(warning: gajelas)
.
Aku membuka mataku. Ah, aku bahkan tak tahu apa mataku benar-benar terbuka atau tidak.
Putih.
Semuanya putih, sampai aku tak tahu bentuk ruangan di hadapanku itu kotak atau bundar. Tapi yang jelas aku melihat sebuah pintu di depanku, posisinya ganjil, nyaris seperti berdiri di udara dan terlihat seperti tak terhubung ke ruang manapun. Selain pintu itu, hal lain yang tampak melayang adalah lukisan-lukisan tanpa wajah yang selalu ada di setiap sisi.
Mimpi ini lagi kah?
Aku menghela nafas. Menatap jam besar yang tampaknya selalu ada di atap ruangan ini, atau jam itu-lah atapnya? Entahlah? Anehnya jarum jam disana tak pernah bergerak. Diam. Sama seperti keseluruhan isi ruangan yang statis.
Aku sering mengalami mimpi ini, tapi sering kulupakan saat bangun tidur berhubung itu hanya sebuah ruangan tak berisi apa-apa dan selalu tergeser oleh hal lain. Bedanya kali ini aku tak bisa keluar. Aku mencoba memikirkan segala hal tapi sia-sia. Aku tetap terjebak disana.
Aku sudah memegang gagang pintu putih itu sekarang. pintu itu untuk dibuka bukan? Yah meski ada baiknya kalau kau tidak asal membuka pintu. Kau bisa salah pintu atau bisa jadi kau menemukan hal yang tak menyenangkan untuk dilihat, lebih parahnya kalau masuk ada kemungkinan kau tak bisa keluar lagi.
Tapi kali ini aku tak punya pilihan lain bukan? Aku mau keluar dari sini.
CKLEK.
"Nosta!"
Seorang anak kecil menghampiriku. Tersenyum. Tangannya belepotan tanah. Aku mengerutkan kening. Sepertinya aku mengenalnya tapi aku tak bisa mengingat namanya.
"Nosta, kamu payah, main masak-masakannya belum selesai!" Dia tampak cemberut sambil menarik-narik tanganku.
"Ah.. maaf, tapi sekarang.. lagi ada film kartun di tivi" Aku menolak dengan polosnya.
"Hmm.. kalau gitu ini aja deh, Undangan pesta ulang tahun dari '$%*@&' datang ya!"
Eh? Barusan dia bilang siapa? Kenapa aku tak bisa mendengarnya? Seketika aku bahkan baru sadar kalau ruangan putih itu telah hilang, digantikan oleh sebuah jalanan komplek rumah-rumah dempet yang cukup teduh. Tempat ini kan.....
"Nosta?"
Aku tersadar dari keanehan ini dan langsung menjawab seketika. "Ah oke, aku pasti bakal dateng" katau sambil tersenyum. Aku tak terlalu ingat lagi, yang jelas anak itu kemudian melambai senang dan meneruskan main masak-masakkannya sementara aku masih memandangi kartu undangan di tangan sambil memasuki sebuah rumah bercat abu-abu.
"Ibu, Nosta mau ke pesta ulang tahun, mau beli hadiah" kataku saat masuk ke arah dapur. Bau masakkan tercium dari sana.
"Temanmu? Siapa namanya?"
"Nama?" Aku memandang kembali kartu undangan itu. Aneh, tak tertulis nama siapapun disana. "Emm... itulah bu"
"Yaudah, nanti dianter sama ayah, sekarang kamu mandi dulu habis itu makan ya"
Aku hanya mengangguk-angguk dan meletakkan kartu undangan aneh itu di meja. Lalu mengambil handuk. Bersiap mandi. Kulihat adikku masih terbengong menatap televisi di ruang tengah. Ah benar juga, film kartunnya. Aku harus mandi dengan cepat.
CKLEK.
Begitu kubuka pintu kamar mandi. Semua hal kembali berubah.
Dimana lagi tempat ini? Ck, aku harus menonton film kartunku sebelum habis.