Semilir angin berhembus ke segala arah, nampak matahari di ufuk barat agak lelah, hendak ingin mengistirahatkan dirinya. Berbagai warna di langit menambah nilai estetika alam ini. Deburan ombak mengalun indah bagaikan musik yang menambah kemeriahan suasana di pinggir pantai, hewan-hewan laut menari-nari di atas permukaan pasir yang halus. Terlihat seorang manuisa sedang duduk dengan lutut di tekuk sebatas dagunya, tangannya terurai menarik sebuah cangkang yang tak beresi, bibirnya terangkat sedikit membentuk senyuman.
Di tengadakannya kepalanya menatap aurora-aurora, senyumnya semakin mengembang melupakan masalah di dunia untuk sejenak, namun seketika senyumnya terhenti tat kala pandang teruju pada segerombilan kepiting yang berlarian. ", Sebenarnya keadilan itu apa ?, kenapa ia merasa semuanya tak adil..bahkan orang tuanyapun bersikap demikian, sahabatnya, kekasihnya ? kenapa semua orang berlaku tak adil kepadanya ?", pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di kepalanya, "ah ternyata masalah tetap masalah" dengusnya, di hembuskan nafasnya dengan berat memorinya tanpa izin dan tak sopannya pergi ke masa-masa itu.
Saat itu fanya baru pulang dari sekolah, perutnya terasa lapar, uang jajannya hanya cukup untuk membeli keprluan sekolah, karena hari ini adalah pengeluaran iuran wajib per minggu, karena itu ia tak sempat membeli makanan, fanya telah berganti pakainnya dan dengan buru-buru ia melangkah menuju meja makan, ternyata di sana sudah ada kakaknya dan kedua orang tuanya, senyumnya semakin mengembang ,"siang pa, ma, kak annya..," sapaan riangnya hanya di jawab dengan senyuman dari ketigannya, fanya bergegas duduk di kursi kosong ,"kamu cuci bekas masak tadi, baru makan ," perintah dari papanya mengurungkan niatnya untuk duduk ," tapi pa fanyya kan laper, tadi tidak sempat jajan di sekolah ," fannya tak terima, ,"jangan membantah perintah orang tua, dosa ," kali ini mamanya yang berbicara. ,"kenapa enggak kaka aja yang sedang liburan tadi yang di suruh ?," fanya benar-benar tak terima perlakuan kedua orang tuanya ,"denger kata mama, enggak boleh ngebantah orang tua ," kakaknya membela diri. Fanya cemberut, selalu seperti ini di nomerduakan, ia ingin membentak, ia ingin berteriak kalau dia butuh keadilan, seperti kakanya, ia tak ingin dianggap anak kandung, tidak apa-apa ia tak dianggap anak, tak apa-apa ia di nemor duakan, asalkan ada keadilan.
Kenapa ? padahal kakanya tidak memiliki penyakit yang kritis sehingga menimbulkan alasan untuk di bedakan, cek DNA positif fanya adalah anak mereka, lalu kenapa ia debedakan, kemana keadilan itu ? seperti apa keadilan itu ?
Fanya selalu mengingat perkataan guru agamanya tentang berbakti kepada orang tua. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Al Isra(17):23) "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
,"ahh..kalimat itu lagi ," desissnya saat memorinya kembali pada waktu semula, fanya mengankat keong yang tak berisi ke depan wajahnya ,"apakah kamu di tinggalkan oleh tuan rumahmu ?," fanya terkekeh gili, ia sudah tau hewan tak dapat berbicara, dan dia diapun tau di dalamnya tidak ada kehidupan. kamu tau apa keadlian itu ? kamu mau mendengarkan ceritaku ? ah kurasa diam adalah ia ," katanya semakin melantur..
,"kamu tau, bahkan kekasihku menomerduakan aku dengan sahabatnya ," matanya agak sedikit berair, mengingat semua kejadian di dunia ini, masalah demi masalah yang ia tidak tau dari mana asalnya, yang ia tidak tau apa penyebabnya, yang ia tidak tau mungkin lebih tepatnya belum tau ," aku bingung aku yang kekasihnya tau dia ?," atau aku adalah orang ketiga ? yang masuk dengan tidak sopannya ??, tapi kenapa dia menawariku sebuah perasaan ?," fanya menggerak-gerakkan keong itu dan bertanya ,"kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku ? ," fannya cemberut menatap keong yang berada di tangannya, di buka telapak tangannya dan di lepaskannya di tengah-tengah telapak tangannya. Dia menghenbuskan nafasnya kasar.
,"waktu itu kami sedang jalan-jalan ke toko buku ," fanya terdiam sejenak kemudian melanjutkan ,"aku yang memang tak sempat sarapan bahkan makan malam dan akhirnya sakit di perutku tak bisa di cegah, kakiku rasanya lemas, bahkan untuk berjalanpun sulit,"
,"ezy namanya, dia dengan cemas bertanya apakah aku baik-baik saja , padahal sudah terlihat jelas dari bahasa tubuhku bahwa aku sedang tak baik-baik saja, dia menunduk mensejajarknnya dengan ku, namun saat hendak menggendonggku nada handpohne mengalun dengan terburu-buru dia merogoh sakunya, aku tau nada itu, nada yang dikhususkan untuknya ,"halo..oh iya ..ia ..sebentar..tunggu di sana ?," aku lansung mengetahui siapa yang menelponnya, pasti fika sahabatnya, ,"entar aku telpon temanku, kamu tunggu dii sini jangan kemana-mana, aku sudah menelpon temanku, fika sangat membutuhkanku" dia meninggalkannku di kursi panjang di luar took buku, air mataku keluar, aku menangis dalam diam, batin dan tubuh ini tersakiti, kenapa aku selalu di nomer duakan ? apa salahku ? kenapa keong ? kenapa dia menawarkan perasaannya jika perasaannya dimiliki orang lain, kenapa ? padahal hanya sebentar, rumahku tak jauh dari sini, namun kenapa hanya 5 menit kok, 5 menit ,"
Fanya terus saja mengoceh sendiri, sepertinya matahari juga sangat lelah, mungkin terlalu lelah mendengar fannya yang mengoceh, dia tanpa izin juga ikut tenggelam digantikan dengan bulan, fanya menatap lurus ke depan melihat fenomena yang setiap hari selalu begini.
,"bahkan gurukupun begitu, selalu yang cantik di nomer satukan, selalu yang pintar di menjadi priorisat utama, trus yang seperti aku, tidak cantik namun tidak jelek ," benar kan ? hei lihat aku aku tidak jelek kan, fanya menggoyang-goyangkan keong yang berada di tangannnya, ,"diam bearti iya," katanya untuk yang kedua kalinya.
,"aku juga tidak pintar, namun tidak juga bodoh, terbukti kok aku selalu jadi peringat tengah-tengah,"
,"kamu tau teorinya Darwin, tentang seleksi alam ? siapa yang kuat itullah yang menang dan bertahan ," apa kamu termasuk seleksi ? ahh aku pasti benar . . . .!!
Heii lihat itu..!! fannya mulai melantur lagi, pandangannya tertuju pada pasangan yang sedang menikmati matahari yang tenggelam, sepertinya mereka sudah menikah, terlihat jelas perut si cewek yang setengah membuncit, cowoknya terlihat perhatian, selalu menjaga istrinya..,"ternyata hanya 1 yang masih adil ," katanya antusias sekali ,"kamu tau kan, kalau jodoh ada di tangan tuhan ?," yupp kamu benar sekali ," Tuhann Maha Adil ," lihat itu ," fannya menunjuk sepasang kekasih yang di lihat tadi, tangannya yang memegang keong ikut di arahkan ke sana, seolah-olah keong itu bisa berbicara ,"akku seharusnya menyadari lebih dulu, kalau kita masih punya Tuhan ,"
Kemudian ia mendongak, matanya menyapu ke segala arah, Nampak keindahan alam yang tiada tara, taburan bintang, dan cahaya bulan sangat indah di pandang, ia lalu melepaskan keong itu dan tersenyum. Senyum kebahagian dan kelegaan.
,"terimakasih telah menemaniku sepanjang sore ini, aku menyesal kenapa dari dulu saja aku ke sini ?, " fannya tersenyum seakan ruhnya sudah kembali ke rumahnya, seakan-akan tenaganya sudah banyak, meskipun dia dalam tahap penyeleksian seperi teorinya Darwin, namun ia tau yang paling kuat lah yang akan bertahan, dan ia yakin ia sudah kuat sekarang, meskipun musuhnya 1:1000 namun ia masih punya Tuhan yang selalu adil. Ia tahu makna keadilan yang hakiki, ia tak ingin terpuruk dengan kondisinya yang seperti ini.
"Wahai manusia, apakah yang memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan menyeimbangankan (kejadian)-mu." (Qs. al-Infithar/82: 6-7).
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi" (Qs. Ali Imran: 190-191)
NO COPAS
SALAM : RCA
KAMU SEDANG MEMBACA
FANYA
Short Story" hidup itu pilihan, memilih hidup bearti siap menanggung segala sesuatu yang akan terjadi " BY. RCA