneh langsung mengusik batinnya. Rio termenung, teringat Keyla. Entah kenapa, ia merasa bahwa gadis kecil itu merupakan salah satu bagian dari deskripsi sosok Keyla. Keyla yang benci dibohongi, Keyla cengeng yang sering menangis diam-diam di belakangnya.

Keyla...dimanakah kamu berada?

Melihat mereka, entah mengapa ia merasa melihat dirinya sendiri. Saat masih kecil, Rio dan Keyla pun kerap seperti itu. Bertengkar untuk hal-hal yang kecil, berdebat untuk hal-hal yang kecil. Tanpa sadar Rio tersenyum. Rasanya sudah lama sekali, hal-hal manis seperti itu terjadi. Seiring dengan bertambahnya usia, mereka tidak lagi meributkan hal-hal kecil semacam itu, meskipun terkadang mereka pun masih tetap bertengkar. Bedanya, hal-hal yang mereka pertengkarkan sekarang adalah urusan-urusan yang lebih kompleks dari itu. Dulu, mereka bisa cepat bertengkar tapi juga bisa cepat berbaikan. Tapi setelah dewasa, pertengkaran tersebut sangat jarang terjadi, kalaupun terjadi akan sangat sulit untuk memperbaikinya. Seperti dua kutub magnet yang sama. Mereka akan saling menjauh dan bersikap keras kepala hingga salah satu diantara keduanya menyerah.

Rio meninggalkan kedua anak kecil itu setelah mereka berjabatan tangan. Tepat seperti dugaannya pertengkaran mereka tidak bertahan lama. Tidak perlu dicemaskan. Setelah mendaki tanjakan kecil, terlihatlah sebuah cottage yang terlihat diurus dengan apik. Pepohonan dan bebungaan yang mekar di sekelilingnya membuat rumah peristirahatan kecil itu terasa sejuk dan nyaman. Bagian depannya yang menghadap laut sungguh memanjakan mata dengan landscape biru yang eksotis.

Love Is Mind (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang