SAG - 6

2K 140 0
                                    

nafas Ara tercekat, matanya melotot dan mulutnya sedikit terbuka.

"A.. Ar.. Ardian?!" desis Ara tidak menyangka. Ara terkejut dan ada sebersit rasa kecewa bahwa Secret Admirernya tersebut tidak sesuai harapannya.

Ardian, cowok pendiam, pintar, dan anti sosial. Teman satu kelasnya yang tidak pernah dekat dengannya karena belum lama Ardian menjadi anak murid baru pindahan dari luar negeri. Dia tidak menyangka bahwa Ardianlah yang selama ini menjadi Secret Admirernya.

Ardian melangkah menghampiri Ara sambil menggenggam bucket bunga besar yang sama persis seperti kejutan beberapa hari yang lalu bersama coklat ferrero rocher diatas meja bangkunya.

"Hai, apa kamu menyangka kalau aku yang selama beberapa hari ini memberi kamu kejutan?" Tanya Ardian yang langsung dijawab dengan gelengan kepala Ara. Ardian tersenyum kecil memaklumi.

"Kamu tidak menyangka karena aku ansos dikelas, kan?" Tanya Ardian lagi, dan lagi lagi Ara hanya menjawab dengan anggukan. Tidak tau kenapa Ara tidak dapat mengeluarkan suaranya, apa mungkin dia terlalu shock bahwa Ardianlah yang menjadi Secret Admirernya atau karena terlalu kecewa karena orang yang selama ini diharapkannya menjadi Secret Admirernya itu ternyata bukan Secret Admirernya?

Ardian tertawa kecil, mengacak rambut Ara pelan kemudian memberi bucket bunga tersebut kepada Ara. Ara menerimanya dengan ragu ragu.

"Dari pertama aku masuk kelas memperkenalkan diri didepan dan ngeliat kamu duduk dibangku kamu, aku udah tertarik sama kamu, Ra. Kamu cewek pertama yang bisa bikin aku jatuh cinta, you are my first love.." ucap Ardian panjang lembar.

"Do you want to be my girlfriend?" Lanjut Ardian. Ara tercekat mendengar ucapan Ardian dan Ara hanya dapat terdiam menatap tepat dimata Ardian. Ara dapat melihat ketulusan dimata Ardian yang justru membuat mata Ara berkaca kaca ingin menangis karena tidak tega untuk menolak Ardian. Ara menundukkan kepalanya tidak kuat melihat mata Ardian yang penuh harap kepadanya.

Hening

Beberapa saat hanya suara angin yang terdengar. Ardian meraih tangan kanan Ara, dan menggenggamnya erat meminta jawaban Ara. Ara mendongak, kembali menatap mata Ardian. Mata Ara menyiratkan rasa bersalah membuat senyuma Ardian menghilang digantikan dengan wajah kecewa, genggaman tangannya melemas kemudian terlepas dari tangan Ara.

Ardian sudah tau jawaban Ara.

"Kamu suka seseorang?" Tanya Ardian dengan suara tercekat. Ara mengangguk.

"Apa aku boleh tau cowo itu siapa?" Tanya Ardian lagi.

"Ari.." desis Ara menjawab. Ardian tersenyum pahit.

"Oohh, Ari. Yaudah, gpp, aku gak bisa maksa kamu untuk nerima aku. Semoga kita masih bisa berteman, anggap kejadian ini tidak ada ya, Ra." Ardian menepuk bahu Ara dua kali kemudian melangkah pergi meninggalkan Ara sendirian. Ara semakin merasa bersalah kepada Ardian ketika melihat sebuah meja dengan dua buah bangku, terdapat makanan dan minuman diatas meja tersebut. Ara dengan gontai melangkah kesana dan terduduk lemas di salah satu bangku tersebut.

Tap tap tap

"Hosh hosh hosh."

Ara terkejut mendengar suara langkah kaki yang berlari dengan cepat. Dia menengok saat seorang cowo dengan terengah engah muncul dari balik pagar besi.

"Ari.." panggil Ara dengan berbisik. Ara terkejut dengan munculnya Ari disini.

Ari menegakkan badannya yang sedari tadi menunduk memegang lututnya tersebut. Nafasnya masih tersengal, poninya sedikit basah akibat keringat sehabis menaiki 4 lantai dengan tangga sambil berlari.

"Apa aku terlambat?" Tanya Ari sambil melangkah menghampiri Ara. Ara mengerutkan alisnya bingung.

"Terlambat apanya?" Tanya Ara. Ari sudah berada dihadapan Ara, Ari melirik bucket bunga yang berada dipelukan Ara kemudian melirik meja dan bangku dibelakang Ara dan kembali menatap Ara dengan pandangan datar.

"Terlambat buat ngakuin kalau aku Secret Admirer kamu, Ra." Ara melongo tidak percaya mendengar pernyataan Ari. Ari Secret Admirernya? Apakah benar? Lalu bagaimana dengan Ardian tadi?

"Kamu bingung dengan Ardian?" Ara mengangguk. Ari terkekeh kecil.

"Kamu punya dua Secret Admirer sekaligus, Ra. Ardian dan Aku." Ara menggeleng tidak percaya, mulutnya yang terbuka ditutupnya dengan tanganya.

"Tapi sepertinya aku kalah sama Ardian. Dia lebih cepat dari aku." Ucap Ari tersirat nada kecewa pada dirinya sendiri. Ara langsung menggeleng cepat.

"Aku menolaknya." Ucapan Ara membuat Ari terkejut, senyumannya langsung mengembang. Ari dengan reflek menarik tubuh Ara kepelukannya. Ara terkejut, bunga dari Ardian yang dipegangnya terjatuh dan tubuhnya menegang tidak dapat membalas pelukan Ari walaupun sebenarnya dia ingin. Wangi parfum Ari yang sangat maskulin membuat tubuh Ara mulai rileks.

"aku sayang kamu, Ra." Bisik Ari tepat ditelinga Ara yang kembali membuat tubuh Ara menegang dan perutnya mulas. Sayang? Ari sayang dirinya? Benarkah itu?
Baginya, definisi sayang itu adalah sebuah rasa yang sangat tulus, dan didalam rasa sayang tersebut sudah terdapat rasa suka dan rasa cinta yang sangat mendalam.

Ari melepas pelukannya, memegang bahu Ara dan menatapnya dengan lembut. Ara juga membalas menatap mata Ari dan Ara bisa melihat bahwa Ari memang benar benar sayang dirinya.

"Do you want to be my girlfriend?" Mata Ara berkaca kaca, kali ini bukan karena dia tidak tega seperti apa yang terjadi tadi dengan Ardian, kali ini matanya berkaca kaca karena dia tidak menyangka dan bahagia mengetahui Ari yang sudah lama dikaguminya itu juga ada perasaan kepadanya dan bahkan hari ini Ari menembaknya.

Ara menatap mata Ari dalam dan kemudian Ara mengangguk "yes, i do, Ari. Aku juga sayang kamu." Ucap Ara menerima Ari menjadi pacarnya. Ari tersenyum dan kembali menarik tubuh Ara kepelukannya dengan erat. Air mata Ara menetes dan menyerap keseragam Ari.

"Kok malah nangis sih.." ucap Ari sambil menahan ketawa setelah melepas pelukannya. Ari mengusap pipi Ara untuk menghapus air matanya yang tersisa dipipi. Ara terkekeh malu diketawain sama Ari karena dia menangis terharu, dia mendorong dada Ari pelan.

"Kamu harus cerita ke aku semuanya! Termasuk tentang Secret Admirer!" Pinta Ara. Ari mengangguk lalu melirik jam ditangannya.

"Nanti aja ceritanya. Kita udah telat masuk 10 menit. Siap buat lari? Satu... dua.. tiga.." tanpa persetujuan Ara, Ari menarik tangan Ara kemudian berlari menuruni tangga untuk ke kelas. Ara tersenyum selama berlari melihat tangannya digenggam oleh Ari erat, akhirnya dia bisa merasakan hangatnya genggaman Ari.

***

Secret Admirer GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang