Malam itu hujan deras disertai angin kencang. Suara petir saling bersautan. Jalanan kompleks tampak lengang. Suasana mencekam membuat sebagian orang memilih berlindung di dalam rumah mereka yang hangat. Tapi, tidak untuk satu orang. Perempuan itu berjalan tertatih, kepalanya menunduk, tubuhnya bergetar hebat. Nampak pakaiannya compang camping seperti dirobek secara paksa. Kakinya terus melangkah hingga dia berdiri tepat di depan gerbang rumahnya.
Diruang tamu tampak ayah, ibu dan kedua kakaknya tengah menunggu dengan cemas.
"Aku harus cari Denia sekarang ayah!" Ujar Bima sang kakak sulung.
"Tunggu hujan reda Bim. Bahaya kalau kamu menyetir disaat seperti ini." Ujar sang ayah.
"Aku nggak peduli yah bahkan aku lebih khawatir sama Denia!"
Bima bergegas keluar menuju halaman rumah diiringi isak tangis sang bunda dan panggilan dari ayah dan adiknya. Saat bima hendak membuka pintu mobilnya, bima melihat sosok yang sejak tadi ia khawatirkan. Denia berdiri di depan gerbang rumahnya.
"DENIA!!!" Teriak Bima membuat ayah, ibu dan adiknya menoleh terkejut. Bima berlati menerobos hujan menuju Denia. Bima terkejut saat melihat kondisi Denia yang penuh luka lebam di wajah.
♡♡
Denia masih pingsan dan sudah diperiksa oleh dokter keluarga Martadinata. Ningsih-ibunda Denia masih terisak di samping ranjang Denia. Sedangkan Tjandra Martadinata-ayah Denia serta Bima dan Arya tengah terpekur di atas sofa. Rahang Bima dan Arya mengeras.
"Aku akan cari pelakunya." Ujar Bima
Sang ayah hanya menghela nafasnya. Dia merasa gagal sebagai seorang ayah. Dia tidak bisa melindungi putri semata wayangnya.
"Temukan dia dan bawa dia ke hadapan ayah Bim."
Bima dan Arya mengangguk pelan.
♡♡
Pagi itu Denia terbangun. Mata hazelnya menatap langit-langit kamar dengan bingung. Denia menoleh ke samping menatap bundanya yang tengah tertidur."Bunda~" ujar Denia lirih
Ningsih menggeliat saat mendengar suara Denia.
"Kamu sudah bangun nak?"
"Denia kenapa bunda?"
Ningsih terdiam menatap Denia.
"Bunda Denia kenapa?" Tanya Denia lagi.
"Kamu nggak ingat sayang?"
Denia terdiam mencoba mengingat kembali. Bagai slideshow Denia mengingat bagaimana keperawanannya terenggut dengan paksa, bagaimana tangan pria itu memukulnya, merobek bajunya dengan paksa, menciumnya dengan buas. Tubuh Denia bergetar.
"Nggak, tolong jangan sentuh aku. JANGAN SENTUH AKU!" Denia berteriak histeris.
"Denia sayang, sudah nak. Ini bunda sayang. Ini bunda." Ningsih menangis melihat keadaan Denia. Dia mencoba memeluk Denia namun Denia menepisnya.
Tjandra, Bima dan Arya bergegas memasuki kamar Denia. Jantung mereka mencelos saat melihat kondisi Denia.
Bima dan Arya memutuskan untuk kekuar dari kamar karna tidak tega melihat kondisi sang adik.
"Bang, kita harus cari tahu pelakunya." Ujar Arya.
"Kita harus mulai dari mana Ar?" Jawab Bima gusar.
"Kita tanya ke teman sekolah Denia gimana?"
"Oke, kita kesana sekarang."
Setelah berpamitan dengan sang ayah dan bunda mereka pergi ke sekolah Denia untuk menemui teman terdekat Denia.
Arya dan Bima tiba di sekolah dan bergegas menuju ruang kepala sekolah dan memberitahu kecelakaan yang di alami oleh Denia kepada kepala sekolah. Bima dan Arya di dampingi Martha-Kepala Sekolah berjalan menuju ruang guru untuk menemui wali kelas Denia. Dan setelah cukup menjelaskan kondisi Denia mereka pun bergegas menuju ruang kelas Denia.
Ruang kelas seketika hening saat ibu Martha dan ibu Lia-wali kelas Denia memasuki ruangan.
"Siapa dari kalian yang menjadi sahabat Denia?" Ujar Martha
hanya dua yang mengangkat tangannya.
"Geisenna dan Salsa kalian bisa ikut ibu sebentar?" Tanya Lia
Geisenna dan Salsa hanya mengangguk patuh dan mengikuti Martha dan Lia.
Sesampainya di ruangan Martha, Bima dan Arya langsung menanyai Geisenna dan Salsa.
Saya Bima kakaknya Denia. Dan ini Arya adik saya."
"Saya Geisenna dan ini Salsa kak. Denia kenapa kak kok nggak masuk?"
"Kemarin kalian pergi sama Denia?" Tanya Arya.
"Kemarin memang kita bertiga pergi ke grand opening ke cafè yang baru tapi pas pulang kita nggak bareng kak, Denia pulang sendiri padahal kita udah nawarin." Ujar Senna.
"Emangnya kenapa kak?" Tanya Salsa
Dan meluncurlah penjelasan soal Denia dari Bima.
"Jadi kalian nggak tahu siapa yang bermasalah sama Denia?"
Senna dan Salsa menggeleng pelan.
Bima dan Arya menghela nafas pelan."Boleh kita jenguk Denia kak? Tanya Salsa
"Untuk sementara Denia nggak bisa kalian jenguk, kondisinya masih belum stabil." Jawab Arya.
"Bu Martha dan Bu Lia, saya ingin keringanan dari pihak sekolah untuk memberi ijin karena Denia belum bisa masuk sekolah." Ujar Bima tiba-tiba
"Maaf nak Bima, kami ingin sekali membantu kalian tapi ujian negara sebentar lagi dan jika kondisi Denia belum stabil, dengan berat hati Denia akan kami keluarkan atau mengulang satu tahun lagi." Jawab Martha.
"Jika memang sudah peraturannya seperti itu kami bisa apa. Nanti kami akan memberitahu orang tua kami dan juga akan saya kirimkan surat keterangan dari dokter." Ujar Bima.
"Sepertinya sudah cukup. Senna, Salsa tolong rahasiakan ini ya dan jika kalian tahu soal pelakunya kalian bisa menghubungi saya atau Bima."
"Baik kak, kami permisi dulu." Ujar Senna
"Kami juga harus pergi bu," pamit Bima dan Arya
Martha dan Lia mengangguk pelan.
♡♡
"Gimana kalau kita lapor polisi bang?"
"Denia harus kerumah sakit untuk di visum kalau begitu Ar, tapi nanti kita bicarain sama ayah di rumah."
**
![](https://img.wattpad.com/cover/53540243-288-k284765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIA
ChickLitMalam itu hujan deras disertai angin kencang. Suara petir saling bersautan. Jalanan kompleks tampak lengang. Suasana mencekam membuat sebagian orang memilih berlindung di dalam rumah mereka yang hangat. Tapi, tidak untuk satu orang. Perempuan itu be...