Secangkir Kopi

231 6 1
                                    

Entah mengapa aku begitu menyukainya dan kapan pertama kali aku menyukainya. Mungkinkan pada awal musim semi saat bulan sedang indah-indahnya? Atau waktu angin semilir malam hari yang menemaniku melihat bintang di teras belakang? Entahlah, yang pasti ketika pertama kali aku jauh dari rumah.

Kopi. Aroma yang menyeruak seolah menggoda, tapi rasa pahitnya seperti luka yang menganga.

Buatku, kopi itu ibarat hidup. Hitam, pekat, pahit. Terlalu banyak kepedihan yang kulihat dan kepahitan yang kurasakan. Aku seperti berada di dunia yang hitam dan keruh, seperti dunia yang seharusnya tak lagi boleh di huni manusia. Tapi kenyataannya, masih banyak mereka-mereka yang merasakan dan akan merasakan hal yang tidak jauh beda denganku.

Eh tapi tunggu dulu. Banyak orang mengemukakan berbagai macam filosofi tentang kopi. Tentang americano dengan rasanya yang kuat, cappucino debgan buih lembutnya, kopi tubruk dengan sederhana dan apa adanya, dan masih banyak lagi perumpamaan seseorang dengan kopi. Tapi aku punya filosofi sendiri tentang hal ini.

Kopi. Hitam dan pahit. Rasanya tergantung keinginanmu. Jika kau ingin manis, tambahkan saja gula. Kalau kau ingin gurih, tambahkan saja susu atau creamer. Tapi hidup tidak sesederhana membuat kopi, tapi mungkin memang bisa saja sesederhana itu.

Kau tahu, apa pemanis hidup?

Orang-orang disekitarmu yang menyayangi dan mendukungkumu, orang tuamu yang selalu tanpa henti mendo'akanmu, kekasih yang membuatmu tersenyum meski hanya dengan ucapan selamat pagi dan selamat tidurnya, teman-temanmu yang senantiasa memberimu tawa yang kau sebut dengan bahagia. Hal-hal indah yang tanpa kau sadari menjadikan setiap moment di hidupmu terasa manis. Itulah yang ku sebut gula dalam hidup. Apa kau pernah menyadarinya? Jika kamu ingin hal manis itu, bersamalah dengan mereka.

Rasa pahit kopi itu adalah masalah. Tapi pahitnya juga sesuai dengan sikapmu menghadapinya. Cobalah sesap secara perlahan, nikmati rasa pahit yang menjalar ke indra perasamu. Kopi tak sepahit yang kamu pikirkan, begitu juga dengan semua masalah yang pasti bisa diselesaikan.

Kopi juga mengajarimu arti dari sabar. Pernahkah kamu memperhatikan saat sedang membuat kopi? Pasti tidak. Cobalah perhatikan saat kamu mengaduknya, akan banyak ampas yang tak beraturan disana. Berputar dan mengambang. Kurasa, kamu tidak akan langsung meminumnya, aku juga seperti itu, karena jika aku langsung meminumnya aku takut akan tersedak. Jadi ku biarkan ampas-ampas itu sesaat, ku tunggu hingga mengendap. Sekali lagi, kopi mengajari tentang pentingnya kesabaran.

"Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetaplah kopi, yang mempunyai sisi pahit yang tidak dapat disembunyikan" - Dee

Begitu juga hidup, sesempurna apapun cerita hidupmu pasti ada sisi pahit yang tak bisa kamu pungkiri. Nikmati saja.

Aku hanya seseorang yang suka kopi hitam dengan seperempat sendok teh gula serta dengan segala filosofinya.

Walau tidak sempurna, hidupku juga tak kalah indah.

Mulai dari SekarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang