Satu

30 0 0
                                    


Carissa Tamara Khatmandjaja berlari ke arah pintu koridor. Carissa ketiduran di kapel sekolah pada hari pertama tahun ajaran baru di SMA!

Bruuk!

"Aaah!" Carissa menabrak seseorang dengan keras akibat belok sambil berlari di belokan koridor. Totebag Carissa terjatuh dan menumpahkan sebagian isi kotak bekalnya ke lantai, ikut bersama Carissa yang ikut terjatuh.

"Eh, sorry sorry, ya, ampun. Tadi gak lihat-lihat dulu, sorry banget," sahut seseorang yang menabraknya. Ngebass banget, Pikir Clarissa. Duh, tapi, siapa? Kok, kayak gak kenal?

"Sini," cowok itu memberikan tangannya, membantu Carissa berdiri, "Sorry banget itu tumpah. Gua nyesel banget."

Carissa terdiam selama beberapa detik, mencoba untuk mencerna, I heard something Brit, hmm. "Eh, iya, saya gak apa-apa kok," jawab Carissa sambil merapikan seragamnya dan barang-barangnya yang terjatuh.

"Bekalnya juga jatoh, maaf, ya, padahal masih pagi. Nanti, hmm, gua ganti pas istirahat, ya? Maaf banget."

Entah sudah berapa kali cowok ini ngomong maaf, dan Carissa masih belum ingat siapa orang ini. Apakah dia baru? Seangkatan, kah? Tidak ingat muka dia. Atau kakak kelas? Bisa jadi, tapi tidak ingat ada wajah dengan jaw line setajam ini. Adik kelas? Mukanya terlalu dewasa, ah. Carissa ingat persis wajah-wajah schoolmatesnya tapi tidak sama yang satu ini.

"Iya, iya gapapa, kali! Sebentar lagi sudah bel kedua, mendingan kita masuk aja, deh. Hmm, saya yang beresin ini gapapa, kok," Carissa tersenyum tipis, takut telat.

Cowok itu ngeh Carissa tidak bergua-lo saat berbicara. "Eh? Ya, sudah, mending kita sama-sama aja beresinnya. Biar cepat." The jawline guy langsung berlari ke arah cleaning room dan mengambil sapu dan pel lalu memberikan salah satu kepada Carissa, "Nih."

Mereka bekerja dalam diam dengan gesit, tak lebih dari 2 menit. Kemudian bel kedua pun berdering.

"Thanks, ya, saya balik dulu," Carissa langsung pamit.

"Eh, iya, sorry yang tadi," cowok itu menyisir rambutnya dengan tangan.

"Iya, haha, gapapa, salah bareng-bareng,"

"Nanti diganti istirahat, gak akan lupa."

"Gak usah, gak apa-apa! Saya gak minta! I'm fine," Carissa tersenyum sambil mengencangkan tali bagpacknya, bersikap kasual. Siapa sih, nih, orang?

"Hey, pemberian jangan ditolak. Nanti berkatnya hilang, loh," cowok itu menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum miring. Sharp jawline, checked; could raise one eyebrow, checked. What else?

"Bye," Carissa langsung menyudahi pembicaraan dan berbalik ke kelas tanpa mempedulikan lawan bicaranya lagi. Carissa langsung berlari mengingat jam pertama adalah Biologi. Jangan sampai gurunya sudah masuk!

***

Michael Frederick Adimuntja menuruni tangga sambil memutar-mutar USB di telunjuknya. Hari ini hari pertama Michael sekolah di Indonesia setelah sekian lama meninggalkan tanah air. Michael merasa familiar dan merasa sudah berbaur dengan suasana sekolah. Orang-orang merasa asing melihat Michael pada kali dua-ketiga berpapasan dengan Michael, karena tampangnya yang ternyata setelah disadari tidak pernah terlihat di kerumunan sekolah ini sebelumnya. 

Michael menolak tawaran orang tuanya untuk tetap tinggal di Aussie ataupun masuk sekolah internasional di Jakarta. Michael lebih memilih ke sekolah swasta yang cukup ketat dan memiliki kurikulum nasional. Bahasa Indonesia Michael memang tetap bagus, tapi orang tua Michael ragu apakah ia dapat beradaptasi dengan mudahnya? Mengingat Michael masuk sekolah bukan sebagai freshman, tapi kelas 3.

HELLO AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang