Kini aku sudah kembali ke aktivitasku sehari-hari. Setelah beberapa hari aku berlibur untuk menenangkan diriku, akhirnya aku bisa masuk kuliah lagi. Aku berjalan menyusuri lorong dan dari belakang seseorang memanggil-manggil namaku. Aku menoleh dan melihat seorang laki-laki berlari kecil kearahku.
"Mila."
"Beno." Jawabku singkat.
Beno sudah berada disampingku dengan wajah lelah. Aku memperhatikan wajahnya yang dipenuhi peluh.
"Makanya jangan lari-lari. Sadar udah tua." Ledekku sambil menepuk-nepuk bahunya.
Beno menaikkan sebelah alisnya dan menatapku sanggar. "Tua?"
"Iya. Emang gak nyadar udah tua?" Ledekku lagi. Beno mengacak-acak rambutku. Aku merenggut kesal dan memanyunkan bibirku.
"Dasaar miss cempreng."
"Benoooo..." teriakku kesal. Beno segera berlari meninggalkanku yang agak kesal dengannya.
Aku berlari dan terus berlari hingga tanpa kusadari aku menabrak seseorang.
Bruk~
"Maaf." Ucapku cepat.
Aku membersihkan diriku yang terjatuh akibat tabrakan tadi. Aku mencoba berdiri, namun saat aku mendongakkan wajahku..
Kevin!
"Mila." Ucap kevin tertahan.
Aku masih terpaku dengan posisiku dilantai. Aku masih belum beranjak karena rasa keterkejutanku yang sangat besar. Aku berulang kali mengerjapkan mataku untuk memastikan apa yang kulihat.
"Mila." Kevin berjongkok dan menawarkan tangannya padaku.
Aku melirik kearah tangannya yang terulur, namun aku tidak menerima uluran tangannya. Aku masih memandanginya dengan tatapan tak percaya. Laki-laki ini yang berada dihadapanku adalah laki-laki yang aku cintai. Laki-laki ini jugalah yang membuat hatiku sakit dan hancur. Entah apa yang akan aku lakukan padanya. Aku masih binggung dengan perasaanku.
Ada perasaan aneh yang merambat dihatiku. Perasaan yang menjalar begitu cepat. Aku agak ragu menebak perasaan ini. Tapi, aku bisa meyakini satu hal bahwa aku masih sangat mencintai kevin karena saat ini jantungku sudah berdebar tak karuan bahkan aku merasakan sesak yang teramat dalam. Aku tak yakin masih ada oksigen di paru-paruku.
"Mila." Suara kevin menyadarkan lamunanku.
Aku mengerjapkan mataku kembali. Aku menyadari posisi kami masih tak berubah. Aku melihat kearah tangannya yang terulur padaku.
"Mila."
Aku mengacuhkannya dan kini aku berusaha bangkit sendiri. Kevin ikut bangkit dan masih menatapku lekat. Aku mulai berjalan kearah kelasku, namun tangan kevin menahanku. Aku berusaha melepaskan tangannya, tapi kekuatannya lebih besar dariku.
"Mil, kasih aku waktu buat jelasin semuanya."
Aku tak memperdulikannya. Ada perasaan mengganjal dihatiku. Aku masih memandang arah lain. Kevin memutar tubuhnya dan kini sudah berada dihadapanku. Aku menatap tubuhnya yang menjulang dihadapanku. Aku memperhatikan wajahnya sekilas dan perasaan aneh itu semakin kuat.
Aku yakin ini bukan hanya perasaanku saja. Aku merasakan dadaku berdebar cepat kembali.
"Ya tuhan, apa yang harus kulakukan? Siapapun tolong bantu aku. Pertahananku hampir runtuh."
"Mila."
Suara seseorang membuat aku dan kevin menoleh bersamaan. Aku melihat beno berlari kearahku. Aku tersenyum melihat beno yang semakin mendekat.