Dua

22 0 0
                                    

          

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Di hari pertama yang sudah cukup melelahkan ini, Carissa merasa senang akhirnya jam istirahat telah tiba. Ia merapikan barang-barangnya di atas meja dan mengambil tas makannya. Hugo mengernyitkan matanya.

"Tumben, Cha."

"Hmm?" Tengok Carissa. "Tumben kenapa, Go?"

"Mau makan siang sekarang?"

"Oh nggak. Hari ini bawa double, Go. Hehehe," cengir Carissa.

"Mau makan di tempat biasa? Gua ikut dong," sahut Hugo.

"Kita mau makan di kantin kali, Go," ujar Nadja sambil melingkarkan tangan ke bahu Carissa. "Yuk."

"Ih ngapain ke kantin? Rame tau banyak anak-anak baru. Nggak ah," tolak Hugo.

"Duh Hugo bawel banget deh. Katanya ketua OSIS, masa sama anak baru aja takut," canda Audrey.

"Kan ntar lagi mau ada acara kenalan OSIS, Od. Biasa deh, takut tebar pesona," cibir Carissa. Audrey dan Nadja tertawa, sedangkan Hugo menampilkan muka masamnya.

"Iya, terus aja Cha, terus." Muka Hugo masih masam.

"Yaudah, yuk cabut," ajal Nadja sambil berjalan ke pintu keluar. Carissa membawa tas makannya mengikuti Nadja dan Audrey. "Ikut gak lu, Go?"

"Eh, ikut-ikut dong!"

***

Suasana kantin saat itu ramai sekali, lebih-lebih dengan adanya anak-anak baru. Walaupun sekolah ini menggabungkan SMP dan SMA, untungnya sistem sekolah masih cukup waras untuk menempatkan jam istirahat yang berbeda antara SMP dengan SMA, sehingga jumlah siswa yang tumpah ke lingkungan kantin tidak sebanyak pendemo gedung MPR. Hehe, garing ya?

Michael mencoba untuk mencari jalan masuk ke antrian tidak jelas di kios bakmie, yang sepertinya tidak mudah walaupun sudah dibekali dengan tingginya yang semampai. Lebih-lebih Michael malah merasa canggung karena bukannya diperhatikan oleh penjaga kios bakmie, ia malah diperhatikan oleh cewek-cewek kelas 10 dengan tatapan yang menurut Michael, menyeramkan. Mereka mau apa sih? Kok ngeliatinnya gitu banget?

"Mike my man, this is Indo. Kalau lu mau makan dalam waktu istrahat sesingkat ini, lu harus ganas, my man," rangkul seseorang dari belakang.

"Eh, Le," tengok Michael. "Mau makan juga?"

"Iyalah, laper banget kali. Apalagi abis ini ekonomi. Harus kenyang-kenyangin perut, sob!" Ale tampak bersemangat. "Lu mau apa? Kita tuh kelas tiga man, gaada acara ngantri bareng," Ale berhenti sejenak, "freshmen begini kali, Mike."

Mike tampak bingung. "Terus?"

"Sini gua tunjukin tempatnya." Ale mengajak Michael pergi dari depan kios-kios kantin dan pergi ke arah pintu belakang. Benar saja, tidak ada yang melewati pintu belakang, yang jelas-jelas bertuliskan "selain karyawan dilarang masuk", selain penjaga kios dan ya, anak-anak kelas tiga. Kelihatan mukanya sudah lebih dewasa, baju tidak tampak baru, ya ciri-ciri anak kelas tiga banget.

"Nih Mike kalo lo mau pesen makanan dari sekarang dari sini aja, mau bakmie, lo tinggal teriak dari sini, mau goreng-goreng di sana, tuh udah kelihatan kan? Eh gua mau pesen minum ya, lo mau juga gak..."

Michael tidak lagi menyimak suara Ale berbicara ketika ia menemukan visual yang (menurutnya) sangat familiar itu duduk di bangku kantin sepuluh meter darinya. She's so Alie! I mean, look at her eyes when she's laughing. Caranya mengelap mulut dengan serbet, caranya melipat kaki, carana mengeratkan kuncirannya. How can someone look and act similarly? Dengan langkah mantap, Michael menghampiri meja itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HELLO AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang