Always On Your Side

4.7K 357 6
                                    

Rumah megah itu tampak sepi. Tidak ada gelak tawa yang sempat memenuhi di setiap sudut rumah itu. Seakan-akan kehangatannya sirna. Terganti dengan kabut dan awan hitam yang masih setia menghiasi rumah tersebut.

Cuaca di luar mendung, seperti menggambarkan suasana hati sang penghuni rumah. Duduk di meja makan yang besar, tanpa ada yang menemani. ART yang biasa bekerja di rumahnya, sedang izin untuk pulang kampung karena anaknya yang sulung, akan menikah.

Prilly tersenyum getir saat ingin menyantap nasi goreng buatannya. Sekelebat kenangannya bersama keluarganya, terputar di memorinya. Betapa ia merindukan suasana hangat itu. Sungguh.

"Selamat makan, Prilly..." katanya pelan. Tangannya bergetar saat mengangkat sendok makannya.

Satu tetes air mata meluncur di sudut matanya saat satu sendok nasi goreng berhasil disuapnya.

"Bang, liat dong gue berhasil bikin nasi goreng pertama gue!" Prilly berujar bangga sambil membawa satu piring penuh nasi goreng sosis, dan meletakkan piring tersebut ke hadapan abangnya.

"Lo racunin kagak nih?" tanya Abangnya penuh selidik. Prilly mengerucutkan bibirnya.

"Gue kasih boraks satu kilo! Puas lo?" Prilly berkacak pinggang, dan dihadiahi satu cubitan di pipi chubbynya.

"Hehe bercanda, gitu aja sensi. Gue cobain nih,"

"Abis lo kayanya nggak percayaan banget sama gue. Kesel ah," keluh Prilly.

"Yah sense of humor lo tinggi banget sih, ah fix lo mainnya kurang jauh, pulangnya kurang malem."

Prilly melotot. "Emang gue elo? Udah sini, kalo lo gamau biar gue kasih ke Percy aja!"

"Enak aja! Masa Percy yang cuma kucing aja makanannya enak banget!" protesnya sambil menjauhkan sepiring nasi goreng itu dari jangkauan Prilly.

"Buluk! Percy juga kucing elo peleee!"

"Tapi kan yang melihara lo bukan gua! Awas! Gue makan aja!"

Prilly menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Dilemparkan dengan asal sendok makannya saat air matanya mulai meluncur dengan cepat dari matanya. Menganak sungai di pipinya.

Semuanya telah berubah. Tidak ada lagi candaan yang dilontarkan Kakak laki-lakinya, hingga membuatnya kesal. Tidak ada lagi yang memperdulikannya, menjaganya, dan memperhatikannya seperti dulu.

Semenjak Kakaknya masuk kuliah, Prilly merasa perhatian Kakaknya berkurang. Atau cenderung tidak peduli lagi. Jika dulu Kakaknya rela untuk membolos pelajaran saat SMA hanya untuk menemaninya di rumah saat ia sakit. Mengutamakan dirinya di atas segalanya. Prioritas paten yang tidak bisa diganggu gugat.

Ini yang Prilly takutkan. Begitu kuliah, maka perhatian yang diberikan kakaknya berkurang. Terlebih, saat ia tahu Kakak laki-lakinya itu lebih memilih untuk nongkrong di café 24 jam ketimbang menemaninya di rumah.

Puncaknya satu tahun belakangan ini. Saat orangtuanya sibuk mengurusi Bisnis dan melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Abangnya itu, selalu pulang larut saat ia sudah tertidur dan pergi saat ia belum bangun.

Prilly hanya butuh teman untuk berbicara di rumah. Itu saja. Permintaannya tidak muluk. Percuma mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Jatuhnya hanya akan menyakiti hati sendiri.

Ali Prilly Short Fanfictions.Where stories live. Discover now