Saat waktu berlalu

23 0 0
                                    

Jogja dingin malam ini. Aku menunggu kabar dari Riza. Hari ini aku pulang kampung ke Mojokerto. Menunggu kabar tak jelas dari Riza lebih tepatnya. Dia bilang akan menjemputku sesampainya disana. Tapi entah mengapa, tiba -tiba dia menghilang. Handphoneku masih berdering karena aplikasi Line yang memang tak ku silent. Jauh disana juga, beberapa teman sudah menghubungiku untuk cepat pulang. Mereka bilang aku harus kembali untuk membicarakan acara kampus expo yang sudah direncanakan. Sejujurnya aku juga rindu mereka. Padahal masih banyak adek adek yang tersedia untuk mengurus itu semua. Jabatan kita kita kan sudah expied. Duh duh duh. Memang teman temanku ini sangat bersemangat. Dua tahun yang lalu aku mengikuti sbmptn, lagi. Dan aku diterima di sebuah univ di jogja. Sangat jauh dari kampus awalku yang berada di Surabaya. Aku jalani saja dengan khidmat. Banyak hari yang terlewatkan olehku. Melangkah lebih jauh membuatku semakin betah "sendiri" Hahaha. Ini adalah curhatan para jomblo. Ah, aku tidak jomblo kok. Aku memilih untuk single dulu. Kisah yang cukup rumit membuat aku cukup terpuruk di Surabaya. Hal itu juga yang membuatku bersemangat juang untuk ke Jogja. Melupakan semua luka yang sudah menganga. Membangun semangat baru dan menyembuhkan hati yang kecewa.

Sepi, itu yang kurasakan. Terkadang aku merindukan masa SMA. Ya, masa yang amat sangat indah, menurutku. Kawan kawan yang setia dan kegilaan kegilaan yang kita timbulkan bersama. Karena jujur, dimasa kuliah ini aku masih belum bisa membuka diri untuk menjalin hubungan erat dengan kolega kolegaku. Tapi aku bersyukur mendapat kawan kawan baru yang artinya juga ilmu ilmu baru. Suara decitan kereta membuyarkan lamunanku. Bukan, bukan kereta yang ini. Aku menghela nafas sembari membuang pandanganku ke segala arah. Aku yang paling terakhir pulang. Teman temanku sudah mengambil tiket dua hari yang lalu. Saat itu aku masih harus menjadi panitia diacara musik fakultasku. Acara yang cukup meriah, karena kami mendatangkan Payung Teduh untuk hadir disekitar kami dan menjadi Guest Star. Aku masih ingat itu, alunan musik syahdu dan lembut. Dan waktu itu..... Ah aku tak sanggup menggambarkannya.

"Deva, yuk ikut aku sebentar. Kita duduk di situ".

"Eh kenapa harus disitu sih Xa, kan sepi".

"Kagak sepi kali Dev, cuman lebih tenang. Hehe Yuk dah disini juga lebih kelihatan pemandangannya".

"Iya juga sih. Boleh lah."

Aku hanya memandang sekitar. Acara kami cukup meriah namun tenang. Banyak orang yang datang. Meski tanpa htm, banyak kalangan yang memberi sumbangan sekedarnya. Aku melihat tatapan tatapan penuh kenikmatan dari para pengunjung. Menentramkan.

"Dev",

"Ya Rex?"

"Dev, bisa lihat aku nggak"

"Apaan sih ganggu aja lu. Hahaha"

Aku menatapnya

"Dev, kamu jangan khawatir lagi. Kamu jangan sedih lagi. Aku tahu semuanya. Aku tahu masa lalu itu. Aku...."

Lalu aku ternganga. Aku melihat buku pink kecil yang sudah lama kucari. Ditangan Rexa!

"Rex, kamu.....gimana buku itu?"

"Deva maaf. Kamu ninggalin buku ini waktu di Cafe dulu."

"Rexa, kamu kok lancang banget ih!"

Aku memukul kecil pundak Rexa.Ada kekhawatiran kecil dihatiku. Jadi Rexa... Sudah.. Ahh sial!

"Dev, maaf... Dev, aku nggak mau sahabat ku ini sedih lagi gara gara cowok yang udah nyia nyiain dia. Dev, jangan lakuin hal gila itu lagi."

"Rexa! Kamu itu.. Ah. Seharusnya kan langsung kamu kembalikan buku itu. Jadi... kamu... udah baca semuanya? Rexa, kamu ya!"

Aku mencoba meninggalkannya. Tapi tangan lembutnya menahanku pelan.

"Dev, jangan pergi. Aku butuh penjelasan banyak. Apa aja yang udah kamu lakuin. Apa yang udah dia lakuin. "

PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang