Senin Siang

33.5K 265 3
                                    

"Kak Juice! Kak Juice!"

Sebuah suara memanggil dan derap kaki yang cepat menghentikan langkahku dan Valen.Aku menoleh,mendapati seorang anak kelas tujuh yang ekspresinya tidak santai.

"Kenapa,Aya?",tanyaku sambil tersenyum pada Aya,si anak kelas tujuh itu.Aya menunjuk ruang Indonesian B di dekat tangga dan deretan loker."Kak,coba lihat ke situ deh!"

Aku mengerutkan kening,lalu memandang Valen yang juga tampak heran."Emangnya ada apa? Bukannya disana kosong?",kali ini,Valen yang menyahut.
"Iya,kita baru aja lewat situ.Gak ada apa-apa!"

Aya menghela napas panik,lalu menarikku dan Valen ke balik deretan loker."Ssst,coba diem deh!"
Aku dan Valen langsung bungkam mendengar ajakan Aya.Kami bertiga diam di lantai tiga gedung sekolah yang kosong dan sepi ini.
Ya,sepi memang.Tapi tak kosong.
'Kan ada aku,Valen,dan Aya disini.',batinku menjawab pikiranku sendiri.
Tidak,bukan seperti itu."Apa ada orang lain disini?",bisik Valen."Bukannya...kita bertiga doang?",bisiknya lagi.

"Yaa...mungkin ada juga yang lagi disini--ngerjain tugas,gitu?",aku mencoba berpikir positif.
Aya,yang ada di depan kami,menoleh ke belakang."Masa iya ngerjain tugas bunyinya gini?"

Aku dan Valen kembali pasang telinga.Sedetik.Dua detik.Tiga detik.

Terdengar bunyi kecipak.Pelan,tapi jelas.
"Nnngg...bunyinya deket,ya?"
"Dari Indonesian B!"

Aku,Valen,dan Aya melongok bersamaan ke ruang Indonesian B.Tepat di tengah kelas--agak memojok ke belakang,ada dua insan berlawanan jenis saling bertautan bibir dan melumat lidah.Saliva mereka berdua bercampur menjadi satu,tercecer di sekitar mulut si perempuan; menunjukkan kenikmatan yang mereka rasakan.Suasananya mendebarkan,seolah menakuti kita sekaligus mengajak kita untuk mencoba yang lebih.

Ugh,aku geli dengan kata-kataku sendiri.Lebay sekali,bahkan lebih lebay daripada dua makhluk di hadapanku.Cumbuan mereka ternyata belum berhenti,makin panas dan terus memberikan rasa geli ke sekujur tubuh kami bertiga.

Mata mereka terpejam,tangan-tangan mereka meraba lawan mainnya satu sama lain dengan penuh gairah.Aku,Valen,dan Aya melongo bertiga melihat adegan gratis itu.

"Ohok!",Valen terbatuk kencang.Ia memang paling tak tahan drngan adegan erotis atau porno seperti iti.Aku sendiri baru sadar kalau Aya sudah menahan napas daritadi.

Suasana makin panas saat si laki-laki membuka mata dan memandang ke arah pintu--ke arah kami.Tanpa pikir-pikir lagi,kami bertig langsung kabur menyelamatkan diri dari dua makhluk yang sepertinya sudah menyadari keberadaan kami.

Kami ngebut ke lantai dua.Valen memimpin di depan,Aya di belakangnya,aku paling terakhir.Valen sampai duluan ke lantai dua,dan langsung belok ke tangga lantai satu.Aya menyusul disampingnya.

Ah,jahat.Aku ditinggal sendiri."Woi,tungguin!",seruku pada mereka.Aku belok ke tangga lantai satu segera aku menuruni tangga menyusul mereka.Kali ini,aku mempercepat langkahku.Aku mulai melihat Aya dan Valen,namun sebelum aku sampai di samping mereka--

BRUKK!

Wah,tubuhku terasa ringan.Tapi setelah itu,aku tak bisa merasakan kakiku lagi.Spontan,aku menjerit dan menangis,apalagi saat Aya dan Valen menghampiriku dan membantuku untuk duduk.

"Tahan ya...",Valen meluruskan kakiku dan memutar pergelangannya.Oh Tuhan,ini adalah sensasi paling luar biasa yang pernah kurasakan.Saking luar biasanya,aku hanya bisa menangis menahan sakit.

"Untung udah pulang sekolah!",ujar Valen lega.Aku cemberut,"Gue gak peduli udah apa belom,sakit tahu!"

"Iyasih...ya udah,lo mau ke UKS apa mau pulang?"
"Pulang! Gue langsung ke rumah sakit aja...supir gue ada di depan kok!"

Akhirnya,Valen dan Aya membopongku ke mobil dan mobil langsung melesat ke rumah sakit.Dalam perjalanan,aku diam sendiri.Huhh,tadi itu menegangkan sekali.Aku kenal siapa yang sedang french kiss di Indonesian B tadi--mereka adalah Damian dan Jeanne.Mereka seangkatan denganku dan sama-sama terkenal 3B: bandel,belagu,berduit.

Aya--namanya juga masih kelas tujuh,tak heran ia mengadukan kejadian itu kepadaku--Aku kan ketua OSIS.Mungkin,baginya adalah lazim untuk mengadu.

Yaa...tidak salah sih.Tapi,mungkin dikiranya aku juga berani berurusan dengan anak-anak famous & fabulous seperti Damian & Jeanne.Hahh,padahal aku justru berusaha jauh-jauh dari mereka.

Aku tersenyum kecut saat mengingat kalau Jeanne adalah salah satu pengurus OSIS juga--tak ada teladannya.Malah malu-maluin.

Toh pada akhirnya,aku tak bisa berbuat apa-apa.Aku hanya bisa berharap supaya kakiku tetap sembuh,dan...aku tak dicegat oleh Damian-Jeanne nanti!

Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang