Aku Cinta Kau (saat ini)

201 9 0
                                    

Seperti pagi kemarin. Secangkir kopi sebelum mandi untuk menikmati pagi. Sambil melihat keadaan sekitar yang telah riuh dengan aktivitas masing. Ada yang berebut kamar mandi, ada yang asyik memasak dan bernyanyi, ada yang bertelepon ria dengan senyum yang tak berhenti. Semua menikmati paginya dengan caranya masing-masing.

Langit cerah pagi ini, setelah kemarin sore yang pada akhirnya menurunkan air langit hingga menyentuh bumi. Yes, hujan. Tetes airnya, suara gemiriciknya, dan aroma petrichor yang selalu membuatku menyunggingkan tawa tanpa rencana.

Petrichor selalu mengingatkanku pada seseorang yang katanya "mencintaiku" dulu, lalu pergi bersama orang pilihan orang tuanya. Dosa jika aku masih merindukannya. Hei, aku cuma rindu. Apa kamu tidak pernah merindukan mantanmu? Bohong.

Setiap hati punya caranya sendiri untuk membuat otak kembali mengulang memori yang pernah terjadi. Entah apa dan bagaimana. Moment yang tercipta ketika sedang cinta-cintanya membuat otaknmeeekam keadaan dengan baik. Bagaimana hembus angin kala itu, seterik apa sinar matahari yang menyinari, seperti apa lengkung senyum yang tergurat diwajahnya. Nah kan, aku kembali mengingat sang mantan. Sudah cukup.

Sebenarnya, aku tidak ingin menjadi seorang penipu yang menipu perasaanku sendiri, dan menipu perasaan orang yang menyayangiku. Bodoh? Tidak. Terkadang aku memang bahagia saat mendengar celotehnya, tersenyum karena sapaannya. Ya, terkadang aku memang bahagia berada disampingnya. Tapi terkadang, seperti ada yang kurang. Coba tebak apa yang kurang?

Baik, cakep, tubuh keren, perhatian walau gak romantis, masa depan lumayan bisa diharapkan, penyabar, penyayang anak kecil, rajin ibadah, pendiam kalau didepan orang tapi seperti ibu-ibu arisan kalau didepanku, dan katanya "menyayangiku". Kurang apa coba? Kurang itu ternyata ada pada diriku sendiri. Aku mungkin yang kurang nengerti dan memahami.

Aku masih rancu dengan pengakuan sayangnya dan definisi cinta yang ku tahu selama ini. Karena yang aku tahu, sayang dan cinta itu berbeda. Jika sayang belum tentu cinta, kalau cinta sudah pasti sayang. Hahaa, benarkah seperti itu? Bukannya cinta tak pernah terdefinisikan? Atau jangan-jangan aku belum bisa move-on?

Aku tidak ingin membuat alasan untuk menolak. Mungkin, terkadang kita harus merelakan apa yang begitu kita inginkan ya seperti mantan misalnya, lalu belajar mencintai dan mensyukuri apa yang telah Tuhan kirimkan untuk kita di kemudian hari seperti dia yang katanya menyayangiku saat ini.

Tapi sekarang aku masih seperti lagu Iwan Fals..

Seperti biasa aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini.
Entah esok hari, entah lusa nanti, entah.. Oh, entah....

Mulai dari SekarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang