Ngidam

22.9K 1.1K 53
                                    

Sudah dua minggu sejak aku mengantarkan Nasha ke dokter dan hasilnya positif. Nasha dinyatakan hamil dengan usia kandungannya yang menginjak minggu ketiga. Aku amat bahagia mendengar kabar ini. Begitu pula keluarga besar kami. Aku sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerahnya. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang Papa.

Nasha pun amat senang, walaupun ia heran mengapa ia bisa hamil padahal tamu bulanannya tetap datang seperti biasa. Dokter menjelaskan jika hal itu bisa saja terjadi walau jarang. Dokter mengatakan bahwa darah yang keluar itu adalah flek dan tidak berbahaya jika yang keluar tidak banyak.

"Tito....!!!!"

Nasha berteriak memanggilku.

"Ya sayang, tunggu sebentar."

Ah, semenjak hamil Nasha berubah menjadi lebih cerewet, sensitif dan mudah marah. Seperti saat ini.

"Kamu ngapain aja sih lama banget." ujarnya saat aku masuk kamar.

Aku menunjukkan apa yang kupegang ditanganku." Aku kan buatin kamu rujak seperti yang kamu minta yang."

"Kelamaan. Aku udah gak pengen."

Aku mendesah lelah. Kutaruh rujak yang kubawa dinakas dan menghampirinya yang sedang asyik bermain game di sofa.

"Yang, jangan gitu dong. Aku kan udah susah susah buatin rujaknya masa kamu gak mau makan. Kamu gak kasihan sama aku." aku memasang wajah melas agar Nasha luluh. Namun sepertinya itu hal yang sia-sia karena Nasha tak menghiraukanku.

"Yang."

"Apa sih?"

"Makan ya rujaknya. Kasihan baby kita ntar ileran."

"Aku gak mau Tito. Aku udah gak minat."

"Jangan ngambek gitu dong yang. Maaf kalo aku lama buatnya," kembali kucoba tuk membujuk Nasha.

Nasha membalikkan badannya menghadapku.

"Aku beneran gak mau yang. Gini aja deh, kamu  makan aku yang  suapin ya."

"Aku gak suka mangga Nasha."

Demi Tuhan, aku paling anti dengan buah bernama mangga. Tak peduli seenak apa rasanya, aku tak akan pernah mau memakannya.

"Sayang, demi baby kita." Terbalik. Kini Nasha yang membujukku dengan puppy eyesnya. Argh, kalau sudah begini aku takkan bisa menolaknya. Sial.

#

Kehamilan Nasha merupakan berkah dan siksaan bagiku. Seperti yang sudah sudah, Nasha akan marah dan menangis minta cerai jika keinginannya tak dipenuhi.

#

"Tito, bangun dong." Nasha mengguncang lenganku, memaksaku agar terbangun dari mimpi indah yang baru saja kurajut.

Aku menguap lebar dan bertanya padanya dengan mata tertutup.

"Apa yang?"

"Aku gak bisa tidur." jawabnya dengan suara parau.

Aku beralih menghadap dirinya dan memeluknya yang dibalas dengan pukulan di lengan oleh Nasha.

"Aw... sakit yang." aku mengusap lenganku yang dipukulnya.

"Aku gak bisa tidur kenapa kamu malah meluk aku sih?"

"Kan biasanya kalo dipeluk kamu nyenyak tidurnya. Harusnya aku yang nanya, kamu kenapa tumben kaya gini sih yang?"

"Aku pengen tidur di apartemennya Darian." jawab Nasha dengan wajah polosnya.

Aku langsung terduduk diatas ranjang.

"Nasha kamu mau buat aku kena serangan jantung!! Ini jam satu pagi Nasha! Dan kamu pengen tidur sama cowok lain. Kamu bisa mikir gak sih!!!" bentakku mengacak acak rambutku gusar.

Aku mendiamkannya, tak menjawab keinginan Nasha. Begitu tau tak mendapatkan respon yang berarti dariku, Nasha membalikkan tubuhnya memunggungiku. Tak lama kemudian aku mendengar suara isakan lirih terdengar darinya.

Nasha menangis.

Tangisannya begitu menyesakkan dadaku. Aku tau aku salah telah membentaknya. Tetapi aku hanya melakukan apa yang diperintahkan otakku. Aku cemburu. Bagaimana mungkin aku tak cemburu jika istri yang begitu kucintai malah ingin tidur dengan oranglain selain diriku. Cowok lagi.

Aku mendekatinya, mengusap lengannya pelan dan membisikkan kata maaf.

"Sayang maafin aku, aku—"

"Aku cuma pengen tidur diapartemennya Darian, bukan tidur bareng dengannya. Bagian mana sih yang gak kamu pahami Tito?"

Aku terdiam.

"Aku juga tau aku sudah memiliki seorang suami. Aku gak akan melakukan hal gila seperti itu. Aku masih punya otak. Apa kamu tau, seminggu belakangan ini aku nyaris gak bisa tidur karena aku nahan keinginanku. Aku cuma minta sekaliii aja untuk tidur diapartemennya Ian. Aku gak tau kenapa tapi aku pengen banget Tito," tambahnya lagi masih menangis.

Aku berpikir sebentar. Apa jangan jangan Nasha lagi ngidam? Kutepuk keningku pelan. Itu sudah pasti. Dan itulah yang menyebabkan Nasha bertingkah aneh akhir akhir ini. Ah, mengapa aku bisa melupakan hal sepenting ini.

"Maafin aku sayang, aku bakal nganter kamu kesana kalau memang itu yang kamu mau." bisikku ditelinganya.

Nasha membalikkan badannya. Bisa kulihat kantong mata yang terlukis diwajah cantiknya. Bagaimana bisa aku tak menyadarinya?

Kuhapus bekas airmata dipipinya. Bola matanya bersinar bahagia mendengar ucapanku.

"Kamu serius?"

Aku hanya mengangguk.

Nasha menghambur kearahku dan mengecup bibirku sekilas. "Makasih sayang," ucapnya membuatku menyunggingkan senyum manis.

#

Aku merebahkan tubuhku ketempat tidur setelah barusan mengantar Nasha keapartemen Darian dan sedikit cekcok dengan Darian karena aku dan Nasha telah mengganggu waktu tidurnya.

Siapa sih yang tak kesal jika ada tamu tak diundang dan mengganggu istirahatmu saat tengah malam. Aku mengerti apa yang dirasakan Darian namun aku lebih menyayangi istriku. Akhirnya dengan bujuk rayu dari Nasha Darian mengijinkannya untuk menginap.

Apa kalian tau apa yang lebih buruk dari itu? Nasha mengusirku. Ia menyuruhku pulang. Ia tak mau menginap bersamaku. Ia bilang ingin menikmati kasur sendiri, tanpa diriku. Bisa kalian bayangkan suami tampan seperti diriku diusir oleh istrinya sendiri???

Aku baru saja memejamkan mataku saat ponselku berdering.

"Hal–"

"TITOOOO.....BAWA BALIK BINI LU NIH. DIA....AW, NASHA SAKIT! NGAPAIN LO JAMBAK GUE,ARGHHH..."

Aku menjauhkan ponselku dari telinga. Suara teriakan Darian bisa merusak gendang telingaku.

Tanpa memperdulikan teriakan Darian aku memutuskan sambungan dan mematikan ponselku. Satu yang aku tau jika Nasha tak akan menghianatiku. Dan aku butuh tidur sekarang.

#

Hai, akhirnya bisa apdet lagi. Beneran ga punya waktu sekarang buat nulis,hiks

semoga chapter ini bisa menghibur kalian semua ya, bye

see u all next chap

Ifah

NÄTÕ [ Nasha Tito Love Story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang