Part 1
Lagi-lagi pindah sekolah. Ini untuk ke 1, 2, 3, 4. Yap, ini kali ke 4 gue pindah sekolah.Gue pindah karena Nyokap. Nyokap gue ke Jakarta buat nerusin kuliahnya dan gue selalu jadi ekor Nyokap gue di mana pun bekiau berada. Setiap menemukan teman baru, selalu saja kepindahan gue memutuskannya. Mencari lagi teman baru di sekolah baru. Semoga ssja setelah ini tak ada sekolah-sekolh lain yang pernah di daftar siswanya tertera nama gue. Jadi sedih mengingat-ingat perpisahan gue sama teman di sekolah lama.
Kelas gue terkenal seantero sekolah sebagai kelas paling ribut. Pernah memecahkan rekor di sekolah dengan satu kelas dihukum mengitari lapangan 3 kali non-stop. Dan gedenya lapangan di sekolah gue itu satu lapangan basket ditambah satu lapangan futsal. Nah gue ngiterin lapangan futsal aja udsh ngos-ngosan. Sampai temen gue yang paling gendut pingsan.
Tapi suatu keajaiban kelas X.2 bisa mengharu biru. Semua anak meneteskan air mata sedih. Sebenarnya gak semuanya yang nangis. Gengsi dong anak cowok mewek, lagian mereka gak peduli-peduli amat sama keajaiban ini. Mumpung guru yang mengajar gak masuk, temen-temen gue ngerencanain membuat perpisahan di kelas untuk gue. Eh, bukan cuma buat gue deng, buat si Andika (bukan Andika kangen band lhooo...)
Mereka sampe buat kata-kata kenangan yang dicurahkan ke selembar karton berwarna ungu. Gue terharu sama kerja keras mereka biar gue gak lupa sama mereka. Tapi jujur, gue gak akan pernah lupa kenangan di X.2, baik kenangan yang bagus ataupun yang buruk.
Eits, tapi gak hanya itu yang bikin gue sedih pindah. Tepat tanggal 1 September gue ditembak sama seorang cowok yang gue suka. Gue bahagia banget! Gue sampe senyam-senyum sendiri di taksi gara-gara dia nembak, walaupun lewat sms. Kurang berani yah dia. Tapi gue bingung, karena tanggal 4 September gue harus udah pindah dari sana.
Karena gue dilema, gue langsung meng-sms best friend gue, Dina ketika sampai di rumah. Gue minta saran dia, apakah gue harus menerimanya dan menjalani LDR (Long Distance Relationship) atau gue tolak dan nyesel mungkin. 1 menit gue ngeliat ponsel gue, tapi gak ada tanda-tanda balasan dari Dina. Gue ngutak-atik lagi ponsel gue untuk meng-sms dua best friend gue lainnya, Ida dan Dwi. Setelah gue sentuh 'send' gue meletakkan ponsel gue di tempat tidur sebelah bantal gue. Gue merebahkan badan gue yang terasa kaku setelah belanja bulanan bareng Nyokap.
Terdengar bunyi seperti tulang patah, padahal itu bunyi tulang gue yang lagi gue renggangin. Drrt... Drrt... Ponsel gue bergetar. Gue menggeser telunjuk gue dari kiri ke kanan di layar ponsel. 2 Pesan Tak Terbaca. Gue menyentuh kalimat itu. Ternyata Ida dan Dina sudah membalas sms gue. Gue baca sms mereka satu persatu.
- Udah Ya, terima aja. Jangan buat hati dia dan juga hati lo kecewa. Lo suka dia, dia juga suka elo, apaan lagi yang mau ditunggu? (From: Ida)
dengan segera gue ngebales sms dari Ida.
- Kalo itu sih gue juga tau Da. Tapi masalahnya adalah gue mau pindah, gue takut dia gak mau LDR-an. (From: Gue)
Gue melanjutkan baca sms dari Dina.
- Ay, kamu harus memutuskan ini sendiri. Tapi aku cuma mau ngasih saran. Kamu harus terima dia, jangan sampe kamu malah kehilangan dis. Masalah LDR kan bisa diomongin bareng-bareng. (From: Dina)
Ini perbedaan cara gye mengobrol sama Dina dengan Ida. Gue selalu memakai aku-kamu sama Dina, tapi Ida jangan pake aku-kamu deh, lo pasti kalah karena dia itu sangat-sangat nyablak. Padalah Ida itu asli dari Bali. Gue ngebales sms Dina berbarengan dengan masuknya sms dari Ida.
- Iya Din, aku juga pengennya gitu. Tapi tungguin Dwi jawab dulu. Kalo Jawabannya sama kayak kamu dan Ida aku bakal nerima dia. Tapi kalo beda mungkin aku harus mikir sekali lagi. (From: Gue)
Gue membuka sms dari Ida. Ponsel gue bergetar lagi. Dwi membalas sms gue. Karena gue anaknya gak sabaran, gue membuka sms dari Dwi dan mengabaikan sms dari Ida.
- LO HRS NRIMA DIA. LDR ITU GMPNG! (From: Dwi)
Si ratu sms singkat membalas sms gue singkat, padat, jelas, dan gak pake kop. Cih, LDR itu gampang, tau darimana dia? Pacaran aja belum pernah. Gue ngebales smsnya tidak kalah singkatnya (dan CAPSnya)
- OK GW LKUIN. (From: Gue)
Gue bilang apa kan. Sms gue dalam waktu yang sesingkat-singkatnya ke dia biar dia merasakan apa yang gue rasakan. Oke gue jadi aneh.
Back to the plot. Gue akhirnya membuka sms dari Ida yang sudah penuh dengan jaring laba-laba, pengemis lagi tiduran sambil ngiler, daun-daun yang jadi bola daun persis di padang pasir.
- Lo harus percaya sama gue. Kalo dia sayang elo, dan elo juga sayang dia, itu sudah ada kepercayaan so LDR bukan tantangan yang paling besar. (From: Ida)
Sebenarnya gue cuma ngebaca yang bagian 'Lo harus percaya sama gue.' sisanya gue gak baca. Tapi entah kenapa gue bisa tau semuanya gitu ya? Bingung? Gue juga. Karena keputusan gue udah bulat gue meng-sms dua butir, Ida dan Dina dengan isi yang sama.
- Accepted (From: Gue)
Dan sms itu gue format ke si gebetan, karena gue males ngetik iya (?). Gue meletakkan kembali ponsel gue di kasur. Gue gak nyangka, mimpi-mimpi gue bakalan jadi kenyataan.
Ponsel gue bergetar 3 kali, menandakan pesan yang gue terima ada 3. Gue membuka kunci layarnya. Terpampanglah pesan dari Ida, Dina, dan Miko, gebetan gue ehm maksudnya cowok gue. Gue buka sms dari Ida sama Dina, Miko nanti aja. Ngebayangin isi sms-nya aja muka gue udah merah.
- Good! Ini baru Raya yang gue kenal. (From: Ida)
- Kyaaa jadian dong kalian? Selamat yaaaaa
PS: Jangan lupa PJ-nya :* (From: Dina)
Mari kita tinggalkan dua bocah yang sedang heboh itu, tepatnya cuma Dina yang heboh. Tangan gue gemetar ketika ingin menyentuh sms dari Miko. Dan syalalala terbuka, tapi mata gue, gue tutup. Gue buka mata perlahan.
- Beneran? Lo beneran? (From: Miko)
Ya ampyun, masa si Miko gak percaya sama apa yang gue sms ke dia. Lemot dasar. Dengan keselnya gue bales.
- Gue bilang iya. Atau mau gue berubah pikiran nih? (From: Gue)
Gak nyampe 1 menit, Miko udah ngebales.
- Eh jangan dong. Makasih ya Ray. I love you (From: Miko)
- Apaan sih lopyu lopyu, jijik tau gak? (From: Gue)
Sebenarnya muka gue udah kayak kepiting rebus. Merah merona duh. Gue senyam-senyum sendiri kayak orang gila di kamar. Untungnya kamar gue uni penghuninya hanya gue seorang jadi kemungkinan dianggap orang gila 0,01% ya saudara-saudara sekalian.
- Iya sorry. Besok kamu ke sekolah kan? (From: Miko)
- He'eh. Kenapa? Eh ada yang pengen gue bilang. (From: Gue)
Liat kan? Bedanya gue sama Miko. Si Miko udah berusaha pake aku-kamu tapi guenya malah loe-gue. Kasian emang kisah cinta kami.
- Bilang apa? (From: Miko)
-*-*-*-*-*
Jiaaaaah chapter satu ini. Bikin lagi yang baru ya author kece ini. Padahal Milk Angel belom selesai -_- dasar otak pinter(?)
Jangan lupa komen dan vote-nya itu sangat berarti (*-*)/
Author
M.A.N.I.T
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
Teen FictionCerita tentang seorang ababil (ABG labil) yang menemukan cinta sebenarnya setelah berkali-kali jatuh. Raya Putri Mahendra akhirnya bertemu dengan pangeran berkuda putihnya.