mataku menangkap sosokmu dalam bayang seorang lelaki yang bersujud menunaikan kewajibanmu pada Tuhanmu, telingaku menangkap lantunan ayat suci Al Quran mengalir mulus dari bibirmu, saat itu juga, detik itu juga, mataku seolah menangkap sekelebat bayang hitam, sebuah dinding tinggi yang berdiri dengan bangganya, hanya untuk mengulang retakan yang sama pada sebuah hati, yang kemudian berubah menjadi sebuah penyadaran yang mengalir dari sudut mata.
Mata kita bertemu. Menguak rasa yang sudah terikat dengan logika.
Aku membisu, menyadari sebongkah kekaguman masih tersimpan rapi. Masih tertinggal, terdiam, pasrah, kalah, menyerah pada keadaan.
Mungkinkah kau juga?Saat kumasuki gereja, kutatap gambar Tuhanku disana, mataNya seolah menatapku, menyelidiki hatiku. Mungkinkah Ia tahu, anakNya ini sedang sesak? Dalam naungan tatapan mataNya di depan altar itu, hatiku berbisik, Ya Bapa, anakMu ini sungguh egois bukan? Sungguh bodoh bukan? Menapaki jalan yang Kau larang, tidak mampu membendung kekaguman yang membuncah. Tuhan, apa aku salah? Aku mengaguminya bukan sesaat, bukan sekelebat, sudah kuyakinkan hatiku untuk pergi, tapi seolah memang disinilah tempatku, beginilah seharusnya yang aku rasakan. Tuhan, saat aku membiarkan bibirku mengucap namanya dalam doaku, sia siakah? Jika iya, bisakkah ku lanjutkan saja kesia siaan itu? Hanya agar Kau tahu, ini caraku mengucapkan rasa kasihku yang sudah kupenjarakan, ini caraku menggantikan puisi dan lagu lagu yang mungkin ku kirim untuknya.
Tuhan,sudikah Engkau mengubah doaku menjadi tawa dan kebahagiaan untuk hidupnya?
Aku tahu, mungkin jauh didalam hatinya, penjara yang sama memenjarakan cintanya, kurungan yang sama mengungkung perasaannya.Tuhan, setelah hari, minggu, dan bulan kami lewati bersama, setelah egoisnya rindu dan luapnya kagum coba kami ungkapkan, coba kami tunjukkan, sepertinya Engkau tidak setuju bukan? Sepertinya Engkau tahu yang lebih baik bukan?
Tuhan, ini mungkin membosankan, apa Engkau tidak bosan? Putrimu ini terus mendoakan hal yang sama, terus merajuk hal yang sama, meminta mungkinnya kemustahilan. Tuhan, cinta itu rumit ya... Bisakah Kau hindarkan aku saja dari cinta?
Tuhan, aku tidak bodoh, aku tau perasaannya, aku tahu semua yang dia sembunyikan adalah apa yang aku sembunyikan. Semua. Rasa, cinta, rindu, kekecewaan.Tuhan, apa Kau tau? Lelaki ini begitu baik, begitu menaungi, melindungi, menyayangiku dengan hatinya. Tuhan apa Kau benar tak akan merestui kami ? Tuhan lihatlah, dia membuat hariku lebih baik, dia tidak marah aku menyebutMu dengan cara yang berbeda, dia mengingatkanku untuk berbakti padaMu, dia begitu baik Tuhan, sungguh.
Tuhan??? Kau tetap mengatakan tidak pada kami? Tidak adakah jalan bagi kami selain menyerah?Tuhan, kedua anakMu ini memang masih terlalu naif untuk mengakui, masih terlalu ego untuk memahami.
Tuhan, sudah kami turuti inginMu, sudah kami penuhi kehendakMu, kami menyerah, kami berhenti, bukan berhenti mengagumi, bukan berhenti menyayangi, kami berhenti memaksa keadaan mengerti kami, kami berhenti meminta perbedaan ini memberi kami cerita cinta dengan bahagia yang sama seperti mereka.
Tuhan, kami sudah dewasa, kami sudah berusaha menahan setiap rasa yang bisa meledak kapan saja, Tuhan, tolong kami, masih kami coba menghentikan air mata saat kenangan memaksa menyeruak masuk. Masih kami coba menguasai pikiran kami saat bayang kebahagiaan bersama kembali berlalu lalang.
Tuhan, masih kami coba saling mencukupkan diri dengan doa dan harapan, mencukupkan diri dengan kenyataan bahwa perbedaan ada bukan untuk kami paksakan.
Tuhan, kedua anakmu ini memang menyebutMu dengan berbeda, memang memujaMu dengan berbeda, tapi kami mencintaiMu dengan sama, sama besarnya, sama dalamnya, sudah kami tinggalkan cinta kami yang semu, untuk mengejar cinta kami padaMu. Mereka bilang, Engkau ciptakan perbedaan untuk melihat apakah manusia lebih mencintai Pencipta atau ciptaannya?.
Tuhan, setelah kami tinggalkan cinta kami masing masing, maka nyatakah sekarang? Kami berbeda Tuhan, tapi kami sama.... Sama, lebih mencintaiMu daripada mencintai ciptaanMu :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith
Nouvelles"Perbedaan mengalahkan rasa, dan kita menyerah, kalah pada keadaan"