BAB 3

1K 93 4
                                    

BAB 3

"Tuhkan, Mas... Apa coba aku bilang? Kalau kerja jangan terlalu dipaksain. Kalau sakit begini, siapa yang repot coba?" gerutu Melani. Ia berdecak kesal saat mendapati Elang tengah tertidur di ruang istirahat. Lelaki itu tidur sembarangan di sofa. Kaki menjuntai kebawah dengan tangan bersidekap. Bagaimana mau sembuh jika cara tidurnya saja seperti itu?

"Kan ada kamu, Mel. Suster cantik yang baik hati." goda Elang seraya meringis. Bahkan saat tersenyum saja, kepalanya langsung berdenyut hebat.

Pipi Melani merona, ia berdecih menutupi kegugupannya, "tuh kan, ini nih yang namanya bukan playboy?" ujar Melani kesal.

"Kan cuma sama kamu aja, Mel. Kalau perempuan lain, mana berani aku." jawab Elang santai. Ia membetulkan kemejanya yang kusut lalu berdiri. Hari memang semakin beranjak malam, dan seharusnya ia sudah sampai dan beristirahat di rumah.

"Iya... Aku tahu!" kesal Melani. "Kamu mending naik taksi saja, Mas. Aku yakin, kamu masih pusing. Itu tuh, nasi gorengnya dibawa. Makan dulu, minum obat terus tidur." Melani menunjuk bungkusan plastik di atas meja. Ia sibuk membereskan barang bawaannya karena dia juga sedang bersiap untuk pulang.

"Kamu pulang bareng aku aja, yuk. Aku bete sendirian di mobil." pinta Elang. Kini ia juga sibuk membereskan barang bawaannya.

"Kan ada supir taksi, ajak ngomong aja bapaknya."

"Aku ajak bapak supir taksi naik mobilku? Begitu maksud kamu?" ujar Elang geli. Ia menoleh kepada Melani yang disambut oleh wajah penuh kekesalan.

"Haduh... Tinggal bilang bawa mobil sendiri aja ribet ngalor-ngidul nggak jelas, toh Mas!" Melani berjalan keluar mendahului Elang. "Ayuk cepetan! Dimas sudah nunggu aku di rumah!" Elang pun makin terkikik geli, Melani yang kesal merupakan kelucuan tersendiri baginya.

- E & R -

Mungkin bagi segelintir orang, permainan game online hanya pantas dimainkan oleh anak-anak dan remaja. Tapi semua itu salah, bahkan sosok Elang yang serius dan pekerja keras pun suka bermain game online. Kali ini dia sedang menyukai permainan Slingshot Braves. Sebuah game online yang bisa dimainkan dengan sesama pemain di seluruh dunia.

Cara bermain game ini tidak terlalu sulit, kita hanya perlu mengarahkan char kearah musuh. Tapi kita tidak bisa sembarang menyerang, pemain terlebih dahulu harus menyentuh dan menahan jari pada karakter. Kemudian menarik mundur untuk menentukan arah bergerak. Begitu jari di lepas, karakter akan melesat dan menyerang monster, persis dengan prinsip menggunakan ketapel.

Sekarang ini, pemain game Slingshot Braves mulai menjamur. Saat mereka harus bermain coop batle untuk menyelesaikan misi. Mereka bisa menggunakan aplikasi Line untuk saling bertukar link. Hal itu memudahkan mereka bermain, sekaligus ajang saling mengenal satu sama lain.

Saat tiba di rumah, setelah mengganti pakaian dan meminum obat. Elang memainkan poselnya, ternyata belum ada balasan dari kekasih hati. Maka dari itu, seraya menunggu kantuk, Elang membuka aplikasi Line, mengajak salah satu pemain untuk bermain coop batle.

Rufio : Belum tidur, bro?

Mas_Pian : Belum, lagi ada new event, nih. Ayoo... Keluarin link-nya!

Elang_Hardi : Ayo, Mas Pian. Situ host ya!

Rufio : Yah... Mas Pian, gak jadi main sama aku?

Mas_Pian : http://a.slingshot.colopl.jp/r?k=lt&v=4f439ae5d9 http://s.colo.pl/r/s

Elang_Hardi : oke!

Ren_JN : Om Rufio, main sama aku aja, yuk!

Mas_Pian : Sorry, Mas Ruff!

Baru beberapa bulan grup Line itu terbentuk, tapi kedekatan di dalamnya sudah seperti mengenal sejak lama. Bagaimana tidak, banyak diantara mereka yang menghabiskan waktu ditempat kerja. Ada yang berprofesi sebagai guru, dokter, chef hingga ibu rumah tangga. Dan, bermain game adalah cara untuk mengurangi stress. Sebenarnya tidak hanya itu saja, mereka juga bisa berbagi keluh kesah dengan saling berbincang.

Ren_JN : Om Elang, ada material yang belum aku dapet. Bisa bantu aku, nggak?

Saat tengah bermain, sebuah privat message masuk ke akun Elang. Ren_JN... Kalau dari cara chating dan photo profil, Elang melihat kalau akun ini adalah milik seorang perempuan. Ya... Seperti yang sudah dijelaskan, bahkan ada dua orang ibu rumah tangga yang ikut bermain game online tersebut. Tapi untuk Ren_JN, dia sangat tertutup. Hanya foto saja yang menampilkan belakang tubuh seorang perempuan, berambut panjang dan sedang menikmati matahari terbenam.

Elang_Hardi : Sebentar, ya Ren.

Ren_JN : Oke, aku tunggu. ;)

- E & R -

Elang membetulkan jaket kulit yang ia pakai. Hari memang sudah semakin siang, namun panas matahari tidak menjadi kendala untuk segera menemui Dea. Dengan kecepatan sedang, ia mengendarai motor besar kesayangannya menuju Solo. Waktu dua jam adalah waktu terlama sepanjang hidupnya.

Elang hampir sampai, dan saat dia membelokkan kendaraannya. Terlihat Dea tengah menunggunya di depan pagar rumah kost. Gadis itu tersenyum sumringah, padahal jarak Elang masih jauh darinya. Mau tak mau Elang pun ikut tersenyum.

"Mas Elang!!" gadis itu langsung menubruk tubuh besar Elang. Untung saja, kedua kaki lelaki itu sudah menapak ke tanah. Kalau tidak, mereka bisa terjatuh bersama sepeda motor Elang.

Elang menepuk-nepuk punggung Dea. Meski panas dan keringat melekat ditubuhnya, Elang bisa merasakan kenyamanan saat Dea memeluknya.

"Kangen...." ujar Dea manja. Dia bersandar tepat didada Elang. Dimana jantung Elang berdegup dengan kencangnya.

"Aku juga merindukanmu," jawab Elang seraya membelai rambut panjang Dea.

"Kamu nunggu aku dari kapan?" Elang melepas pelukan Dea. Diperhatikannya wajah penuh peluh milik Dea, lalu berdecak kesal. "Kenapa nggak nunggu di dalam saja? Lihat, basah semua kan baju kamu." marah Elang. Dea hanya meringis seraya menampilkan gigi kelincinya.

"Sudah ah, Mas. Ndak baik marah-marah sama cewek cantik." goda Dea seraya mencolek dagu Elang yang dipenuhi bakal jenggot. Elang menghela napas, kemudian tersenyum sarat kerinduan.

"Kamu sudah siap?" tanya Elang yang dijawab dengan anggukan antusias Dea.

"Sudah... Tadi aku juga sudah telepon Ibu, dia sudah masak enak di rumah. Nah, habis dari rumah, baru kita jalan-jalan." ujar Dea, dia pun mengambil helm yang Elang berikan padanya.

Elang membantu Dea memakai helm. Setelahnya gadis itu langsung naik ke motor besar Elang. Memeluk pinggang Elang kuat, dan menyenderkan kepalanya di punggung besar milik kekasihnya.

"Let's go! Kita berangkat, Mas!" seru Dea tanpa melepas pelukan hingga terdengar nyaring di telinga Elang.

Elang tertawa kencang, gadis manja miliknya memang penuh kejutan. Meski ia harus menempuh jarak panjang dan kini harus mengantarkan kekasihnya pulang ke rumah. Semua ini ia jalani. Paling tidak, ia bisa merasakan pelukan dan keintiman selama satu setengah jam hingga sampai ke Jatipuro. Apapun ia lakukan demi Dea Larasati.

- E & R -

To be continue...

The Right WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang