Kevin dan ka doni tampak terpaku mendengar kata-kata bijak dari mama. Aku kembali mengompres luka kevin dan melanjutkan ucapan mama.
"Aku tahu ka doni sayang sama aku. Aku juga sangat menyayangi ka doni juga mama. Tapi disini aku yang merasakan dan menjalani semuanya. Aku akui kevin salah dan dia sempat menyakiti hatiku, tapi aku tahu alasannya. Mungkin kalian akan bilang kalau aku terlalu mempercayainya atau aku terlalu bodoh menerima penjelasannya." Aku menghentikan tanganku yang masih mengompres pipi kevin.
Aku meletakkan handuk kecil untuk mengompres pipi kevin kedalam baskom tadi. Aku menatap ka doni lembut. Ka doni membalas tatapanku dengan memberikan tatapan penuh tanda tanya. Seolah ka doni ingin mendapat penjelasan lebih lengkap dari perkataanku.
"Kevin pergi tanpa kabar bukan karena kemauannya, tapi kevin berusaha ngelindungin aku. Aku gak bisa jelasin semuanya karena menurut aku itu gak penting. Yang terpenting adalah kevin udah jujur sama aku dan aku mengerti semua penjelasannya."
"Kenapa semudah itu lo percaya sama dia? karena cinta? Bullshit semua." Ka doni memotong pembicaraanku dengan kalimat yang cukup pedas.
Aku berusaha menahan air mataku yang sudah menggenang di pelupuk mata. Kevin menyadari perasaanku yang terluka sehingga kevin menarikku kedalam pelukannya.
"Lepasin adek gue." Ka doni bersiap berdiri sambil berteriak ke arah kevin, namun mama menahan tangan ka doni dan ka doni kembali ke tempat duduknya.
"Don. STOP." Ucap mama penuh penekanan.
Ka doni hanya mampu terdiam mendengar perkataan mama. Kevin membelai kepalaku lembut. Air mataku akhirnya runtuh karena aku sudah tidak kuasa menahannya.
"Tenang ya. Biar aku yang jelasin." Ucap kevin menenangkanku.
Kevin mengeratkan pelukannya padaku sementara kedua mata kevin menatap ka doni tajam. Ka doni balas menatap kevin tak kalah tajam. Mereka seperti adu kontak mata.
"Kak doni boleh marah, pukul atau apapun yang mau kakak lakuin ke gue, tapi jangan ke mila."
"Bullshit lo." Sambar ka doni.
Mama yang melihat ka doni hanya mampu geleng-geleng kepala.
"Terserah kak doni mau anggep gue pembohong, penjahat, atau apapun itu. Gue akuin dulu emang jalan yang gue pilih salah karena gue cuma mau keselamatan mila. Tapi gue sadar apa yang gue lakuin justru menyakiti mila lebih dalam."
"Kalau tahu salah ngapain lo masih berani minta maaf kesini? Huh?" Ucapan ka doni semakin berapi-api. Ka doni memang tengah tersulut emosinya akibat perkataan kevin yang gamblang.
"Kak, ini bukan masalah sepele. Semuanya gak seperti yang.."
"Alibi lo aja. Lo emang cuma modusin adek gue doank." Ka doni semakin tersulut emosinya.
"Kakak..." Teriakku sambil melepas pelukan kevin.
Kevin terkejut mendengar teriakanku dan mama juga merasakan hal yang sama. Aku menghapus sisa air mataku yang masih membekas di pipi kemudian menatap ka doni tajam.
"Kakak tahu apa yang paling susah dilakuin di dunia ini?" Tanyaku dengan tatapan sinis.
"Lo gak usah ngajarin gue." Balas ka doni cepat.
"Aku tanya kakak." Teriakku sekali lagi.
Mama semakin terkejut mendengar teriakanku. Mama mendekat padaku dan duduk disebelahku. Mama membelai lenganku lembut agar aku sedikit meredakan emosiku.
"Tenang sayang."
"Ma, ka doni udah keterlaluan." Ucapku disusul dengan air mataku yang berjatuhan kembali.