Loving You

5.8K 383 5
                                    

...bahwa kasih sayang mengungguli segalanya. Menembus apa pun yang tidak bisa dipahami oleh pengertian pinggir jalan, tidak akan bisa dicapai, tidak bisa dibincangkan dengan teori metode dan pendekatan apa pun...

***

Mata elangnya jatuh pada sesosok gadis yang dengan semangatnya meneriakkan barang dagangannya di stand bazaar sekolahnya. Tidak peduli dengan panas matahari yang kian menyengat, ia terus saja menyerukan kalimat-kalimat persuasif untuk menarik visitor yang datang.

Ia mengulum senyumnya. Tingkahnya yang lucu membuatnya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis sederhana, yang mampu menarik seluruh perhatiannya, cintanya, dan hatinya.

"Woy Kipli!" serunya begitu ia tiba di stand milik gadis yang ia pandangi dari tadi. Bibirnya mengerucut lucu.

"Ah, elo ih Ali! Jangan panggil gue Kipli ah!" protesnya sambil memukul lengan Ali dengan brosur yang dibawanya.

Ali menyeringai lebar, tangannya terangkat untuk menyingkirkan anakan rambut Prilly yang jatuh menutupi mata hazel-nya yang indah. Mata yang selalu meredam emosinya, mata yang selalu bisa menenangkannya.

"Lagian, istirahat dulu kek. Gue liatin dari tadi lo malah mejeng di depan terus, nggak duduk sebentar," katanya sejurus kemudian mengambil botol minum milik Prilly yang diletakkan di kursi di dekatnya berdiri; menenggak isinya hingga tersisa setengah botol.

"Nanggung Ali, stand gue udah mulai rame pengunjung tau! Tuh tuh, pada beli gelang yang gue design sendiri." Prilly menunjuk pelanggan stand-nya yang agak ramai.

"Iya, nanggung sih nanggung. Tapi inget istirahat juga dong. Pokoknya kalo sampe gue tau lo drop gara-gara ini, awas aja." ancamnya sembari duduk di kursi kosong, di pinggir tenda.

Prilly merengut sebal. "Ih lo mau lapor ke Bang Keenan ya? Lo mah ngeselin. Masa nggak mau cover gue sih."

"Iyalah. Sorry sayang! Untuk masalah kesehatan lo, gue nggak bisa nolerir lagi," diakhir kalimat, senyum penuh kemenangannya muncul.

"Sayang sayang nenek lo seorang pelaut!" rutuknya pelan namun tetap terdengar oleh pemuda tersebut. Ali tertawa geli. Prilly, Prilly...

Setelahnya, Prilly sibuk lagi dengan aktivitasnya semula. Menyerukan berbagai kalimat persuasif, agar pembeli barang jualannya bertambah. Dana yang terkumpul dari hasil ini, akan disumbangkan bagi orang-orang yang membutuhkannya.

"Prilly minum duluuu!" seru Ali saat mendengar suara Prilly perlahan mulai serak. Gadis itu menoleh ke arah Ali, dan menyerah. Selain karena suaranya mulai serak, tenggorokannya juga kering.

"Awas!" serunya galak, memerintah Ali untuk membagi kursinya agar ia bisa duduk. Satu kursi, untuk berdua. Prilly segera meraih botol minumnya, menenggak isinya hingga tandas.

"Minta Aurelie gantiin lo dulu. Kan lo berempat, biar lo istirahat." suruh Ali dengan nada yang sedikit tegas.

"Tapi gue ngerasa nggak enak sama mereka. Mereka kerja, tapi kok gue cuma duduk-duduk?" katanya sendu. Ali menghela nafas pelan.

Ia menangkup kedua pipi chubby milik Prilly, mengusapnya dengan pelan. "Hei, lo udah kerja dari pagi. Bahkan lo rela tidur telat buat design gelangnya sendiri. Lo masih ngerasa nggak enak sama mereka?" tanya Ali serius. Prilly menatap Ali dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Ayolah, Prill. Gue nggak mau lo drop kayak kemarin. Istirahat dulu, sampe lo bener-bener nggak capek lagi. Baru boleh promosi lagi." Ia menyentil pelan kening gadis itu.

Ali Prilly Short Fanfictions.Where stories live. Discover now