Pergi

3K 157 24
                                    

"Mau lo sekarang apa njirr? Jangan bikin gue emosi."

"Mau gue lo mundur, toh sampai sekarang Qila ngga ngasih kepastian ke lo."

"Mundur? Enggak. Gue kurang ngalah apalagi sih sama lo Dan? Selama ini kita selalu bersaing, dan selalu lo yang menangin. Mulai dari lo jadi ketua osis, dan gue yang wakilnya. Lo kapten, gue cuma wakapten. Bahkan olimpiade ekonomi aja lo yang ikut, yang padahal mata pelajaran itu cuma lintas minat lo, sedangkan gue yang anak IPS benerannya dijadiin cadangan. Lo juga berhasil ngerebut juara paralel? Dan sekarang lo mau rebut Qila lagi dari gue? Cukup Dan. Cukup waktu itu gue ngalah, sekarang engga. Ini masalah hati Dan, gue ngga akan ngalah dan berhenti disini layaknya seorang pengecut." tegas Rama.

Dana terdiam sesaat mendengarkan perkataan Rama. Menurutnya, ya Rama benar jika mereka bersaing selalu dimenangi oleh dirinya. Dan selama ini Rama selalu menjadi nomor 2 setelah dirinya.

"Kita bersaing secara sehat aja." ucap Rama lirih.

"Urusan siapa yang diterima, itu belakangan." sambung Rama lagi.

"Yakin mau saingan sama gue?" tanya Dana dengan nada mengejek.

Rama mengangguk yakin.
"Siapa takut!"

"Oke.. Kita bersaing mulai sekarang." ujar Dana.

"Tunggu! Dengan satu syarat tapi," ujar Rama.

"Apa syaratnya?" tanya Dana dengan wajah datar.

"Bersaingan secara SEHAT. Ngga ada yang namanya ngeJATUHin satu sama lain." jawab Rama dengan nada penekannya.

"Oke gue setuju." ujar Dana sambil mengangguk.

Rama hanya diam tak menanggapi.

"Selamat bersaing brother!" seru Dana sambil menepuk pundak Rama lalu berlalu begitu saja.

---------------------

Semenjak kehadiran Rama dan Dana kemarin, Qila semakin bimbang dengan perasaannya. Namun setelah mendengar Dana dan Rama menyanyi dan lagunya dipersembahkan untuknya, Qila sudah menemukan jawabannya. Dan secepatnya dia akan memberikan kepastian kepada Rama.

Tok.. Tok...

"Masuk!" seru Qila.

Tak lama muncul nenek Qila dari balik pintu.

"Nek, ada apa nek?" tanya Qila.

"Kamu mau nginep dirumah nenek sampai kapan sayang?" tanya nenek Qila balik.

"Besok siang mungkin aku pulang nek. Kenapa? Nenek ngusir aku nih?" ujar Qila dengan wajah cemberutnya.

Nenek memeluk Qila dan mengusap rambut cucunya.

"Ya enggak lah sayang, nenek justru seneng ada kamu disini tapi tadi bunda, ayah kamu nelfon tuh suruh kamu pulang."

"Ohh gitu nek. Tapi aku udah bilang kok sama bunda, pulangnya besok."

"Kamu dijemput?"

"Iya aku dijemput sama kak Farhan nek."

"Cucuku yang satu ini sombong sekali, tidak mau berlibur disini."

"Bukan gitu nek, kak Farhan lagi sibuk sama kuliahnya."

"Iya deh iya, kalau udah urusan pendidikan nenek maklumin. Oiya Qil, ada surat nih sayang ditujuin buat kamu."

"Surat? Dari siapa?"

Nenek hanya menggeleng tak tau, dan setelah itu pamit keluar.

Qila memandang surat beramplop putih itu dan ia segera membukanya.

All About Us (ON EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang