Hanya Dia {part 4}

120 4 1
                                    

Kukerjapkan mataku. Kenapa rasanya berat sekali? Semuanya begitu kabur. Ku pandang sekitarku. Ada yg aneh. Kenapa aku bisa disini?

Sesuatu menjepit tangan kananku. Seseorang seperti tertidur. Aku menggerakkan sedikit tangan kananku. Nampaknya ia benar-benar terlelap di tanganku. Kugerakkan lagi. Ia mulai menggeliat. Ia mengangkat kepalanya.

"Fa Faldy?! Loe ngapain disini?"
Tanyaku menganga. Tak menyangka saja. Bukannya tadi dia ke kantin. Kenapa dia disini?

"Nemenin loe" ujarnya singkat dan tersenyum manis.
Aku terdiam menatap senyumnya yg bisa menggoda iman semua wanita termasuk aku tentunya.

"Gue kenapa bisa disini? Trus loe ngapain? Bukannya loe tadi kekantin trus gue di lapangan ya?" Tanyaku mengingat kejadian tadi sambil mengetuk- ngetuk daguku.

"Loe pingsan lagi, Ly!"ujarnya singkat tanpa basa-basi.

"Ini udah jam brapa?"Tanyaku lagi sambil celingak celinguk mencari letak jam di ruangan itu. Tapi tetap nihil. Jam itu tak ada dimanapun. Aku bingung dimana semua jam yg ada di ruangan ini. Yg di dinding di meja dokter jaga maupun di yg di dekat lemari obat tak ada.
Aku seperti mendengar Faldy bergumam. Tapi aku tak mendengarnya dengan jelas.
"Eh? Apa?" Tanyaku memperhatikan Faldy yg nampak juga memperhatikanku.

"Jam 03.00 sore" Gumamnya mengulang.

"Oh" ujarku santai sambil mencoba mendudukkan badanku yg masih lemas karna pingsan. Setelah terduduk, aku terbelalak karna baru berhasil mencerna ucapannya.

"Hah!? Jam tiga. Trus kenapa gue masih disini? Aduh laper lagi!"
Pekikku dan meremas perutku yg mulai kembali meminta makanan. Seperti mengingat sesuatu, Faldy membongkar tasnya dan mengambil sesuatu yg terbungkus plastik hitam.

"Nih buat loe. Sorry lupa. Tadi gue beli dikantin." Ucap Faldy menyodorkan plastik itu padaku. Aku membukanya. Ada sebotol air mineral juga disana. Aku kembali membuka sebungkus kertas makanan disana. Ayam lalapan ternyata, dengan suhu yg mendingin. Entah kebetulan atau tidak. Ini makanan kesukaanku. Dan apakah dia tahu? Seketika aku besar kepala.ah sudahlah, ia saja baru sehari kenal denganku. Tapi sungguh tak mungkin jika ia memperhatikanku sehingga ia bahkan tahu makanan kesukaanku. Ah aku terbang!! Akhirnya ada juga orang yg peduli padaku. Setelah sekian banyak orang yg kukenal. Dia orang pertama.

"Kayaknya udah dingin. Sorry yah gue beli tadi pas loe masih pingsan. Sorry kalau makanannya mungkin nggak loe suka. Gue cuman asal milih disitu. Hehe." Ujarnya dengan wajah khawatir sekaligus berharap jika aku menyukainya. Tentu saja aku menyukainya.
Biarpun aku tidak menyukainya, tetap saja aku menerimanya. Setelah apa yg dia lakukan padaku ditambah aku memang sedang lapar. Hihi.Dalam hati aku menyengir sendiri.

"Loe nggak suka ya? Sorry?" Lagi-lagi ia berucap harap cemas. Mungkin karna dia melihatku belum juga memakan makanannya.

"Oh ini juga mau makan. Gue suka kok. Thanks!" Ujarku buru" membuka kertas makanan itu dan melahapnya cepat.

Uhuk. Uhuk. Uhuk.

Tenggorokanku tersumbat dgn daging ayam dan nasi.
Aku buru" mengambil botol air itu dan membuka penutup yg masih disegel itu.

Uhuk. Uhuk. Uhuk!! Uhuk.

Batukku demikian tersiksa karna tutup botol itu tak juga terbuka.

"To.. uhuk.. long buk.. uhuk kain. Uhuk uhuk uhuk" ucapku tak jelas masih terbatuk-batuk dgn tangan kananku menggoyang-goyang botol itu agar dia segera mengambilnya.

Ia mengambil botol yg aku pegang dan segera membukanya,
Lalu menyodorkannya padaku yg masih tersiksa dengan batuk gila ini.

Aku mengambilnya dan langsung menegak air mineral itu hingga habis setengah.
" Makasih hhh." Ucapku mengatur nafasku yg tak beraturan dan kembali melanjutkan makananku yg sempat tertunda itu.
Seketika kami terdiam sibuk masing" .Dia diam melamun dan aku diam makan ditemani bunyi kertas makananku.

"Kenapa loe bisa sampe kesedak gitu?" Tanya Faldy. Terlalu basa basi dia. Jelaslah karna aku makan terlalu semangat.
Aku mendengus kesal dan menoleh datar padanya masih sambil mengunyah.

"Karngang gueng makanng kecengpetang" ucapku tak jelas lagi membuat semua kata penuh dgn huruf "ng".

Dia tertawa, sungguh aku tambah sebal melihat mukanya yg menyebalkan itu.
Meski aku akui dia tampan. Sangat.

Apa? Tampan? Sepertinya aku harus menarik kembali pikiranku barusan. Ergh.

Ia memberikan tasku yg mungkin dia yg mengambilnya sendiri di kelasku. Apa dia tahu dimana kelasku? Mungkin karna aku yg memberi tahunya tadi? Ah lupakan saja.

Akhirnya makanku selesai juga. Kenyang rasanya.

Kutepuk- tepuk perutku menandakan aku sudah kenyang. Kusingkirkan kertas makanan yg tersisa minyak yg terserap itu dgn melipatnya dan melemparkannya di tempat sampah didekatku.

"Udah? Yuk pulang. Ni skolah dah sepi kayaknya. Gue anterin deh." Ujarnya sedikit menarikku turun dari bangsal ini.
Aku menggeleng cepat. Sungguh aku tak yakin dia akan peduli padaku setelah melihat tempat tinggalku nantinya. Aku tak rela melepaskan seseorang yg peduli padaku begitu saja. Apalagi baru saja mengenalnya tadi pagi. Hanya dia satu-satunya orang yg perduli padaku. Hanya dia yg memperhatikanku. HANYA DIA.

"Kenapa nggak? Emang loe pulang pake apaan?" Tanya Faldy seolah memojokanku.
Tak mungkin bukan jika aku bilang naik angkot atau jalan kaki. Jawaban konyol itu justru membuatnya makin memaksaku.
Huh. Huh. Huh.
Aku berusaha menetralkan nafasku. Air mukaku menunjukkan gugup.

"Ehm. Eh. Na..anti did. di jemp pep. Dijemput." Dustaku ragu.
Kenapa bicaraku jadi gagap begini. Peluh membasahi pelipisku. Rasanya aku makin gugup. Semoga dia percaya ucapanku.

Aku brusaha utk tidak menatap mata tajamnya.
" Jadi loe dijemput ya? Eng nggak papa ! Yaudah deh. Em gue pulang duluan yah." Ucapnya tepat ketika kami sampai di area parkir dekat gerbang sekolah.

Diapun berjalan menuju motornya yg tengah terparkir sendiri di area parkir yg sepi.
Aku mengikutinya.

Ia memakai helmnya. mengangkat standar motornya. Lalu menaiki motor ninjanya itu dan menggerakan motornya mundur.
Aku sedikit menyingkir mundur agar Faldy leluasa memundurkannya.

Ia menstarter motornya lalu membuka sedikit kaca helm. Ia tersenyum manis terlihat dari matanya yg sedikit menyipit.

"Gue duluan yah? Bye Lily!" Ujarnya melaju pergi.

Setelah memastikan dia benar" pergi aku berjalan perlahan ke arah gerbang sambil sesekali celingak celinguk mencari angkot yg mungkin melintas.
Ah sial! sepi sekali. Sepertinya aku harus berjalan kaki pulang. Aku merutuk kesal karna tak ada satupun angkot atau apapun itu yg lewat.

Aku berjalan semakin jauh dari sekolah dan menuju arah lorong tapi masih sama, tak ada apapun yg lewat. Lorong ini sangat sepi. Rumah" di sekitar sini pun nampak tak berpenghuni. Aku mendadak merinding ngeri membayangkan tempat" seperti ini adalah tempat" utk para penjahat.
Kiri kananku hanyalah pepohonan rindang yg berlumut dan rumah" kecil yg sedikit usang. Benar" menunjukkan kesan seram yg menghiasi tempat ini.
Abaikan saja Lily. Itu akan malah semakin membuatmu takut.

Terdengar sedikit suara deru motor yg lewat. Perasaan takut masih ada. Ragu" aku menoleh kebelakang.

******************************
End part!! Finally!
Tunggu selanjutnya ya.
Target 50 vomment. Kalo nggak, nggak papa
Tapi aku berharap banget.
Setiap vomment kalian itu sangat berharga buat aku.
Btw. Kayaknya bakal jadi kebiasaan aku buat end part ngegantung. Hehe (nyengir)

(Nyanyi: ganti lirik)
Bersabarlah readers, aku akan ngepost..

Hahaha

To be continued.


















You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 05, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HOPELESS DREAMERWhere stories live. Discover now